Dua Pasien Omicron Meninggal, Eks Direktur WHO: Perluas WFH dan Evaluasi PTM 100%

MUS • Sunday, 23 Jan 2022 - 11:48 WIB

Jakarta - Kementerian Kesehatan mencatat dua kasus konfirmasi Omicron meninggal dunia. Kedua kasus tersebut merupakan pelaporan fatalitas pertama di Indonesia akibat varian baru yang memiliki daya tular tinggi.

“Satu kasus merupakan transmisi lokal, meninggal di RS Sari Asih Ciputat dan satu lagi merupakan Pelaku Perjalanan Luar Negeri, meninggal di RSPI Sulianti Saroso,” ucap juru bicara Kementerian Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmizi. 

Kedua pasien tersebut diketahui memiliki riwayat penyakit penyerta atau komorbid. 

Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI yang juga Guru Besar Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan kasus kematian dua pasien di Indonesia menunjukkan bahwa tidak semua infeksi Omicron bersifat “ringan”.

"Jadi semua kita harus ekstra waspada, tentu tanpa perlu panik," kata Tjandra dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Minggu (23/1/2022). 

Tjandra juga memaparkan angka kematian akibat Omicron di beberapa negara. 

"Antara lain di Inggris sampai 31 Dessember 2021 sudah ada 75 orang yang meninggal. Pasien pertama yang meninggal di Amerika Serikat umurnya 50 tahunan, sudah pernah covid sebelumnya, belum divaksinasi. Di Jepang yang meninggal adalah lansia dengan komorbid berat. Di Australia yang meninggal adalah usia 80-an dengan komorbid. Singapura yang meninggal 92 tahun, tidak ada komorbid yang jelas, tidak vaksinasi. Dan di India yang meninggal 74 tahun, dengan diabetes dan komorbid lain," urai mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara ini. 

Amerika Serikat dan Australia beberapa hari lalu juga menyatakan bahwa mereka akan mengalami peningkatan kematian akibat covid-19 di minggu-minggu mendatang, tentunya juga berhubungan dengan Omicron.

Sementara di Indonesia, jumlah kasus covid-19 terus meningkat, bahkan sudah di atas 3.000 kasus pada Sabtu kemarin.

Melihat situasi ini Tjandra memandang perlu pengetatan protokol kesehatan dan aktivitas masyarakat. "Kemungkinan WFH lebih luas, termasuk evaluasi kebijakan PTM 100%," sarannya. 

"Penerapan aplikasi pedulilindungi perlu diperketat lagi, dan mendeteksi kalau-kalau ada yang covid-nya positif sesudah beberapa hari," sambungnya. 

Kemudian perlu upaya super maksimal meningkatkan vaksinasi dan booster, apalagi di daerah yang tinggi penularan omicronnya, juga pada lansia maupun penderita komorbid. 

"Karena sekarang RS masih relatif kosong, maka kasus Omicron ringan tapi dengan komorbid dan lansia baiknya dirawat dulu, kecuali kalau nanti RS sudah penuh. Terakhir, penanganan mereka yang datang dari luar negeri harus lebih ketat lagi," pungkasnya.