Sri Sultan Dukung Pengembangan Pariwisata Kesehatan Berbasis Budaya

MUS • Tuesday, 18 Jan 2022 - 14:44 WIB

Yogyakarta - Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X mendukung program pariwisata kesehatan di DIY yang mengedepankan budaya dan kearifan lokal. Hal tersebut diutarakan Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) DIY dr. Joko Murdiyanto, usai beraudiensi dengan Gubernur DIY, Senin (17/01) di Gedhong Wilis, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta. 

“Capaian vaksinasi cukup bagus, itu yang membuat kemudian herd immunity terbentuk. Namun demikian, masyarakat tetap harus waspada, jangan stress, bagaimanapun kita melihat pergerakan Omicron di Amerika, Australia, itu luar biasa. Jadi vaksinasi harus terus digencarkan,” tambahnya. 

Selain vaksinasi, masyarakat juga diharapkan tetap memperkuat prokes. “Yang kedua, prokes harus terus digencarkan. Kerjasama pentahelix juga harus dikuatkan. Vaksinasi saja ada yang konsepnya jimmpitan, ada yang jimpitan anak, komorbid, kansia, itu khas. Itu mempercepat capaian vaksinasi dan itu dari masyarakat,” imbuh dokter alumnus UGM ini. 

Joko lantas menjelaskan bahwa vaksinasi jimpitan membuktikan kuatnya semangat gotong-royong di Jogja yang turut andil dalam upaya percepatan vaksinasi.

“Vaksinasi jimpitan membangun gotong royong bersama, jadi mendata siapa saja yang butuh divaksin. Itu swadaya ada yang perorangan, PT, dan perguruan tinggi, teman-teman Sonjo salah satu yang terlibat. Kalau jimpitan ini terjadi di banyak tempat, itu capaian vaksinasi juga akan cepat. Partisipasi masyarakat juga luar biasa bagus, Jogja itu istimewa,” jelasnya. 

Sementara, Ketua Perhimpunan Kedokteran Wisata Kesehatan Indonesia (Perkedwi), dr. Mukti Rahadian, menuturkan bahwa pihaknya telah menyampaikan program kerja organisasi untuk wilayah DIY.

“Kemarin kami baru saja melantik Ketua Perkedwi DIY Ibu dr. Sri Mulatsih. Di dalam proker ada dua hal yang akan dilakukan. Pertama adalah menciptakan destinasi layanan unggulan kedokteran kesehatan DIY bagi mereka warga negara yang selama ini bepergian ke luar negeri untuk dapat mengakses layanan kesehatan,” jelas Mukti. 

Menurut penjelasannya, ke depan, Jogja dan IDI akan berkoordinasi dengan rumah sakit di DIY yang telah terakreditasi untuk menyiapkan satu layanan unggulan yang dapat diakses. Dengan demikian, wisatawan akan mendapatkan layanan di RS dan dokter unggulan di Jogja.

Akreditasi RS ini harus diakui baik secara nasional maupun internasional, baru kemudian bisa menawarkan layanan unggulan. “Layanan unggulan inilah yang nantinya di-branding oleh negara sebagai layanan unggulan RS yang bersangkutan,” ungkapnya. 

Ditambahkan dr. Mukti, masyarakat usia-usia produktif cenderung masih sangat senang untuk melakukan traveling. “Kami akan sediakan jalur wisata di Joglosemar, tapi substansinya tetap kesehatan. Jadi supaya orang yang berwisata, kondisinya tetap bugar. Nantinya dijaga oleh dokter. Orang yang datang akan melakukan medical check up dulu di RS tersebut dan diberikan rekomendasi misalnya tidak boleh makan hidangan tertentu sesuai dengan hasil pemeriksaan,” terangnya. 

Ia menerangkan akan dibuat pula travel pattern yang mengdepankan konsep wisata kesehatan dengan fokus spesifik.

“Di sisi lain, untuk mereka yang sehat, nanti ke depan, persepsinya wilayah DIY akan disiapkan travel pattern untuk perjalanan wisata, menciptakan health tourism di DIY,” tukasnya.

Dr. Mukti menekankan sesuai arahan Ngarsa Dalem, konsep health tourism harus mengedepankan budaya dan kearifan lokal di Jogja. “Saat ini kami sudah kepikiran tema yang akan diangkat yakni Tracing the History of Jamu. Jadi nantinya, dengan konsep ini, Jogja yang merupakan bagian dari Joglosemar dapat berkolaborasi dengan Pemda Jateng, serta pentahelix lainnya seperti akademisi, bisnis, wisata, profesi, dan civil society menciptakan perjalanan wisata kesehatan di wilayah Joglosemar,” pungkasnya. (Ron).