Kebun Raya Cibinong BRIN, Platform Riset dan Konservasi Tumbuhan Berkonsep Ekoregion

FAZ • Tuesday, 18 Jan 2022 - 07:02 WIB

Jakarta - Kebun raya sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah No. 93 tahun 2011 adalah kawasan konservasi tumbuhan secara ex. situ yang memiliki koleksi tumbuhan terdokumentasi dan ditata berdasarkan pola klasifikasi taksonomi, bioregion, tematik atau kombinasi dari pola-pola tersebut untuk tujuan kegiatan konservasi, penelitian, pendidikan, wisata dan jasa lingkungan.

Hal ini senada seperti yang pernah disampaikan Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Republik Indonesia (BRIN RI), Laksana Tri Handoko bahwa Kebun Raya adalah platform untuk melakukan penelitian terkait kekayaan keanekaragaman hayati Indonesia.

Kebun Raya Cibinong merupakan kebun raya yang yang dikelola BRIN, yang terletak di Kompleks Cibinong Science Center – Botanical Garden (CSC-BG) – BRIN di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Selain Kebun Raya Cibinong, BRIN juga mengelola empat kebun raya lainnya, yakni Kebun Raya Bogor, Kebun Raya Cibodas, Kebun Raya Purwodadi, dan Kebun Raya Bali.

Menurut Mujahidin selaku Subkoordinator Pelaksana Fungsi Pemeliharaan Koleksi Tumbuhan Kebun Raya Cibinong-BRIN, bahwa konsep kawasan konservasi tumbuhan secara ex. situ di Kebun Raya Cibinong berbeda dengan Kebun Raya Bogor.

“Untuk Kebun Raya Cibinong berpola pada pembagian area ekologi dan geografinya atau berdasarkan ekoregion. Hal ini berbeda dengan Kebun Raya Bogor yang berpola pada klasifikasi taksonomi (famili),” jelasnya pada Jum’at (15/01).

Kebun Raya Cibinong BRIN yang mempunyai luas sekitar 34 ha, terdiri dari 7 region pulau besar, yaitu Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara dan Papua. Masing-masing region mempunyai luasan dan kekhasan tumbuhan tertentu.

Sebagai contoh, pada region Nusa Tenggara yang menampilkan replika hutan non dipterocarpa pamah, kita akan menemukan salah satu jenis tumbuhan khas didaerah NTT yaitu lontar (borassus flabelifer L.).

Sementara pada region Jawa Bali dengan luas sekitar 10 ha mengelilingi region yang ada di kebun menampilkan replika non dipterocarpa pamah (lowland non-dipterocarp forest). Berbagai jenis pohon dapat ditemukan, diantaranya pohon kepel atau nama ilmiahnya Stelechocarpus burahol BL Hook f & Thomson yang merupakan maskot flora Yogyakarta.

Pohon lainnya adalah gandaria dengan nama ilmiah Bouea macrophylla Griff adalah  maskot flora Jawa Barat. Ada juga tanaman Buni (Antidesma bunius (L.) Spreng, Pule (Alstonia scholaris L.R. Br. Trengguli (Cassia fistula L. dan Aren atau Arenga pinnata (Wumb) Merr. Pada region lain akan ditemukan juga jenis-jenis tumbuhan yang sesuai atau berasal dari nama region itu sendiri.

Selama berada dalam kebun raya, di samping kita dapat mengenal dan belajar tentang tumbuhan, juga dapat menikmati pemandangan yang eksotis di area danau buatan, yakni danau Dora. Pada area danau tampak hamparan tanaman air bernama tetepok dengan bunga berwarna putih kecil berbentuk bintang laksana serpihan salju tersebar di permukaan kolam. Nama ilmiah tetepok adalah Nymphoides indica (L) Kuntze dan dikenal sebagai “water snowflake”. Tanaman yang tergolong satu suku dengan teratai dan lotus ini merupakan tanaman air yang indah, dengan akar terendam dalam air daun berwarna hijau berbentuk hati.

Berawal dari Ecopark

Tentang asal muasal nama Kebun Raya Cibinong yang tercatat pada buku berjudul ‘Mengenal Lebih Dekat Cibinong Science Center-Botanical Garden (CSC-BG) LIPI’, bahwa cikal bakal kebun raya ini adalah dari taman ekologi atau Ecology Park (Ecopark), yaitu Taman Konservasi Alam yang menjadi bagian Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor.

Pembangunan Ecopark dirintis pada tahun 2002, merupakan kawasan konservasi tumbuhan ex. situ yang bertujuan untuk mengurangi laju degradasi keanekaragaman jenis tumbuhan. Pada awal pembuatan Ecopark memiliki koleksi tumbuhan lebih dari 10.000 pohon. Dalam buku ‘The Ecopark Cibinong Science Center and Botanic Garden 2018’ tercatat bahwa koleksi tumbuhan terdapat 6.105 spesimen yang terdiri dari 86 famili, 328 genus dan 733 species.

Di dalam Kebun Raya Cibinong selain danau Dora, ditemukan pula danau buatan lainnya seperti danau Dori dan danau Walini yang menampung limpahan air dari 23 titik mata air. Namun memang danau yang populer adalah danau Dora dengan panjang sekitar 700 ke arah utara dan lebar bervariasi 10 sampai dengan 50 meter. Sebutan danau Dora juga membawa popularitas Kebun Raya Cibinong bagi publik, khususnya pengunjung, meskipun asal-usul nama tersebut masih beragam pendapat yang beredar.

Kebun Raya Cibinong sempat ditutup untuk umum sekitar tahun 2018 sampai dengan 2020 untuk penataan dan juga karena adanya pandemi Covid-19. Akhirnya pada 20 Desember 2020 telah dibuka kembali dengan aturan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.

Dalam pengelolaan wisatanya, BRIN telah bekerjasama dengan PT. Mayaksa Alam Permai. Penataan untuk kelayakan sebagai destinasi wisata telah dilakukan dan masih berlangsung hingga saat ini, termasuk infrastrukturnya seperti renovasi jalan, gerbang pintu masuk, musala, toilet, shelter, taman dan lain-lain.

Kini untuk mendukung dan memperkuat fungsinya, Kebun Raya Cibinong akan memiliki rumah kaca display.

“Di dalam Kebun Raya Cibinong sedang dibangun Rumah Kaca atau Green House Display berlantai 4 dengan fasad besar yang rencananya berukuran diameter sekitar 90 meter, dan tinggi 25 meter,” ungkap Mujahidin.

Diharapkan manfaat pembangunan rumah kaca ini nantinya akan tersedianya fasilitas rumah kaca yang terkontrol dan aman dengan perlatan pendukung untuk fenotip tanaman, mikroba pertanian, viabilitas benih dan analisis ekosistem yang menggunakan teknologi terkini.

Hingga akhir 2020, Indonesia telah memiliki 45 kebun raya yang mempresentasikan ekoregion biodiversitasnya. Dari 45 kebun raya tersebut, sebanyak 5 kebun raya dikelola BRIN, 5 kebun raya dikelola pemerintah provinsi, 32 kebun raya dikelola pemerintah kabutan/kota, dan 3 kebun raya dikelola perguruan tinggi.