Tiga Kemungkinan Tempat Perawatan Pasien Omicron

MUS • Tuesday, 11 Jan 2022 - 15:21 WIB

Sehubungan dengan peningkatan kasus COVID-19 utamanya karena varian Omicron, maka perlu dilakukan antisipasi sejak kini, melalui dua prinsip dasar utama yang harus diseimbangkan:

Pertama, tentu pelayanan pada pasien COVID-19 varian Omicron harus diberikan sebaik mungkin, jangan sampai pasien tidak mendapat pelayanan memadai, atau malah terjadi penularan berkepanjangan di masyarakat.

Kedua, kalau jumlah kasus nantinya meningkat tajam, maka jangan sampai rumah sakit menjadi kewalahan sehingga pasien yang memang memerlukan penanganan rumah sakit malah tidak mendapat pelayanan yang mereka perlukan.
 
Untuk itu maka baik dibuat penahapan kebijakan sesuai perkembangan jumlah pasien yang ada. 

Pada hari-hari ini dimana pasien COVID-19 di berbagai rumah sakit di negara kita masih amat jarang, maka dapat saja semua pasien COVID-19 (termasuk yang akibat varian Omicron) dirawat di rumah sakit.

Tetapi, kalau nanti jumlah pasien terus bertambah maka baiknya ada tiga kemungkinan penanganan pasien COVID-19 utamanya yang diakibatkan varian Omicron.
 
1. Untuk mereka yang OTG (asimptomatik) dan tidak ada faktor risiko (bukan lansia, tidak ada komorbid dll.) dapat saja dirawat di rumah, kalau memang rumah sakit sudah mulai akan penuh. Untuk ini ada 5 kriteria:

1.1. Tersedia ruang/ kamar yang sehat dan aman 
1.2. Keluarga menguasai bagaimana menangani pasien yang ada di rumah, penyediaan makan, kebersihan, dll. Serta amat perlu ada dukungan moral dan sikap positif dari anggota keluarga dan kerabat.
1.3. Harus dalam pengawasan dokter, baik puskesmas/klinik setempat atau dengan telemedisin.
1.4. Perlu monitor keadaan kesehatan yang dibagi dalam dua hal:

1.4.1. Pertama adalah monitor ada tidaknya keluhan (demam, batuk, sesak nafas, sakit kepala, nyeri tubuh, diare, dll), atau perburukan dari keluhan.
1.4.2. Kedua adalah monitor dengan alat, misalnya menggunakan thermometer yang relatif mudah didapat, atau lebih bagus lagi dengan oximetri untuk tahu situasi oksigen di tubuh, atau mungkin alat tensimeter untuk mengukur tekanan darah, dll. Monitor setidaknya dilakukan dua atau tiga kali sehari.

1.5. Kebutuhan sehari-hari pasien harus tetap terjaga baik,makan dan minum yang baik, istirahat yang cukup, pakaian dan tempat tidur yang memadai dll. Juga harus dijamin keamanannya, misalkan jangan sampai ada arus pendek listrik di kamar karena pasien tertidur sambil alat elektronik menyala, atau tergelincir di kamar mandi karena penuh air tidak dibersihkan dll. Pola hidup sehat tentu harus terjaga, termasuk berolah raga, menjaga kebersihan dan mengelola kemungkinan stress dengan baik. 
 
2. Pasien dengan gejala ringan dan juga OTG yang lansia dan komorbid, bila rumah sakit mulai penuh dapat dirawat di fasilitas isolasi terpusat seperti berbagai Wisma atau Asrama. Ada 3 kriteria yg harus dipenuhi:

2.1. Ruangan dan lingkungan harus sehat dan aman dari penularan berkelanjutan
2.2. Dukungan psikologis agar pasien dapat tenang menghadapi proses pengobatan yang pisah dari keluarga.
2.3. Tentu harus disediakan petugas kesehatan lengkap di wisma. 
 
3. RS merawat pasien dengan gejala sedang dan berat, dan juga mereka dengan faktor risiko yang walaupun masih ringan tapi ada kecenderungan menjadi sedang atau berat. Untuk itu maka RS harus mempersiapkan 5 hal:

3.1. Ruang rawat dan tempat tidur kalau-kalau pasien banyak sekali
3.2. Obat COVID-19 dan obat penunjang lain,
3.3. Alat kesehatan seperti oksigen, ventilator dll.
3.4. Alat pelindung diri dan sistem kesehatan lingkungan yang menjamin pencegahan penularan
3.5. Jaminan ketersediaan SDM yang cukup jumlahnya, terampil dan bekerja dengan jam kerja yang wajar
 
Tentu saja semuanya harus didukung 3 hal penting:
i. Ketersediaan data melalui surveilans yang baik, sehingga dapat diambil keputusan yang baik pada saat yang tetap.
ii. Ketersediaan sistim rujukan yang cepat dan akurat, untuk mobilisasi pasien antar rumah, wisma dan rumah sakit.
iii. Komunikasi risiko yang baik agar masyarakat mendapat informasi yang akurat, jelas dan transparan
 
Prof Tjandra Yoga Aditama
Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI. Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara