Jelang Pemilihan Ketum NU, Kader NU Dorong Pembatasan Masa Jabatan

MUS • Thursday, 23 Dec 2021 - 16:07 WIB

Jakarta - Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama (NU) memasuki hari kedua, Kamis (23/12), dengan agenda pemilihan ketua umum. Ada dua nama dengan basis massa kuat, yang digadang-gadang sebagai ketum PBNU selanjutnya. Yakni calon petahana, Said Aqil Siraj, dan Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya yang kini menjabat Katib Aam PBNU. 

Said sudah menjabat Ketum PBNU selama dua periode, yakni 2010-2015 dan 2015-2020. Pada Oktober 2021, Said mengaku mendapat dukungan dari banyak pihak untuk mencalonkan diri kembali memimpin PBNU. 

Sementara Yahya Cholil Staquf atau akrab disapa Gus Yahya diklaim mengantongi dukungan solid dari 42 pengurus cabang di Jawa Timur. 

Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan SDM (Lakspesdam) PBNU, Rumadi Ahmad mengatakan, secara formal belum ada yang sah disebut sebagai calon Ketum di NU. 

“Nanti ada proses penyaringan bakal calon dulu, kemudian ditetapkan sebagai calon. Tapi dari perbincangan di luar  di luar arena muktamar itu petanya  sudah bisa terlihat,” kata Rumadi dalam wawancara di Trijaya Hot Topic Pagi, Kamis (23/12/2021). 

Rumadi berpesan siapapun nanti yang akan menjadi penerus ketua umum PBNU, harus berpegang pada keputusan yang telah ditetapkan oleh para muktamirin.

“Karena muktamarlah yang menjadi forum tertinggi pengambilan keputusan organisasi," kata Rumadi.

Sudah Waktunya Regenerasi 

Sementara itu nadhliyin yang juga Sosiolog Universitas Gadjah Mada, Najib Asca, menilai muktamar kali ini harus menjadi ajang regenerasi kepemimpinan di NU.

“Saya rasa sudah harusnya (ketua umum) ganti ya, karena jika melihat dalam sejarah NU biasanya kepemimpinan itu hanya dua periode,” kata Najib. 

Namun, diakui pembatasan dua periode itu belum dibakukan dalam aturan yang resmi. “Jadi saya merasa ini belum final, maka saya berharap harus ada pengaturan yang lebih spesifik mengenai pembatasan dua periode ini. Dan menurut saya dengan waktu dua periode atau sepuluh tahun sudah bagus ya. 10 tahun itu kan sudah bisa mewarisi sesuatu yang bermakna dalam struktur dan kultur organisasi," jelas Najib. (Fir)