Sejarawan: Penamaan Rupabumi adalah Sumber Sejarah Penting 

MUS • Monday, 13 Dec 2021 - 19:01 WIB

Jakarta - Sejarawan JJ Rizal mengapresiasi ikhtiar Badan Informasi Geospasial (BIG) menerbitkan Gazeter Republik Indonesia, berisi nama rupabumi yang telah dibakukan. 

Sebagai orang yang menggeluti ilmu sejarah, JJ sangat terbantu dengan pengarsipan nama tempat yang dilakukan BIG dalam bentuk Gazeter. 

“Kita berbahagia ya, sekarang sudah ada BIG. Artinya benar-benar konsen memperhatikan rupabumi sebagai alat untuk mendeteksi wilayah kita,” kata JJ Rizal dalam talkshow MNC Trijaya bersama Badan Informasi Geospasial (BIG), dengan tema “Gazeter Republik Indonesia Sebagai Referensi Dokumen Pemerintahan” di Hotel Grand Kemang, Jakarta, Senin (13/12/2021).

Penamaan rupabumi, kata JJ, merupakan informasi yang sangat penting untuk memulihkan kesalahan di masa lalu.

“Beberapa kali kita ramai tentang perbatasan, seperti Natuna dan Sipadan Ligitan. Dulu, anehnya disebut pulau terluar, padahal harusnya pulau terdepan karena itu halaman muka kita. Karena dia disebut pulau terluar, jadi gampang keluar karena dianggap bukan bagian dari kita,” ucap JJ.

Dalam kacamata sejarawan, JJ menganggap nama-nama adalah arsip atau sumber sejarah yang penting. Nama sebuah tempat, misalnya, acapkali memiliki tautan erat dengan peristiwa masa lalu yang jarang diketahui orang. 

“Misalnya kalau saya belajar sejarah Jakarta, kok ada nama kampung Tiang Bendera. Rupanya itu terkait dengan kapten Tionghoa pertama di kota Batavia yang tugasnya mengumpulkan pajak dari orang-orag Tionghoa untuk pembangunan kota Batavia. Dia mengerek bendera setiap akhir bulan di depan rumahnya, sebagai tanda pajak harus dibayar. Karena itu dinamakan kampung Tiang Bendera,” ujar JJ. 

Di masa lalu, Belanda sebenarnya sudah cukup menghargai penamaan tempat. Hanya saja karena pembuatnya orang Belanda, penamaan tempat di masa lalu menjadi tidak akurat. “Nama-namanya ngaco karena yang kerja orang Belanda,” cetus JJ. 

Sebelumnya Kepala BIG Muh Aris Marfai mengakui istilah Gazeter belum familiar di masyarakat. Padahal fungsinya sangat vital dalam proses pembangunan nasional. 

“Memang tidak semua paham Gazeter, terutama masyarakat umum. Gazeter itu adalah direkturik nama geografis atau nama rupabumi, dimana kita perlu menetapkan nama-nama itu agar memberikan kemudahan dalam pembangunan dan berbagai keperluan lainnya,” kata Aris.

Menurut Aris, data yang dihimpun dalam Gazeter merupakan hasil kolaborasi dari kementerian, lembaga, stakeholder, akademisi, para pakar dan pemerintahan daerah. Di dalamnya mencakup nama lokasi, nama bangunan, nama jalan, infrastruktur dan sebagainya.

“Intinya adalah nama-nama yang muncul ketika peta rupabumi kita buat. Sehingga kita lihat memang bukunya tebal-tebal karena ada sekian puluh ribu, bahkan juta penamaan disitu. Jadi kita tidak perlu bingung lagi, ini menjadi semacam kamus,” jelasnya.

“Misalnya nama Rawa Buaya, Rawa Bokor, Kebun Sirih, Kebun Jeruk, nama-nama itu merefleksikan sesuatu, baik proses, kejadian maupun pengetahuan lain yang dihimpun menjadi satu dalam Gazeter,” pungkasnya. (FAN)