27.931 Tim Pendamping Keluarga Diharapkan Percepat Penurunan Stunting

ANP • Tuesday, 7 Dec 2021 - 22:46 WIB

Semarang - Sebanyak 27.931 tim pendamping keluarga (TPK) se-Jateng yang bertugas melaksanakan percepatan penurunan stanting, telah dibentuk. Setiap tim terdiri atas 3 orang, mewakili unsur bidan/ tenaga medis, kader atau Institusi Masyarakat Pedesaaan/Perkotaan (IMP), dan Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK).

Koordinator Bidang Pengendalian Penduduk Kantor Perwakilan BKKN Jateng, Harlin Is Ambarwati memaparkan, jumlah tim di setiap desa atau kelurahan akan berbeda-berbeda, tergantung jumlah penduduk di wilayah tersebut menurut hasil pendataan keluarga tahun 2021. 

''Misalnya satu desa bisa lebih dari satu tim yang berjumlah 5 hingga 6 orang. Sehingga petugas lini lapangan program Bangga Kencana (Pembangunan Keluarga dan Keluarga Berencana) ada 80 ribu orang kader seluruh Jateng yang ada di TPK. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan banyak bidan/tenaga medis untuk menyukseskan program percepatan penurunan stunting ini. Karena memang harus dikeroyok bersama-sama.  Tidak hanya dilingkungan pemerintahan saja, semua kementerian dan lambaga, swasta, PKK,  masyarakat diajak mengawasi stunting ini,'' jelas Harlin dalam Sosialisasi, Advokasi dan KIE Program Bangga Kencana, Bersama Mitra di aula Balai Desa Bedono, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang, Senin (6/12/201) .

TPK ini, lanjut Harlin, bertugas memberikan edukasi, sosialisasi dan screening pencegahan stunting pada tiga kelompok sasaran, yaitu calon pengantin, ibu hamil, dan anak bawah dua tahun. Ketiga kelompok sasaran ini memang yang paling beresiko tinggi mengalami kasus stunting. ''Tim Pendamping Keluarga bertugas mendata dan melakukan pendampingan pada calon pengantin, ibu hamil, dan keluarga resiko tinggi stunting,'' tegasnya.

Di sisi lain, Kepala Bidang Keluarga Berencana Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak Kabupaten Semarang, Eka Jaya Sakti mengakui Kabupaten Semarang angka stunting cukup tinggi, karena nutrisi yang diberikan kepada ibu hamil itu kurang mencukupi. ''Setelah adanya penelitian, para pekerja wanita nutrisinya kurang terpenuhi. Karena jam kerja pagi sampai sore, namun siang harinya hanya makan bakso kojek, atau cimol itu akan mempengaruhi kondisi bila dia hamil,'' paparnya. 

Untuk itu, pihaknya memfokuskan di Kecamatan Pabelan, Kecamatan Sumowono dan Kecamatan Ungaran Timur yang tergolong tinggi angka stuntingnya terus didampingi oleh tim TPK.

''Tim TPK nanti akan mendampingi keluarga rentan stunting dengan harapan tim ini akan mendampingi, mengedukasi untuk mempersiapkan kehidupan yang yang lebih sehat,'' kata Eka.

Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PDIP Tuti N Roosdiono mengatakan, masalah stunting merupakan masalah yang harus ditangani bersama-sama.  Penanganannya lintas sektoral dan harus didukung oleh masyarakat juga.

''Mengusahakan berkurangnya prevelensi stunting misalnya dengan peningkatan asupan gizi, pola asuh, sanitasi, kebersihan air, kebersihan ibu hamil, pemberian ASI pada bayi 0-12 bulan,'' pungkasnya. (ANP)