Kombinasi Reuni Memuaskan dan Sajian Segar dalam Ghostbusters: Afterlife

MUS • Wednesday, 1 Dec 2021 - 15:17 WIB

Genre: Komedi, petualangan
Sutradara: Jason Reitman 
Pemeran: Carrie Conn, Finn Wolfhard, Mckenaa Grace, Annie Potts, Paul Rudd 
Durasi: 2 jam 
Distributor: Sony Pictures Releasing
Mulai tayang di bioskop Indonesia: 1 Desember 2021

Pernah terbayang apa rasanya ketika opa oma, orang tua, atau om tante kita pertama kali menonton "Ghostbusters" pada tahun 1984? Seru, memuaskan, penasaran, dan mungkin awalnya terbersit tanda tanya dengan keunikan di sana-sini. Berbeda dengan pemburuan hantu biasa, "Ghostbusters" sudah menjadi jaminan lucu, meski kita sebenarnya diajak memecahkan teror misterius. 

Dengan simbol khas no-ghost sign, penonton disiapkan menikmati kombinasi magis antara komedi dan kengerian, cerita yang dekat dengan keseharian, aksi dan efek mengagetkan, lagu menghentak, mobil Cadillac ECTO-1, alat-alat elektronik penjebak roh, marshmallow, gula-gula, jargon 'who you gonna call', dan berbagai elemen yang selalu diingat hampir 40 tahun kemudian, termasuk kekacauan masif akibat ulah roh jahat di kota besar Manhattan.

Mengusung pakem serupa tetapi tak sama, sineas Jason Reitman, putra Ivan Reitman yang menyutradari "Ghostbusters" original, memberikan pengalaman nostalgia selayaknya seorang anak menyajikan resep andalan keluarga. 

Ghostbusters: Afterlife bercerita tentang keluarga kecil: single mom Callie (Carrie Coon), putranya yang berusia 15 tahun, Trevor (Finn Wolfhard), dan putrinya yang berusia 12 tahun Phoebe (Mckenna Grace). Setelah mereka diusir dari apartemen di Chicago, keluarga Callie pindah ke pondok sederhana di Oklahoma. 

Mereka menempati kediaman di tengah ladang jagung milik sang kakek, yang baru saja meninggal dunia. Keluarga Callie perlu menata kehidupan di tempat baru, beradaptasi dengan masyarakat perdesaan, dan berusaha memulai kebiasaan baru di sana.

Callie memastikan anak-anaknya beraktivitas seperti biasa meski di lingkungan berbeda. Berkenalan di restoran burger vintage, Trevor mulai naksir dengan Lucky, pelayan bersepatu roda. Sementara Phoebe yang suka ilmu pengetahuan belajar di sekolah baru, berteman dengan Podcast, pelajar yang juga penyiar siniar. 

Selain memulai segala sesuatu dari awal, masalah mereka tersentral di kediaman peninggalan sang kakek, yang oleh masarakat disebut petani tanah (dirt farm). Rumah sederhana itu sangatlah menyeramkan, misterius, namun menarik perhatian Phoebe untuk mengeksplorasi dari sisi sains. 

Dilengkapi peralatan penangkapan hantu, rumah sang kakek ternyata mampu memberi petunjuk tentang apa yang sebenarnya terjadi di wilayah mereka. Gempa bumi sering terjadi, walau tanpa pergeseran lempeng, aktivitas gunung api, maupun penyebab lainnya. 

Dibekali keingintahuan dan kemampuannya, Phoebe terus berusaha meneliti apa yang sebenarnya terjadi, siapa sebenarnya sosok kakeknya, dan bagaimana mengatasi fenomena hantu serta gempa yang terjadi. 

Walau tanpa kehebohan di kota besar seperti New York, yang terjadi film original, "Ghostbusters: Afterlife" tetap menghadirkan reuni menyenangkan. Hampir seluruh adegannya terasa pas untuk penggemar setia maupun penonton baru. Rasa penasaran kembali ke versi awal pun muncul, untuk mengonfirmasi kembali elemen-elemen di "Ghostbusters: Afterlife". 

Sajian segar yang dibangun lewat tokoh Phoebe dan Finn serta ibunya Callie juga mampu melampaui ekspektasi dari sekadar lanjutan atau pembuatan kembali dari fenomenalnya "Ghostbusters". Penantian setahun akibat mundurnya jadwal rilis juga terbayar lunas, untuk kembali merasakan, apa yang dialami para pendahulu kita, saat menyaksikan hantu-hantu marshmallow dengan segala manifestasinya.  

Siap-siap memperhatikan semua kejutan "Ghostbusters", termasuk yang diceritakan begitu 'dekat' dengan peristiwa-peristiwa penting di sekitar kita. (MAR)