Komisi IX DPR Dukung Program Percepatan Penurunan Stunting BKKBN

ANP • Monday, 29 Nov 2021 - 13:02 WIB

JAKARTA - Komisi IX DPR RI mengatakan, mendukung program Badan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), termasuk dari sisi anggaran dalam rangka percepatan penurunan stunting.

Begitu kata Anggota Komisi IX, Suir Syam pada acara Sosialisasi, Advokasi, dan KIE Program Bangga Kencana Bersama Mitra Kerja di Provinsi Sumatera Barat, di Ruang Serba Guna FT UNP Kel. Air Tawar Barat, Kec. Padang Utara, Minggu  (28/11/2021).

"Jadi, untuk menanggulangi stunting yang cukup besar di Indonesia, yaitu 27 persen, maka Komisi IX mendukung program penurunan stunting, dan kedua menganggarkan atau memberikan dana

"Kemudian, bagi yang sudah stunting bagaimana kita memberikan penyuluhan supaya anak-anaknya keluar stunting dan sekaligus kita akan memberikan makanan tambahanan," sambungnya.

Disamping itu, lanjut Suir, Komisi IX juga turun langsung ke lapangan melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait cara mencegah agar anak-anak tidak terlahir dalam keadaan stunting.

Seperti diketahui, stunting masih menjadi perhatian pemerintah Indonesia hingga saat ini. Presiden Joko Widodo menargetkan, prevalensi angka stunting menjadi 14 persen pada tahun 2024.

Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo mengatakan, sebelum pandemi, prevalensi stunting berada pada 27,67 persen. Kemudian, selama pandemi berlangsung prevalensi stunting mengalami penurunan menjadi 26,9 persen.

"Sekarang evaluasi terakhir Kementerian Kesehatan, angka stunting masih 26,9 persen. Itu evaluasi terakhir jadi masa pandemi memang menghambat penurunan. Sehingga penurunan sedikit," ujarnya.

Hasto mengungkapkan tiga tantangan, yang dihadapi BKKBN dalam mengentaskan stunting di Indonesia. Pertama, mengubah mindset masyarakat dalam menentukan asupan dan gizi.

Menurut Hasto, masih banyak masyarakat, yang memberikan makan kepada anaknya yang tidak memenuhi gizi seimbang.

"Ini penting sekali karena banyak sekali konsumsi itu tidak memenuhi gizi seimbang dan orang cenderung konsumsi yang praktis, tapi sebetulnya tidak higienis dan kadang-kadang ini juga tidak memenuhi syarat mikronutrien maupun makronutrien," ujar Hasto.

Kedua, lanjut Hasto, masih banyak masyarakat yang belum memahami secara sepenuhnya bahwa cara mengasuh (parenting) sangat memengaruhi pola makan anak.

"Ketika anak tidak happy, tidak gembira bagaimana anak mau makan. Padahal, kalau kita ingin mengajari anak makan dan apa saja itu harus happy dulu," kata Hasto.

Ketiga, lingkungan yang belum sehat. "Kadang-kadang lingkungan kita belum sehat sehingga penyakit menular masih terjadi. Sebentar-sebentar diare, sebentar-sebentar batuk pilek, akhirnya dia juga infeksi kronis, akhirnya berat badannya naik dan akhirnya juga tingginya tidak tambah," kata Hasto. (ANP)