11 Aktor dan Tim Pendukung  Indonesia Sukses Tampil Dalam Drama Teater "Electra" di Jepang dengan Sutradara Tadashi Suzuki

MUS • Sunday, 28 Nov 2021 - 16:25 WIB

Tokyo - Lima laki-laki bercelana pendek dan topi hitam, duduk di kursi roda sebagai pasien rumah sakit jiwa. Mereka membuat gerakan tengah menyusun puzzle peristiwa yang di dalamnya ada seorang perempuan duduk diam bagai batu terkurung amarah dendam.

Demikian salah satu adegan drama teater berjudul 'Electra' yang disutradarai Tadashi Suzuki dan melibatkan 11 aktor dan tim pendukung asal Indonesia. Pertunjukan yang berlangsung pada Sabtu 27 November 2021 di Toga Grand Theatre, Toga Art Park, Prefektur Toyama ini diproduksi bersama Suzuki Company of Toga (SCOT) dan Purnati Indonesia serta disponsori oleh The Japan Foundation.

Tadashi Suzuki mengemas pertunjukan ini dengan menampilkan ragam bahasa. Tidak hanya bahasa Jepang, melainkan juga Bahasa Indonesia, Minang, Jawa Jogja dan Brebes serta Sasak Lombok.

Duta Besar Republik Indonesia untuk Jepang dan Federasi Mikronesia Heri Akhmadi dalam dialog virtual menyampaikan apresiasi kepada Sutradara Tadashi Suzuki yang telah melibatkan aktor Indonesia dalam pertunjukan ini.

"Terimakasih telah melibatkan pemain teater Indonesia dalam pertunjukan yang sangat bergengsi ini. Semoga kedepannya bisa terus terjalin kolaborasi seniman Indonesia dan Jepang," ujar Dubes Heri yang juga berkesempatan berbincang dengan seluruh pemain teater Indonesia.

Kepada Dubes Heri, Sutradara Tadashi Suzuki memastikan seluruh aktor asal Indonesia telah sukses membawakan peran mereka di atas panggung.

"Saya senang aktor-aktor Indonesia sangat bagus bermainnya. Terimakasih Bapak Dubes atas dukungannya," kata Tadashi Suzuki.

Mewakili Dubes Heri, Kepala Fungsi Penerangan Sosial Budaya KBRI Tokyo Meinarti Fauzie menghadiri langsung pertunjukan ini dan menyerahkan omiyage dari KBRI Tokyo kepada Sutradara Tadashi Suzuki dan seluruh tim pendukung dari Japan Foundation dan SCOT.

Bambang Prihadi aktor senior pemeran Dokter dalam pertunjukan ini meyakini,  kolaborasi pemain teater Indonesia Jepang kedepannya akan menjadi agenda bersama Indonesia Jepang di bidang kesenian. 

"Pertunjukan kali ini luar biasa. Dalam waktu singkat kami berlatih memainkan sebuah karya lama. Meski  Bapak Suzuki sangat keras dalam melatih tapi beliau makin percaya pada kemampuan kami. Hal ini membuat saya optimis kolaborasi semacam ini akan semakin terjalin kedepannya," ujar Bambang Prihadi yang merupakan Ketua Komite Teater Dewan Kesenian Jakarta.

Andhini Puteri Lestari pemeran Electra mengaku senang bisa tampil dalam sebuah pentas teater kelas dunia pimpinan Sutradara Tadashi.

"Seneng banget ya. Ini penampilan perdana saya di luar negeri. Apalagi bersama sutradara senior teater kelas dunia Bapak Suzuki. Terimakasih juga atas dukungan Bapak Dubes Heri Akhmadi dan teman-teman KBRI Tokyo," terang Andhini Puteri Lestari yang juga aktif di Teater Koma.

Ke-11 aktor dan tim pendukung asal Indonesia dalam Drama Teater "Electra" ini adalah, Andhini Puteri Lestari sebagai Electra, Agatha Irena Praditya sebagai Chrysothemis, dan Jamaluddin Latif sebagai Orestes. Sebagai Wheelchair Man adalah Dian Nova Saputra, Wahyu Kurnia, Erik Nofriwandi, Ahmad Ridwan Fadjri dan Washadi.

Sementara itu Bambang Prihadi selain berperan sebagai Doktor sekaligus Asisten Sutradara. Untuk interpreter adalah Anak Agung Iswara. Production Wiwit Roswita dan Producer Restu I. Kusumaningrum. 

Naskah drama klasik 'Elektra' karya Sophocles dan Hofmannsthal ini di tangan Tadashi Suzuki difokuskan pada bagian konflik persoalan dendam Electra pada ibu kandungnya yang bernama Clytemnestra yang menjadi otak pembunuhan suaminya sendiri, Agamemnon. Dia dibunuh di bak mandi oleh selingkuhannya, Aegisthus, setelah kembali dari kemenangan di perang Troya.

Pertunjukan Electra yang disaksikan sekitar 200 orang penonton ini menggunakan set latar dan sayap kanan kiri hitam yang tersusun masif dari kotak-kotak persegi panjang dengan rangka besi sedikit renggang. Seperti ingin menggambarkan kemegahan, sekaligus keterasingan dan kesepian yang menyakitkan.

Kemasan musik perkusi dimainkan secara performatif oleh komposer Jepang Midori Takada, di sisi kiri panggung sejak awal hingga akhir pertunjukan.

Tadashi Suzuki adalah sutradara teater avant garde kenamaan yang dikenal dengan metode Suzuki. Ia menulis sejumlah buku dan acapkali melakukan pementasan yang melibatkan pemain mancanegara di berbagai belahan dunia.