Menko PMK: Tak Ada Pilihan Lain bagi Indonesia Maju

ANP • Thursday, 25 Nov 2021 - 14:13 WIB

DENPASAR - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan, Bangsa Indonesia dewasa ini tengah menghadapi tantangan globalisasi dan kemajuan teknologi.

Dia menjelaskan, untuk menghadapi tantangan itu, Indonesia harus beradaptasi dalam menghadapi globalisasi, serta membekali generasi muda untuk menguasai teknologi.

Hal itu disampaikan Menko PMK dalam Seminar Nasional Sains dan Teknologi Universitas Udayana Bali, secara daring, pada Rabu (24/11).

"Tidak ada pilihan lain. Kalau ingin membawa Indonesia Maju ke depan, maka kita harus masuk menjadi bagian dari masyarakat global. Dan tak kalah penting, harus membekali generasi muda kita untuk menguasai betul bidang teknologi ini," ujarnya.

Menko PMK menuturkan, kehadiran pandemi Covid-19 memang telah mempercepat transformasi digital. Masyarakat dipaksa untuk menerima perubahan dari gaya hidup konvensional menjadi serba digital dalam setiap lini kehidupan.

"Transformasi digital yang tengah dialami bangsa kita saat ini lebih disebabkan oleh terjadinya pandemi," sebutnya.

Salah satu dampak yang paling kentara, kata Muhadjir, adalah di dunia pendidikan. Pandemi telah mempercepat inovasi dan invensi penerapan pembelajaran jarak jauh (PJJ) dengan memanfaatkan media teknologi informasi.

"Saya orang yang tidak mengira bahwa PJJ yang dulu sebagai pendekatan alternatif, justru sekarang menjadi metode pembelajaran utama dalam masa pandemi Covid-19," ucapnya.

Namun, menurut Menko Muhadjir, percepatan transformasi digital yang disebabkan pandemi bukanlah hal yang patut dibanggakan. Sebab, kata dia, percepatan kemajuan teknologi di masyarakat harusnya dihasilkan oleh riset-riset yang dilakukan SDM Indonesia.

"Seharusnya transformasi apapun di masyarakat harusnya dihasilkan oleh riset-riset para ahli. Padahal kita memiliki banyak ahli di berbagai bidang," ujarnya.

Dia mengungkapkan, Bangsa Indonesia juga menghadapi tantangan kurangnya kualitas daya saing manusia Indonesia. Mengacu laporan World Economic Forum (WEF), indeks daya saing global Indonesia dalam Global Competitiveness Index 2019 menempati peringkat 50 dari 141 negara.

Menurutnya, hal itu dikarenakan Indonesia masih lemah dalam hal kesiapan teknologi dan efisiensi tenaga kerja. Di mana keduanya terkait erat dengan kualitas SDM.

Karena itu, di forum Seminar Nasional Sains dan Teknologi Universitas Udayana Bali, yang dihadiri oleh para mahasiswa dan para akademisi, Muhadjir berharap, ke depannya akan lahir SDM yang profesional, yang mampu menguasi teknologi, menghasilkan riset-riset, dan rekomendasi-rekomendasi kebijakan yang mangkus tepat guna.

"Terutama dalam rangka meraih cita-cita kemerdekaan yang telah diimpikan oleh founding father kita, yaitu membawa Indonesia Maju," tegasnya. (ANP)