Dampak Perubahan Gaya Hidup Selama Pandemi Terhadap Risiko Diabetes dan Prediabetes di Indonesia

ANP • Saturday, 13 Nov 2021 - 17:09 WIB

Jakarta – Merck bekerjasama dengan YouGov baru saja mempublikasikan survei terbaru yang membahas perubahan gaya hidup masyarakat dunia selama pandemi. Survei ini dilakukan dalam rangka memeringati Hari Diabetes Sedunia 2021 yang diinisiasi oleh International Diabetes Federation (IDF) untuk meningkatkan akses terhadap layanan diabetes dan menyerukan pentingnya pencegahan diabetes dan komplikasinya. Hal ini penting, karena lebih dari 460 juta orang di seluruh dunia menderita diabetes dan prediabetes yang sebenarnya dapat dicegah dengan perubahan gaya hidup.

Berdasarkan survei yang dilakukan pada tanggal 10-27 September 2021 dengan melibatkan 8.000 orang dewasa di Indonesia, Brasil, Meksiko, Rusia, Cina, Vietnam, Portugal dan Uni Emirat Arab, mengungkapkan bahwa responden di Indonesia telah menerapkan perubahan gaya hidup yang dapat mengurangi atau bahkan meningkatkan risiko terhadap diabetes, disebabkan oleh semakin banyaknya waktu luang di rumah.

Banyak responden yang mengatakan bahwa mereka melakukan perubahan yang lebih sehat, seperti 51% lebih banyak makan buah dan sayuran dan 40% semakin sering berolahraga selama pandemi COVID-19. Namun, tidak sedikit pula responden yang lebih sering mengonsumsi makanan tinggi lemak dan gula (13%) dan semakin jarang berolahraga (19%). Padahal, dari survei tersebut juga terungkap bahwa sebanyak 68% orang di Indonesia percaya bahwa perubahan gaya hidup yang dapat mengurangi risiko terhadap diabetes dan 73% menyadari bahwa asupan makanan tinggi gula memainkan peran utama dalam menyebabkan diabetes.

Selain perubahan gaya hidup, survei ini juga mengungkapkan bahwa kebanyakan orang (82% responden) di Indonesia tidak tahu harus bertanya kepada siapa atau mengakses sumber informasi yang dapat diperpercaya tentang risiko diabetes. Sementara itu, hasil survei juga menunjukkan 67% akan mencoba mengakses informasi terpercaya tentang faktor risiko diabetes di internet, dimana 31% diantaranya akan mengakses informasi melalui media sosial. Bukan hanya melalui internet, tidak sedikit responden yang akan menggunakan program TV (21%) dan akan berbicara dengan keluarga atau teman (35 %) untuk mencari informasi tentang diabetes. Melihat data tersebut, hadirnya berbagai inisiatif dan platform terpercaya sangat dibutuhkan agar dapat terus mengedukasi masyarakat tentang bahaya diabetes dan cara pencegahannya.

Pandemi Covid-19 telah membawa perubahan besar terhadap gaya hidup yang dapat menjadikan kita lebih sehat ataupun tidak. Saat ini, kita sudah mulai beradaptasi untuk hidup berdampingan dengan virus ini dan perlu memahami kebiasaan yang dapat mengurangi ataupun meningkatkan risiko diabetes. Dengan demikian, kita dapat membuat pilihan yang tepat untuk mempertahankan yang gaya hidup yang sehat dan mengubah yang buruk menjadi baik. Melalui kemitraan berkelanjutan dengan IDF, kami berharap dapat memberikan penjelasan yang lebih komprehensif mengenai diabetes dan mendorong perubahan positif yang dapat dilakukan masyarakat untuk menjalani hidup yang lebih sehat dan aktif,” kata Evie Yulin, Presiden Direktur PT Merck Tbk.

Risiko terkena diabetes tipe-2 dapat dikurangi hingga 58% dengan perubahan gaya hidup, seperti pola makan yang seimbang, rutin berolahraga, dan menurunkan berat badan. Penelitian menunjukkan bahwa setiap penurunan berat badan hingga satu kilogram, risiko terkena diabetes pun ikut berkurang hingga 16%. Untuk itu, Merck telah bekerja sama dengan para tenaga kesehatan profesional untuk meluncurkan kampanye yang mendorong perubahan gaya hidup yang dapat dilakukan di rumah untuk memitigasi risiko diabetes dalam rangka Hari Diabetes Sedunia 2021. Selain itu, inisiatif penting lainnya yang dilakukan Merck dalam rangka menyambut Hari Diabetes Sedunia adalah melakukan Webinar publik “See it, slow it, stop it! Cegah prediabetes dimulai dari keluarga” serta kampanye edukasi di social media @merckindonesia.

Sementara itu, dr. L. Aswin Pramono, M.Epid., Sp.PD dari Rumah Sakit St. Carolus Jakarta menyambut baik upaya Merck untuk melakukan edukasi kepada publik tentang pencegahan risiko diabetes.Prediabetes merupakan kondisi gula darah yang tinggi, namun belum sampai menyentuh kriteria diagnosis diabetes. Namun, tidak banyak orang yang menyadari kondisi prediabetes, karena memang gejalanya yang minim sampai kemudian berkembang menjadi diabetes dan menimbulkan komplikasi. Untuk mencegahnya, sangat direkomendasikan untuk rutin berolahraga setidaknya 150 menit seminggu, atau 30 menit setiap hari selama 5 hari dalam seminggu. Olahraga yang dilakukan misalnya berjalan kaki, naik sepeda, atau berenang. Usaha lainnya dalam mengobati prediabetes adalah berusaha mengubah pola makan dengan diet yang bergizi seimbang dan mengelola stres. Untuk itu, sebuah kampanye yang dapat mendorong perubahan gaya hidup akan sangat diperlukan untuk membantu mengedukasi masyarakat, ujar dr. L. Aswin Pramono, M.Epid., Sp.PD.

Prediabetes umumnya tidak menimbulkan gejala yang jelas sehingga banyak orang tidak menyadarinya. Untuk mencari tahu bagaimana perubahan gaya hidup dapat memengaruhi risiko diabetes Anda, Anda dapat mengikuti penilaian prediabetes online Merck dengan mengunjungi www.cekprediabetes.com. “Mengelola diabetes selama lebih dari 60 tahun, Merck senantiasa membantu memerangi epidemi di seluruh dunia dengan menghadirkan perawatan, layanan kesehatan, kemitraan yang kuat, dan meningkatkan kesadaran masyarakat,” tutup Evie Yulin. (ANP)