Hadir di MPR, Akademisi Unkris Dukung Hasil Kongres Kebangsaan

ANP • Tuesday, 2 Nov 2021 - 22:10 WIB

JAKARTA – Akademisi Universitas Krisnadwipayana (Unkris) mendukung hasil dari Kongres Kebangsaan yang digelar bertepatan dengan Peringatan Sumpah Pemuda 28 Oktober 2021 di  Gedung Nusantara IV MPR RI. Kongres yang mengusung tema besar 'Ikhtiar Memperadabkan Bangsa' tersebut diselenggarakan oleh MPR RI bekerjasama dengan Aliansi Kebangsaan dan Forum Rektor Indonesia, serta didukung Asosiasi Ilmu Politik Indonesia (AIPI), Yayasan Suluh Nuswantara Bakti (YSNB), Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), dan Kompas.

Dalam pidatonya, Presiden Joko Widodo berharap Kongres Kebangsaan dapat melakukan refleksi mendalam tentang dunia masa kini dan yang akan datang, serta menghasilkan rekomendasi besar bagi penguatan kebangsaan. Lebih penting lagi, bisa memberikan rekomendasi langkah-langkah perbaikan apa yang perlu dilakukan untuk memperbaiki kehidupan kebangsaan kita kedepan.

Harapan yang sama juga disampaikan Ketua MPR RI Bambang Soesatyo. Dalam pidatonya, Bamsoet menerangkan, Kongres Kebangsaan diselenggarakan untuk menggugah kesadaran kolektif tentang persoalan-persoalan mendasar dalam kehidupan kebangsaan dan kenegaraan. Selain itu juga untuk  menggalang tanggungjawab intelektual untuk turut memberikan kontribusi pemikiran dalam usaha transformasi sosial.

"Pada akhirnya akan menawarkan peta jalan pembangunan sebagai masukan rekomendasi kebijakan bagi penyusunan sistem perencanaan pembangunan nasional, serta menjadi ruang konsensus bersama berbagai entitas dalam pergumulan Indonesia yang bhinneka, dalam upaya membangun peradaban Pancasila," terang Bamsoet.

Sementara itu, Ketua Aliansi Kebangsaan Pontjo Sutowo mengemukakan Kongres Kebangsaan ini digagas oleh kaum cendekiawan dari berbagai lintas profesi dan institusi, bekerjasama dengan masyarakat politik dan golongan pengusaha yang merasa terpanggil menjadikan krisis pandemi sebagai titik balik semangat gotong-royong untuk kebangkitan bangsa.

“Hari ini, 93 tahun yang lalu, sekumpulan pemuda-pelajar dari berbagai latar etnis, agama dan kepulauan berikrar di Jakarta, untuk mempertautkan keragaman menjadi kesatuan kekuatan dengan mengaku: “bertumpah darah satu, tanah air Indonesia; berbangsa satu, bangsa Indonesia, dan menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”. Sumpah ini pun harus kita lihat sebagai monumen dari rangkaian respon kaum inteligensia sadar politik terhadap krisis sosial-ekonomi-politik di Hindia Belanda pada masa itu,” tutur Pontjo.

Pontjo juga menyebut bahwa pandemi Covid-19 membantu bangsa Indonesia mengenali kekuatan dan kelemahan pembangunan sebagai pengamalan Pancasila. Bahkan krisis pandemi bisa menjadi titik balik dalam mengupayakan pembangunan kualitas hidup dan peradaban sebagai pengamalan Pancasila.

“Bahwa keampuhan Pancasila sebagai ideologi menuntutnya menjadi “ideologi kerja” (working ideology) dalam praksis pembangunan. Dengan kata lain, ideologi Pancasila itu harus menjadi kerangka paradigmatik dalam pembangunan nasional, yang dibudayakan dalam tiga ranah peradaban: ranah nilai budaya (mental-spiritual-karakter) dalam kerangka “tata nilai”, ranah kelembagaan sosial-politik dalam kerangka “tata kelola” (governancy), ranah material-teknologikal dalam kerangka “tata sejahtera”,” tambahnya.

Usai menghadiri langsung Kongres Kebangsaan tersebut, Rektor Unkris Dr. Ir. Ayub Muktiono, M.SIP, CIQaR menyampaikan bahwa Kongres Kebangsaan menjadi langkah yang sangat penting dan strategis untuk upaya penguatan kebangsaan. Terlebih di tengah era globalisasi dan kemajuan teknologi informasi, dimana tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia semakin beragam dan kompleks.

“Seperti halnya disampaikan Bapak Presiden Joko Widodo, tentu sebagai bagian dari kaum akademisi, Unkris sangat mendukung hasil dari Kongres Kebangsaan ini,” sebut Rektor.

Rektor mengatakan jajaran akademisi Unkris yang hadir dalam Kongres Kebangsaan yakni Dr. Susetya Herawati ST. M.Si, Ketua LPKK Unkris, Dr. Abdullah Fathoni, dosen Fakultas Ekonomi dan Dr (Can) Saefudin Zuhrie , S.Sos, M.I.P, wakil dekan 3 Fakultas Adminstrasi Unkris, mengikuti semua pembahasan dalam Kongres Kebangsaan hingga acara berakhir.

“Banyak hal yang bisa kami dapatkan dan ini penting untuk disosialisasikan kepada para dosen maupun mahasiswa,” jelas Rektor.

Sebagai salah satu kampus tertua di Indonesia, Unkris juga terus berupaya ikut terlibat mencari solusi atas masalah kebangsaan yang muncul. Misalnya terkait pencegahan radikalisme, intolerasi dan lainnya. Bahkan pada masa krisis akibat pandemi Covid-19 ini, Unkris menunjukkan dukungan pada kebijakan pemerintah melalui berbagai cara seperti aksi kepedulian sosial, kemudahan bagi mahasiswa yang terdampak pandemi untuk melanjutkan studi, mendukung kebijakan PPKM dan lainnya.

Rektor berharap bahwa hasil rekomendari dari Kongres Kebangsaan tersebut dapat diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bertanah air, untuk mengantar Indoneesia emas pada 2045.

Ikrar Kebangkitan Kebangsaan

Dalam Kongres Kebangsaan tersebut, peserta juga membacakan ikrar kebangkitan kebangsaan yang terdiri atas 3 poin. Adapun ikrar kebangkitan kebangsaan tersebut adalah:

Kami putra dan putri Indonesia bersyukur atas karunia kemerdekaan, Dasar Negara Pancasila, serta segala potensi keragaman manusia, keragaman hayati, keragaman budaya, keragaman spiritual, dan keragaman sumberdaya, yang kami yakini sebagai modal kemajuan dan kebahagiaan bangsa yang harus diolah dengan penuh percaya diri, berkemandirian, berkepribadian, berkelanjutan, bermental kreatif dan berintegritas.

Kami putra dan putri Indonesia berdiri sebagai anak-anak negeri bahari yang berani mengarungi tantangan gelombang perkembangan global dan terlibat dalam pergaulan dunia dengan sikap terbuka terhadap unsur-unsur positif dari luar yang dapat memperkaya mutu kemanusiaan dan kemampuan bangsa untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kemajuan peradaban, kedaulatan dan kemakmuran seluruh rakyat.

Kami putra dan putri Indonesia berkeyakinan pentingnya penataan sistem pengelolaan negara secara terencana, terpadu dan berkelanjutan, yang lebih mampu memenuhi pembangunan rohani dan jasmani, mengolah potensi dan realitas bangsa serta sanggup menghadapi tantangan global, dalam semangat gotong-royong yang melibatkan partisipasi segenap komponen bangsa, dengan pembagian peran yang tepat antara negara, komunitas dan dunia usaha. (ANP)