Prediksi Bursa Pemilu 2024: Mungkinkah Muncul Duet Kejutan? 

MUS • Friday, 8 Oct 2021 - 06:55 WIB

Jakarta - Perbincangan soal Pilpres 2024 mulai memanas. Berbagai lembaga survei dan pengamat politik sibuk menganalisis pemetaan pasangan capres dan cawapres yang mungkin muncul. 

Ada yang berpendapat para kandidat yang menjadi ketua umum partai memiliki tiket emas dan dipastikan bisa masuk bursa pilpres. Di sisi lain, survei terkini mengungkapkan, sebagian masyarakat menginginkan nama-nama baru. Sebut saja Puan Maharani, Sandiaga Uno, dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Praktisi Manajemen Brand dan Reputasi, Rizanto Binol, menilai pada pilpres 2024  jumlah pemilih yang berasal dari kalangan 'Zilenial' akan mencapai 60%, sehingga capres dan cawapres yang masih tergolong berusia muda (milenial) akan memiliki kans lebih disukai.

“Namun bila melihat komposisi partai, maka PDIP merupakan partai yang dapat dengan mudah menentukan sendiri siapa calon capres dan cawapres yang akan diusung. Sementara Gerindra dan Demokrat masih memerlukan dukungan dari partai lain,” kata Binol ketika dihubungi melalui pesan singkat, Rabu (29/9/2021).

BACA JUGA: Survei SMRC: Dukungan Untuk Prabowo Turun, Ganjar dan Anies Menguat

Dia pun melihat saat ini Puan, Sandi, dan AHY memiliki kans yang sama, bila ditilik dari keunggulan masing-masing. Dari sisi brand dan reputasi, lanjutnya, mereka sangat mungkin maju sebagai capres atau cawapres.
Menurut Binol, kemungkinan besar posisi capres bisa diusung dari PDIP. Lalu, melihat sejarah pemilu yang lalu, dia beranggapan sangat memungkinkan terulang kembali duet PDIP dan Gerindra.

“Jadi kans duet Puan dan Sandi akan lebih besar dan tinggi dukungannya dibandingkan Puan dan AHY atau Sandi dan AHY. Mereka bertiga ini merupakan figur politik yang mungkin akan tenar di generasi zilenial,” ucap Binol.

Tiga nama di atas termasuk politikus muda yang kerap mendominasi survei-survei elektabilitas. Bukan tidak mungkin Puan dan AHY, anak-anak keturunan mantan Presiden RI ini mengambil tampuk kepemimpinan tertinggi di Indonesia.

Terlebih, kendaraan partai yang cukup dominan di Indonesia. Latar belakang keluarga pun mumpuni dan memberikan pengalaman secara tidak langsung bagi mereka. Puan misalnya, merupakan keturunan founding father Indonesia serta menjadi anak mantan Presiden sekaligus Ketua MPR RI. Sementara itu, AHY adalah keturunan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). 

Duet Puan-AHY dapat menularkan semangat kebangsaan dari Soekarno dan Megawati, serta kepemimpinan strategis yang diusung oleh SBY. Keduanya mengenyam pendidikan negarawan dari trah keluarga masing-masing.

Selain duet Puan-AHY, bisa jadi Puan juga dipasangkan dengan Sandi. Apalagi, Sandi juga pernah maju sebagai cawapres pada pilpres 2019, bahkan sebelumnya pernah menjabat Wakil Gubernur DKI Jakarta.

Pengalaman Puan ditambah dengan gebrakan-gebrakan Sandi memungkinkan perbaikan sosial ekonomi di tanah air berjalan melesat. Krisis pasca-pandemi membutuhkan calon-calon muda dengan pemikiran out of the box.

Duet lain yang mungkin terjadi adalah AHY-Sandi. Meskipun kansnya lebih kecil, dua sosok ini bisa mewakili kaum muda yang memadukan ketegasan dan disiplin, serta kreativitas. Jika bakal terjadi, perlu kerja keras dari mesin partai untuk mendorong duet ini sukses.

Terlebih lagi, Direktur Eksekutif KedaiKOPI, Kunto Adi Wibowo dalam rilis surveinya mengungkapkan mayoritas responden, yakni 53% berharap memiliki presiden baru dari kalangan muda. Hanya sekitar 47% responden ingin agar presiden tetap dari politisi senior.

Kunto menduga, masyarakat ingin semangat baru dengan memilih presiden muda. Sedangkan mereka yang masih ingin presiden dari politisi senior, mayoritas lantaran dinilai lebih berpengalaman.

Elite partai vs ketua partai

Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno menilai, tidak adanya calon petahana dalam pemilu 2024 membuat peluang terbuka lebar bagi para ketum dan ketua parpol untuk nyapres.

“Sangat mungkin akan terjadi pertarungan antar elite partai vs ketua partai. Sosok Puan Maharani juga lebih diunggulkan ketimbang rekan separtainya di PDI Perjuangan Ganjar Pranowo. Meski Ganjar lebih populer, Puan lebih diunggulkan maju di Pilpres 2024,” kata Adi.

Begitu pun sosok Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto atau Sandiaga Uno. Keduanya potensial maju karena posisi Gerindra yang signifikan. Menurutnya, justru Anies Baswedan, Ridwan Kamil, dan Ganjar bakal kesulitan maju karena persoalan dukungan partai.

“Pilpres 2024 elite partai sepertinya tak akan mau memberikan karpet merah ke sosok yang bukan kader mereka,” ucapnya.

Sementara itu, Peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Arya Fernandes menilai faktor elektabilitas para ketum dan elite parpol bisa dianggap tidak menentukan, apabila timbul kesepakatan dari para parpol untuk tidak mengusung capres dengan popularitas tinggi. 

Dia menilai presiden tak harus menjadi pemimpin parpol. Hal itu dapat dibuktikan dengan kepemimpinan Presiden Jokowi. Meskipun bukan pemimpin parpol, tapi mendapatkan dukungan parpol yang dominan.