Indonesia UKM Forum: Ubah Limbah Menjadi Berkah

FAZ • Thursday, 9 Sep 2021 - 16:48 WIB

Jakarta - Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia semakin luas. Beragam inovasi mulai diterapkan oleh beberapa UMKM. Beberapa ada yang mengolah limbah menjadi sebuah karya yang dapat dijual.

Dalam perbincangan bersama radio Trijaya, Rabu, (08/09/2021)  Sirepno (Ketua Kelompok Tani Mustika), Rengkuh (Founder Pelepah.id), Yolanda Ica (Project Officer Duanyam) menceritakan bagaimana UMKM yang mereka jalani bergerak dari limbah yang tidak ada artinya, berubah menjadi suatu produk.

“Kegiatan ibu-ibu di daerah kami mengupas bawang merah, disini banyak aduan, tentang bau  sengat dan bau pedas, yang dihasilkan dari pembusukkan kulit bawang merah. Berawal dari itulah kami mempunyai rencana jangka pendek, sehingga waktu itu kami sudah memulai untuk bisa mensolusikan mengubah kulit bawang merah ini,” ungkap Sirepno selaku Ketua Tani Mustika kepada Radio MNC Trijaya FM dalam program UMKM Forum, Rabu (8/9/2021).

Solusi yang ditawarkan adalah mengelola limbah bawang merah menjadi sebuah pupuk kompos yang dapat membantu pertumbuhan tanaman, baik tanaman perumahan ataupun perkebunan.

“Pupuk bawang ini melakukan penolakan hama, jadi sangat bagus sehingga dapat mempercepat masa panen, dan ngirit, daripada penyiraman,” kata Sirepno.

Hal yang paling menarik ialah pupuk bawang Tani Mustika telah bermitra dengan berbagai macam lembaga, antara lain PLN, Bank Pangan, dan Simpatisan Lingkungan. Untuk saat ini pupuk bawang Tani Mustika telah memasarkan pupuknya baik secara offline di Keramat Jati maupun secara online. Pupuk ini dijual dalam bentuk padat ataupun cair dengan harga Rp. 5000/2kg. Namun sayangnya belum siap untuk sampai dikirim keluar kota, hal ini dikarenakan kurangnya sumber daya manusia.

Disaat yang sama, ada Pelepah.id yang berdiri sejak 2018. Produk yang dihasilkan berupa sebuah tempat makan yang terbuat dari pelepah pinang. Hal ini berawal dari keresahan sekelompok pemuda mengenai sampah plastik yang berserakan di mana-mana, sehingga berhasil membuat produk ramah lingkungan yang dapat di ekspor ke luar negeri.

Sampai saat ini produk ini telah berhasil bekerjasama dengan 100 Kepala Keluarga di Sumatera Selatan, lembaga koperasi dan Kementerian.

“Pembuatannya menggunakan mesin, tidak ada tambahan kimia, dan kami mendesain sendiri,” kata Rengkuh selaku Founder Pelepah.id kepada Radio MNC Trijaya dalam program UMKM Forum, Rabu (8/9/2021).

Karena terbuat dari pelepah pinang, barang ini dapat terurai dalam 60 hari atau jika terbuang ke laut dan dimakan oleh biota laut, akan aman. Namun, untuk masalah harga masih belum bisa dibandingkan dengan harga styrofoam.

“Peningkatan kapasitas, karena itu dapat menjawab kompetisi di pasar, minimal sebanding kayak kertas atau plastik, untuk target agar tercapai tahun depan,” tambah Rengkuh.

Meskipun untuk mencapai kepada pasar umum sulit, Pelepah.id akan tetap terus berusaha memberikan hal yang dapat mereka berikan.

“Kita akan berusaha memberikan sesuatu terhadap solusi, karena setelah pandemi masalah yang kita hadapi ialah lingkungan, hal terkecil apapun yang bisa kita lakukan untuk kontribusi, kita akan lakukan,” tutup Rengkuh.

UMKM yang selanjutnya adalah Duanyam. Berdiri sejak 2014, termasuk wirausaha sosial dalam bidang kriya, hadir karena isu kesehatan di Flores, dimana sebagian besar masyarakatnya tidak memiliki uang tunai.

NTT dikenal dengan hasil anyaman nya yang bagus, tetapi mereka tidak punya wadah untuk memasarkannya. Duanyam hadir untuk mengkoneksikan antara permasalahan yang ada, dengan potensi, skill penganyaman, dan sumber daya lontar yang berlimpah.

“Sisi kualitas kita berbeda dengan yang lain, karena kita memilki quality control serta sisi pengembangan design, tidak hanya itu saja pembeli juga dapat custom anyaman seperti apa yang diinginkan,” ucap Yolanda selaku Project Officer Duanyam kepada Radio MNC Trijaya dalam program UMKM Forum, Rabu (8/9/2021).

Antusiasme dari para pembeli, mampu membuat Duanyam berhasil untuk melakukan ekspor ke beberapa negara di Luar Negeri. Selain itu, Duanyam sudah memiliki beberapa outlet yakni di Jakarta dan NTT, serta pembelian lewat online, website, market place, dan media sosial.

Total saat ini sudah ada 1400 pengrajin Duanyam di 54 desa di Kalimantan Selatan, NTT dan Papua.

Duanyam juga telah berhasil melakukan kerjasama dengan KemenPPPA yang begerak dalam pemberdayaan perempuan, koperasi dan UMKM.

“Kita harus peka terhadap peluang yang bisa kita lihat dari hal sekitar kita, dan kita mampu menyambungkan semua permasalahan yang ada menjadi sebuah ide,” tutup Yolanda.