Ronda Digital, Cara Anak-anak Siskamling Cegah Penularan COVID-19

MUS • Wednesday, 21 Jul 2021 - 11:02 WIB

Surabaya -  Lonjakan kasus penularan COVID-19 terus terjadi di Indonesia. Klaster keluarga menjadi pendulang paling banyak penularan, serta anak-anak di berbagai daerah juga menjadi korban. Untuk mendukung upaya pencegahan penularan, Akatara Jurnalis Sahabat Anak bersama UNICEF Indonesia menggelar Ronda Digital.

Ronda Digital merupakan gerakan kolaborasi yang dilakukan bersama anak-anak di Jawa Timur dan Jawa Tengah untuk bersama-sama berkampanye dan menerapkan 3M. Kolaborasi ini dijalankan anak-anak di berbagai kabupaten/kota untuk melakukan Siskamling di media sosial untuk menyampaikan pesan kebaikan dan patuh pada protokol kesehatan. 

Hasil kolaborasi ini nantinya diharapkan bisa menjadi ruang edukasi serta membangun kembali pola ‘Ronda Digital’ yang bisa dilakukan oleh anak-anak untuk menjaga diri dan menyelamatkan keluarganya, temannya, maupun saudara-saudaranya dari penularan COVID-19.

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Kependudukan (DP3AK) Provinsi Jawa Timur Dr. Andriyanto, SH, MKes menuturkan, penularan COVID-19 terus melonjak, terutama klaster keluarga. Tercatat, sampai 18 Juli sudah ada 226.521 kasus positif di Jawa Timur tersebut, dari jumlah itu ada 19.978 anak yang positif COVID-19.

“Ini menyedihkan, klaster keluarga terus naik. Dan ada 89 anak-anak yang meninggal karena COVID-19. Sebanyak 42 anak usia 0-5 tahun dan 47 anak usia 6–18 tahun,” kata Andri, panggilan akrabnya.

Ia melanjutkan, kejadian lonjakan kasus COVID-19 di Jawa Timur ini banyak terjadi pada klaster keluarga. Lonjakan klaster keluarga bermula dari penyebaran virus corona yang berasal dari anggota keluarga atau orang yang tinggal satu rumah. Biasanya, penyebaran berawal dari seseorang yang sudah lebih dahulu tertular lalu menularkannya pada anggota keluarga lain. 

“Ada beberapa faktor yang menyebabkan klaster keluarga semakin masif antara lain membiarkan anak-anak bermain bersama di lingkungan komplek atau perumahan tanpa protokol kesehatan. Kegiatan berkumpul warga pun menjadi cara virus corona menyebar dari satu orang yang terinfeksi ke orang lain dengan mudah. Sebab, biasanya saat warga sudah berkumpul, jaga jarak sulit sekali diterapkan,” ungkapnya.

Adanya kematian pada anak ini sudah menjadi warning keras. Apalagi kasus yang meninggal dunia lebih dari satu. 

“Ukurannya kalau ada satu anak meninggal saja itu sudah wabah, ini sudah 89 anak yang meninggal. Jadi kita harus benar-benar waspada,” jelasnya.

Andri menambahkan, sebenarnya anak-anak itu sulit sekali terpapar. Namun, COVID-19 ini sudah ada ribuan anak yang terpapar. Sehingga kondisi saat ini sudah masuk wabah bagi anak-anak.
Selain itu, katanya, anak-anak yang terkonfirmasi positif COVID-19 itu kebanyakan gizi buruk. 

“Tapi bukan karena beratnya kurang saja ya, tapi mereka yang obesitas juga masuk kategori gizi buruk juga,” sambungnya.

Kepala Kantor Perwakilan UNICEF Surabaya Ermi Ndoen menuturkan, anak-anak menjadi bagian penting dalam berbagai perubahan. Termasuk upaya mereka yang bisa mengajak teman sebayanya untuk patuh pada 3M. Sebab, salah satu upaya yang bisa memutus penularan COVID-19 adalah patuh pada protokol kesehatan. 

“Anak-anak bisa berbicara melalui media sosialnya untuk mengajak teman sebayanya bahkan keluarganya. Ajakan untuk menerapkan 3M serta menjaga hidup sehat,” katanya.

Ronda Digital, katanya, menjadi literasi digital yang disukai anak-anak untuk menyampaikan pesan kebaikan di media sosial. Mereka bisa melakukan Siskamling dalam upaya menekan angka penularan COVID-19.
Ronda Digital juga bisa menjadikan anak sadar literasi. Dalam bentuk virtual, aksi perundungan pun bisa terjadi. Termasuk pelecehan seksual anak yang terus ada di ruang digital. 

“Keberadaan Ronda Digital bisa menjadi literasi yang bagus bagi anak-anak untuk saling mengingatkan antar sebayanya,” jelasnya.

Ermi juga menambahkan, Geneasi Z merupakan anak-anak yang unggul serta paham memanfaatkan teknologi. Keberadaan teknologi bisa meningkatkan kemampuan, informasi publik dan membangun jaringan sosial.

“Termasuk membangun kreatifitas dan ide-ide bersama. Dengan literasi yang baik, maka kita semua bisa membangun literasi manusia,” katanya.

Ketua Forum Anak Jatim, Firnas menuturkan, kesempatan untuk ikut Ronda Digital menjadi tantangan bagi anak-anak. Apalagi ada banyak produk digital yang bisa dipakai dalam patroli di media sosial sambil menyampaikan ajakan baik.

“Kami sadar kalau 3M di masyarakat memang mulai longgar, jadi perlu kampanye 3M yang lebih ketat,” jelasnya. 

Nantinya, katanya, secara bergantian, anak-anak dari berbagai daerah, berbagai komunitas, berbagai sekolah akan menampilkan produk mereka, baik berupa seruan maupun ajakan untuk bisa menjaga denyut prokes dan kebiasaan menjaga 3M di masyarakat. (her)