BKKBN Gandeng 100 Profesor Bicara Stunting Demi Ciptakan SDM Indonesia Unggul*

ANP • Monday, 5 Jul 2021 - 22:33 WIB

Bekasi - Stunting masih merupakan kendala dalam  pembangunan SDM Indonesia. Stunting adalah kekurangan gizi pada bayi di 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) yang berlangsung lama dan menyebabkan terhambatnya perkembangan otak dan tumbuh kembang anak. Karena mengalami kekurangan gizi menahun, bayi stunting tumbuh lebih pendek dari standar tinggi balita seumurnya. Tapi ingat, stunting itu pasti bertubuh pendek, sementara yang bertubuh pendek belum tentu stunting”, jelas Kepala BKKBN Dr (H.C.) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG. (K) pada acara “Seminar 100 Profesor Bicara Stunting” yang dilaksanakan secara virtual yang diikuti sekitar 5.698 peserta. Acara ini diselenggarakan mulai tanggal 5-8 Juli 2021 dan hari pertama dilaksanakan oleh 11 Kantor Perwakilan BKKBN Provinsi Wilayah Indonesia Barat di Indonesia, diantaranya; DIY, Riau, Bengkulu, Jatim, Jambi, Banten, Babel, Lampung, Sumsel, Jateng, dan Jabar.

Dokter Hasto juga menerangkan, “Awal tahun 2021, Pemerintah Indonesia menargetkan angka Stunting turun dari 27.7% di tahun ini menjadi 14 persen di tahun 2024 dan Presiden Joko Widodo menunjuk Kepala BKKBN menjadi Ketua Pelaksana Percepatan Pencegahan Stunting”, terangnya.

Dokter Hasto kemudian berujar, “Kondisi kependudukan sekarang membutuhkan SDM yang unggul untuk Indonesia maju, karena kita lihat bahwa proporsi pemuda cukup besar dan menjadikan beban yang besar juga bagi bangsa dan negara untuk menciptakan generasi muda yang berkualitas. Kalau kita lihat proporsi antara yang produktif dan yang tidak produktif, maka kondisi Indonesia saat ini sangat strategis karena _Defendency Ratio_  sangat rendah, sehingga peluang bonus demografi bisa lebih awal diterima oleh bangsa kita”, ujar dokter Hasto.

Pada kesempatan yang sama Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian, dan Pengembangan BKKBN Prof. Drh. Rizal Damanik, MRepSc, PhD menambahkan, “Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana) dan berbagai kegiatan prioritas didalamnya senantiasa diarahkan untuk mewujudkan SDM unggul di Indonesia. Peningkatan kualitas SDM adalah bagian yang strategis untuk mewujudkan Indonesia yang mandiri, maju, dan makmur”, tambah Rizal.

“Dengan tersedianya SDM yang berkualitas akan mampu memenuhi kebutuhan dan kemajuan bangsa sesuai dengan cita-cita luhur sebuah bangsa. Pembangunan SDM Indonesia harus dilakukan secara berkesinambungan dalam kerangka siklus hidup manusia mulai sejak dalam kandungan sampai lansia”, imbuh Rizal.

“Program penurunan angka stunting ini sangatlah memerlukan kolaborasi multisektor baik dari pemerintah maupun mitra swasta untuk bersama sama bersinergi khususnya dalam hal ini, BKKBN berkolaborasi dengan Asosiasi Professor Indonesia yang diharapkan dapat memberikan pandangan ilmiah dari berbagai latar belakang disiplin ilmu dan dapat diaplikasi di tingkat lini lapangan”, ujar Rizal 

Ketua Umum Assosiasi Profesor Indonesia (API) Pof. Dr. Ir. Ari Purbayanto, M.Sc menyebutkan, “Terkait dengan permasalahan stunting adalah permasalahan multi dimensi yang dapat didekati dari berbagai sudut pandang ilmuwan. Dengan demikian peran para profesor lintas disiplin ilmu sangat penting untuk tampil menyumbangkan pemikirannya dalam mengatasi permasalahan stunting di negeri ini. Masalah penurunan angka stunting bukan hanya tugas pemerintah dalam hal ini BKKBN tetapi juga tanggung jawab semua pihak termasuk akademisi dan perguruan tinggi, yang kemudian pengalamannya diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berarti”, jelas Ari. (ANP)