Kepala BKKBN Ajak Masyarakat Petik Bonus Demografi ke Dua Melalui Lansia yang Aktif dan Produktif

ANP • Thursday, 10 Jun 2021 - 10:46 WIB

Jakarta - Jumlah penduduk Lansia di Indonesia setiap tahun mengalami perkembangan berdasarkan data BPS 2020. Jumlah penduduk lansia Indonesia diperkirakan telah mencapai 26,82 juta jiwa dari total perkiraan jumlah penduduk (9,92 persen), sehingga penduduk Indonesia mulai berada pada ageing population. Hal ini karena gencarnya pembangunan kesehatan dan sosial ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia, sehingga usia harapan hidup penduduk Indonesia mengalami peningkatan. 

Jumlah Lansia yang semakin besar, menjadi tantangan dalam berbagai aspek kehidupan, baik kesehatan, sosial, ekonomi, maupun lingkungan agar dapat mempersiapkan Lansia yang Tangguh yaitu Lansia yang sehat, akif, mandiri dan produktif serta bermartabat. Oleh karena itu, diperlukan dukungan dari pemerintah, swasta, lembaga swadaya masyarakat, maupun masyarakat dalam mewujudkan Lansia Tangguh. 

Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) pada 29 Mei merupakan momentum untuk menigkatkan kepedulian dan penghargaan kita terhadap penduduk lanjut usia atau lansia, hari di mana mengapresiasi atas semangat jiwa raga serta peran penting dan strategi para lanjut usia Indonesia”, jelas Kepala BKKBN Dr. (H.C) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) melalui _Virtual Meeting_ pada acara Webinar Menjadi Lansia Bahagia dan Sejahtera, Dimanapun, Kapanpun “Lansia Bahagia Bersama Keluarga”, dengan Tema Lanjut Usia Bahagia Bersama Keluarga dalam Rangka Hari Lanjut Usia Nasional Ke-25 yang jatuh pada tanggal 29 Mei 2021 sekaligus sebagai Rangkaian Hari Keluarga Nasional Ke-28 yang jatuh pada 29 Juni 2021, Jakarta/09/06/2021.

Dokter Hasto menambahkan, “Lansia banyak sekali permasalahannya seperti pada kelompok lansia perempuan, diantaranya adalah masalah kesehatan, seperti kanker mulut rahim, kanker payudara. Populasi kelompok lansia perempuan ini lebih banyak dibanding populasi kelompok lansia laki-laki, sehingga harapan hidup lansia perempuan lebih panjang. Salah satu yang dihadapi perempuan adalah sindroma menopause. Muncul gejala penurunan gairah seksual, ada _hot flashes_ atau sensasi panas, ada gangguan tidur, ada nyeri saat berhubungan seksual”, tambah dokter Hasto.

“Sekarang ini _window opportunity_ untuk memetik bonus demografi, dihadapkan pada harap-harap cemas, karena kualitas SDM kita masih rendah tingkat pendidikannya hanya 8 koma, berarti tidak lulus SMP, padahal kita tidak terlalu optimis sekali memetik bonus demografi saat-saat ini karena kualitas SDM kita yang masih rendah, akan tetapi kalau bisa kita memetik bonus demografi yang ke 2 yaitu di saat lansia. Kalau lansia masih produktif , maka saat inilah kita bisa memetik bonus demografi”, imbuh dokter Hasto.

Dr. Dr. Tan Shot Yen, M.Hum Dokter dan Ahli Gizi Masyarakat menambahkan, “Ciri-ciri penuaan dini, bukan hanya soal kerut wajah saja tetapi ada beberapa gejalanya kelebihan lingkar pinggang, rontok rambut dan bulu, kering pada kulit, haid tidak teratur, tidur tidak berkualitas karena sering terbangun. Hal ini akan menambah masalah kesehatan pada lansia jika tidak dibarengi dengan pola makan yang tidak benar”, tambahnya. 

Deasy Ori Indriowati, S.Psi, M.Si. Psikolog dan Dosen menambahkan, “Saat lansia mampu beraktifitas sendiri, itu adalah hal yang luar biasa. Yakin bahwa meskipun lansia, tapi tetap sehat dan diimbangi dengan pola makan yang sehat, kemudian dukungan dari keluarga tidak bisa dielakkan lagi lansia butuh ¬_support_ butuh diajak komunikasi butuh ditemani agar kebutuhan emosionalnya dan rasa kesepian teratasi bisa merasa bahagia, bijak dan arif dalam menghadapi permasalahan”, ungkap Deasy.

Felly Zumarnis Duta Genre Prov. DKI Jakarta 2018 menyebutkan, “Membangun hubungan yang baik antara lansia dan remaja adalah mengerti satu sama lain dan memenuhi kebutuhan emosional satu sama lain, komunikasi yang efektif dan dua arah lebih terbukanya anak dan orangtua yang sudah lansia bisa lebih merasa diperhatikan dan didengarkan”, ujar Felly. (ANP)