Putus Mata Rantai Penularan Covid-19, Kemenkes Ingatkan Pentingnya Isolasi Mandiri 

MUS • Thursday, 3 Jun 2021 - 20:01 WIB

Jakarta – Untuk menghindari penularan yang lebih luas, salah satu yang dapat dilakukan para pasien covid-19 tanpa gejala adalah dengan melakukan isolasi mandiri. Selama isman, pasien tidak boleh melakukan interaksi dengan anggota keluarga maupun orang di luar anggota keluarga. 

“Isolasi mandiri harus dilakukan di ruangan terpisah dengan istri, suami, atau anak yang tidak positif Covid-1. Anggota keluarga harus menggunakan masker 24 jam, tidak boleh makan bersama dan meminimalkan interaksi dengan anggota keluarga yang lainnya,” kata Dr. Nadia Tarmizi, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik, dalam program Trijaya Hot Topic Petang, Kamis (03/06/2021).

Pelaku perjalanan juga diharuskan melakukan isolasi mandiri guna memonitor resiko membawa virus. Menurut Nadia, isolasi mandiri minimal dilakukan 5 sampai 6 hari. 

Salah satu penyintas Covid, Marlene Karamoy membagikan tips untuk tetap meningkatkan imunitas saat menjalani isolasi mandiri, yaitu melakukan hal yang disukai dan jangan menyerah dengan keadaan. "Yang bisa dilakukan teman-teman saat isolasi mandiri adalah melakukan kegiatan apa saja yang bisa dilakukan, tidak pernah diam dan jangan menyerah," ungkap Marlene.

Jika rumah kurang memadai untuk melakukan isolasi mandiri, pasien atau pelaku perjalanan dianjurkan melakukan isolasi terpusat di fasilitas layanan kesehatan atau shelter-shelter yang dimiliki kelurahan atau kecamatan.  

Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Kesehatan DIY, Pembayun Setyaning Astuti mengatakan, masyarakat Yogyakarta sudah banyak yang sadar akan pentingnya isolasi mandiri guna memutus mata rantai Covid-19. Banyak warga secara sukarela membantu pasien, dan tidak masalah berbagi shelter dengan warga di kecamatan lain.

“Tidak terlalu banyak yang melakukan isolasi mandiri karena kebanyakan warga takut membentuk klister keluarga, serta masih ada stigma dari para tetangga tentang pasien Covid-19,” ungkap Pembayun.

Menurut Pembayun, pasien yang memiliki gejala ringan dan sedang sengaja ditempatkan pada shelter-shelter, sedangkan pasien yang memiliki gejala berat dirawat di rumah sakit. Cara ini dilakukan untuk membantu meringankan beban tenaga medis. (Ann)