Pakar: Data yang Bocor Sudah Disalin, Upgrade Firewall tak Berpengaruh lagi 

MUS • Thursday, 27 May 2021 - 16:14 WIB

Jakarta – Dampak kebocoran data memang tidak bisa dirasakan langsung oleh masyarakat. Inilah yang membuat banyak masyarakat acuh dengan isu kebocoran data. Padahal menurut ahli IT, dampak kebocoran data sangat membahayakan. 

“Perkembangan (kejahatan digital) semakin meningkat. Orang yang masuk penjara akan semakin jago ketika ia keluar penjara karena ngobrol dengan yang lainnya. Ini juga sama dengan kejahatan digital. Kalau bicara bidang digital, masyarakat merasa menjaganya saja tidak mudah, ini yang membuat mereka jadi pasrah,” ungkap pakar telematika, Abimanyu Wahyu Hidayat, dalam wawancara di Trijaya Hot Topic Pagi, Kamis (27/05/2021). 

Hal yang dapat dilakukan untuk menjaga keamanan data, menurut Abimanyu, adalah dengan membuka sesedikit mungkin pintu untuk keluar masuk orang mengakses data. 

“Pertama kita jaga serapat mungkin, seperti telur. Misalnya polisi minta data dari kita, lalu kita membuka akses, kemudian pihak lain juga membutuhkan data tersebut dan kita memberikan akses lewat pintu yang sama. Itu berbahaya, siapkan pintu akses khusus,” sambung Abimanyu.

Jika data yang ingin dijaga adalah data krusial, maka effort yang harus dikeluarkan harus maksimal agar tidak terjadi kebocoran data. Selain itu juga harus memprediksi kerugian yang dialami jika data tersebut dicuri, dirusak atau diacak-acak, kemudian siapkan investasi pemeliharan. 

Permasalahan yang dialami Indonesia adalah baru mengamankan atau menutup akses data jika terdeteksi ada akses yang mencurigakan. Akibatnya kebocoran data terulang kembali. 

“Karena tidak ada diferensiasi jadi bingung dan kebocoran data terjadi, barulah pada saat itu menguprade sistem, mengupgrade firewall diperkuat atau apalah. Percuma datanya juga sudah keluar. Karena data itu kan sistemnya copy, kalau orang sudah copy data kita bisa apalagi?” tukas Abimanyu. (Ann)