Puluhan Pegawai KPK tak Lolos Tes Kebangsaan, Novel Baswedan Curiga ada Motif Tertentu

MUS • Thursday, 6 May 2021 - 00:05 WIB

Jakarta – Puluhan pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) diisukan tak lolos tes wawasan kebangsaan dalam rangkaian ujian alih status pegawai KPK. Nama penyidik senior KPK, Novel Baswedan dikabarkan menjadi salah satunya.

Novel mengatakan keharusan menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) diatur dalam Undang-Undang KPK yang sudah direvisi. Di UU dikatakan pegawai KPK dalam tempo 2 tahun setelah UU tersebut disahkan, maka dialihkan statusnya menjadi ASN. Perintah yang ada di UU tersebut adalah peralihan sehingga tidak memerlukan tes dan proses-proses seperti awal masuk lembaga negara.

“Sebelum dilakukan asesmen pada bulan April lalu, pegawai KPK bertanya ke pimpinan. Semua dijelaskan bahwa proses peralihan tersebut hanya asesmen, tidak ada kaitan dengan lulus dan tidak lulus. Ini yang terjadi. Lalu kemudian ada cerita seperti sekarang, itu yang menyebabkan keprihatinan sebenarnya,” kata Novel pada program Trijaya Hot Topic Petang Selasa (4/5/2021).

Novel mengatakan ada beberapa soal tes yang membawa-bawa nama ormas tertentu seperti HTI, FPI, dan lain-lain. Anehnya, pertanyaan itu disampaikan saat proses peralihan. Wajar jika kemudian Novel curiga ada motif tertentu dibalik tes ini.

“Ternyata kecurigaan kami terkonfirmasi, dan saya juga baru tahu katanya ada pimpinan yang bersikeras, bagaimana caranya 75 orang yang disebutkan di situ harus diberhentikan. Yang menarik adalah, 75 orang yang sebagian tersebar di media sosial itu lulusan akademis terbaik. Kedua, secara integritas, orang-orang tersebut selalu dijadikan teladan untuk teman-temannya. Kalau dituduh radikal, 75 orang itu berasal dari beberapa etnis, dan agamanya juga beragam, mereka juga tidak seperti yang dikesankan radikal begitu. Nah itu yang membuat kami curiga,” ujar Novel.

“Posisi dari 75 orang yang dituduh radikal tersebut ada yang menjadi deputi, direktur, kepala biro, dan ada beberapa bidang-bidang lain. Orang-orang tersebut rata-rata adalah orang yang kritis, idealismenya diperhatikan, secara integritas mereka bisa diandalkan,” sambung Novel. (Daf)