Belajar dari Kasus di India, Indonesia Harus Lebih Waspada dengan Covid-19

MUS • Friday, 30 Apr 2021 - 22:37 WIB

Jakarta – Ibukota India, New Delhi sedang dilockdown akibat kenaikan kasus positif yang drastis sepekan lalu. Dalam 24 jam terakhir, India masih mencetak rekor kasus positif tertinggi harian, dengan tambahan 379 ribu kasus terkonfirmasi, kasus aktif mencapai 3 juta, dan meninggal dunia sekitar 3600 orang. Situasi rumah sakit saat ini di New Delhi sedang overload, ketersediaan kamar ICU khusus covid yang bisa digunakan tersisa 18 kamar, hingga banyak pasien yang berada di luar rumah sakit tak tertangani.

Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Prof. Tjandra Yoga Aditama menjelaskan tidak mungkin kenaikan kasus di India hingga mencapai 375 ribu, terjadi hanya karena satu faktor. Pasti ada beberapa faktor yang memperburuk hingga memicu lonjakan kasus yang luar biasa. 

Beberapa hari yang lalu Yoga mendapat info bahwa ada WNI yang tidak mendapat kamar rumah sakit untuk mendapatkan perawatan intensif. Saat kasus positif masih 9 ribu saja, rumah sakit di India sudah mulai kewalahan, apalagi jika ada kenaikan kasus hingga 375 ribu.

“Kalau saya mengamati, kenaikan kasus ini tentu tidak terjadi karena hanya 1 faktor, kalau saya melihat ada 5 faktor. Faktor yang pertama adalah disiplin 3M (Mencuci tangan, Menjaga jarak, Memakai masker) yang berkurang, lalu yang kedua ada beberapa event besar yang diadakan di India. Pada saat itu ada pilkada dan bulan baik yang diadakan di India. Terus yang ketiga adalah soal vaksin, jumlah warga yang mendapat vaksin sekitar 130 juta jiwa. Memang kedengarannya banyak, tetapi jika dibandingkan dengan jumlah penduduk India yang mencapai 1,4 milyar jiwa tentu ini masih kurang. Yang keempat adalah jumlah test yang menurun, dan yang kelima adalah adanya varian baru dari virus Covid-19,” kata Yoga pada program Trijaya Hot Topic Petang Kamis (29/4/2021).

Yoga juga menjelaskan pendatang dari India yang berjumlah sekitar 100 orang, dan ada 12 orang yang positif covid-19 telah ditangani dengan baik oleh Indonesia. Tetapi sebaiknya dicek lebih dalam lagi karena bisa saja ada orang yang belum terdeteksi atau tanpa gejala.

“Kejadiannya kan beberapa hari yang lalu, ada seratus sekian orang yang masuk dan 12 positif covid telah kita karantina. Itu bagus lah, tetapi mesti diingat kejadian ini telah ada sejak bulan Maret lalu, dan yang datang juga bukan seratus orang ini saja. Pada 2 bulan lalu sudah ada, 3 bulan lalu sudah ada. Sebaiknya kita mundur ke belakang dan kita cek sebulan terakhir apa ada orang-orang yang masuk, dan jika ada kita tes PCR, dan kita tanya keadaannya,” ujar Yoga.

Mahasiswa Indonesia di Jawaharlal Nehru University India, Mohammad Agoes Aufiya mengatakan tenaga kesehatan (nakes) di India sangat khawatir terinfeksi terhadap virus Covid-19 varian baru ini. Banyak negara-negara di dunia seperti Cina, Amerika Serikat, Singapura, Korea Selatan dan negara-negara Eropa membantu India dalam mengatasi virus ini. Negara-negara tersebut memberikan bantuan berupa tabung oksigen, bahan-bahan dan alat-alat pembuatan vaksin.

“Sejauh ini berdasarkan informasi dari beberapa media India, masyarakat yang keluar dari India biasanya menuju ke negara seperti Maladewa, Inggris, dan lainnya sebelum mereka menutup penerbangan,” Kata Agoes. (Daf)