Pertemuan Khofifah-Ridwan Kamil, Warna Baru Panggung Politik Nasional

MUS • Tuesday, 20 Apr 2021 - 12:51 WIB

Surabaya - Pertemuan antara Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dengan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyiratkan makna politik yang mendalam. Banyak yang menilai bahwa pertemuan tersebut sebagai penjajagan keduanya untuk maju dalam Pilpres 2024 mendatang.

Pengamat politik SSC Surokim Abdussalam menyampaikan, jika dilihat dari geopolitik indonesia, Jabar dan Jatim memang prospektif sebagai modal dan wajar saja jika keduanya menjajagi peluang itu.

"Jabar dan Jatim memang strategis dari sisi geopolitik sehingga wajar jika kemudian mereka mencoba berkolaborasi," ujar Dekan Fakultas Ilmu Sosil dan Budaya Universitas Trunojoyo Madura tersebut.

Surokim juga menyampaikan, bahwa silaturahim yang mereka lakukan strategis dan bukan sekedar silaturahiim biasa yang berbasis best practice pengelolaan pemda, tetapi juga punya implikasi dan dimensi politik luas.

"Pertemuan mereka saya nilai bukan sekedar silaturahiim biasa tapi ada yang khusus dalam dimensi politik," lanjut Surokim.

Disampaikan pula oleh Surokim, perhelatan pilpres memang masih jauh, ibarat kata belanda memang masih jauh. Namun jika  sejak awal sudah dibangun silaturahimm, maka akan menjadi warna di 2024. Pertemuan tersebut juga bisa mengatrol elektabilitas keduanya dipanggung nasional yang saat ini masih terteter di papan tengah.

Meski peluang ada, namun jalan sangat terjal akan dihadapi Khofifah jika maju sebagai calon presiden. Surokim menyampaikan, sebenarnya akan lebih enteng jika Khofifah maju di pemilihan Gubernur Jatim periode ke 2 dibanding jika nekad bertarung di pemilihan presiden.

Posisi Khofifah sebagai incumbent akan lebih diuntungkan. Karena punya panggung politik lebih dan modal politik yang juga lebih. Wajar jika bicara soal peluang jauh lebih enteng ikut kontes gubernur periode 2 apalagi Khofifah sudah makan garam dengan pengalaman kontes di jatim berdarah-darah.

Soal pilpres sejauh ini modal Khofifah hanya sebagai kepala daerah juga ketum muslimat bukan ketum partai, sehingga realitanya akan berat jika maju sebagai capres. Jatah akan lebih realistis di posisi wapres. Tentu saja menurut Surokim, jika melangkah ke pilpes tentu butuh effort lebih besar  dan jalan yang terjal dan sungguh tidak mudah bagi seorang Khofifah.

"Modal sebagai kepala daerah dan ormas tentu akan butuh effort yang lebih jika maju sebagai  capres. Tentu bukan hal yang mudah dilakukan," pungkas pengamat politik papan atas di Jatim tersebut. (Her)