Badai Seroja di NTT, BNPB: Korban Meninggal Kemungkinan Bertambah

MUS • Wednesday, 7 Apr 2021 - 07:53 WIB

Jakarta – Badai Seroja yang menghantam Provinsi NTT Minggu, 4  April 2021 lalu menyebabkan kerusakan infrastruktur sangat parah dan korban jiwa yang banyak. 

Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat 117 orang meninggal per Selasa, 6 April 2021 pukul 21.00 WITA.

"Keseluruhan jasad sudah ditemukan 117 orang, hilang 76 orang," kata Kepala BNPB, Letjen Doni Monardo dalam jumpa pers daring, Selasa (6/4/2021).

Sementara itu menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi BNPB, Raditya Jati, jumlah korban masih mungkin bertambah sesuai temuan di lapangan. "Kemungkinan ada dinamika angka yang akan terus diupdate," kata Raditya saat dihubungi MNC Trijaya FM, Selasa (6/4/2021).

Adapun daerah yang terdampak bencana ini meliputi 9 kabupaten dan kota yaitu Kota Kupang, Kabupaten Flores Timur, Kabupaten Malaka, Kabupaten Lembata, Kabupaten Ngada, Kabupaten Sumba Barat, Kabupaten Sumba Timur, Kabupaten Rote Ndao, Kabupaten Alor.

Raditya mengatakan, saat ini pemerintah sedang berupaya mendatangkan berbagai bantuan lewat jalur udara menggunakan helikopter. Selain untuk melakukan distribusi logistik, helicopter yang datang juga digunakan untuk mobilisasi kelompok yang rentan, tenaga medis, maupun kondisi darurat lainnya.

“Setelah mendatangkan satu helicopter kemarin, dan hari ini rencana ada dua helicopter lagi yang akan dimanfaatkan untuk distribusi logistik untuk pulau-pulau yang memang kesulitan dalam akses dan terisolasi,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi NTT, Aba Maulaka menyebut kerusakan yang terjadi di sebagian besar wilayah NTT cukup parah. Beberapa di antaranya kerusakan terjadi pada perkantoran, infrastruktur, sarana dan prasarana publik, bahkan pusat pelayanan medis.

Selain itu, keadaan listrik juga belum pulih sejak beberapa hari terakhir. Aba beserta masyarakat NTT berharap PLN pusat mempercepat pemulihan listrik, untuk membantu evakuasi dan pemulihan situasi.

“Kami sudah tiga hari ini belum nyala (listrik), mudah-mudahan PLN pusat membantu PLN provinsi NTT sehingga bisa mendorong percepatan pemulihan listrik,” ujar Aba.

Sedangkan Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Melkiades Laka Lena berharap, pemerintah menetapkan bencana ini sebagai bencana nasional. Menurut Melki, bencana yang terjadi akibat hujan deras disertai angin kencang sejak Minggu, 4 April dini hari, bisa menimbulkan dampak jangka panjang yang besar bagi NTT.

“Kenapa saya bilang dampaknya besar karena, karena bencana ini merata, kantor, listrik, infrastruktur semuanya terkena dampak. Dampak ini yang harus jadi perhatian pemerintah pusat. Kalau jadi bencana nasional, dalam jangka panjang akan jadi perhatian pemerintah,” jelasnya.

Menurut legislator kelahiran Kupang ini, dengan kondisi di tengah pandemi, ditambah bencana yang sangat besar, Provinsi NTT bisa ketinggalan jauh dengan pembangunan di daerah lain.

Sebelumnya pada Senin (5/4/2021) Wakil Bupati Flores Timur Nusa Tenggara Timur Agustinus Payong Boli menjelaskan kondisi di wilayahnya. 

“Banjir bandang, tanah longsor, juga gelombang air laut naik 1 hingga 2 meter, banyak kapal hanyut, pemukiman juga hanyut, jalan jembatan putus,” ujar Agustinus.

Agustinus mengatakan, hampir seluruh kecamatan di Flores Timur terdampak bencana banjir bandang dan longsor, namun ada 3 desa yang terdampak cukup parah hingga memakan korban

“Hampir semua titik, tapi yang paling parah pertama kecamatan Ile Boleng, tepatnya di Desa Nelelamadike,” terangnya Senin (5/4/2021).

Selain itu, desa Waiburak, Kecamatan Adonara Timur dan Desa Oyang Barang, Wotan Ulumado.

Menurut Agustinus desa Nelemadike yang paling parah terdampak merupakan daerah tebing yang rawan longsor. Sementara Desa Waiburak dan Desa Oyang Barang merupakan kawasan aliran sungai.

Sejauh ini pemerintah daerah telah melakukan beberapa penanganan darurat meliputi pemberian bantuan berupa makanan, pakaian, peralatan masuk, relokasi pengungsian, pengobatan bagi yang terluka, evakuasi pencarian bagi yang masih hilang, dan pemakaman bagi yang sudah ditemukan. (TIO)