FABA Berpotensi jadi Komoditas Bernilai Tinggi

MUS • Friday, 2 Apr 2021 - 13:34 WIB

Jakarta - Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Rida Mulyana mengatakan,  Indonesia sangat berpotensi mengembangkan limbah abu batu bara atau fly ash and bottom ash (FABA) sebagai komoditas lain yang bermanfaat dan bernilai ekonomi tinggi.

Menurutnya FABA yang sebelumnya masuk limbah B3 dan dibuang percuma, harus bisa dimaksimalkan sebagai komoditi baru. Bukan sebagai limbah beracun dan harus dibuang percuma.

"Ini tantangan bagi putra bangsa, bagaimana mengembangkan Faba menjadi barang bernilai ekonomi tinggi," kata Dirjen Rida Mulyana pada webinar "Pemanfaatan FABA Sumber PLTU Untuk Kesejahteraan masyarakat" yang dihelat Ruang Energi di Jakarta, Kamis (1/4/2021).

FABA adalah abu atau sisa dihasilkan pembakaran batubara pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) atau industri dengan bahan bakar batubara lainnya.

Jumlah limbah ini cukup besar karena PT PLN masih mengandalkan sebagian besar sumber energi dari pembangkit listrik berbahan bakar batubara.

Dari total PLTU di Tanah Air serta industri yang menggunakan batubara sebagai sumber energinya pasti menghasilkan FABA.

Masalahnya sekarang, bagaimana mengolah dan memberdayakan FABA menjadi komoditas bernilai ekonomi tinggi.

"Butuh kepedulian dan teknologi tepat guna sekaligus peran serta para pemangku kepenitngan baik pihhak dunia usaha, akademisi bahkan para pegiat lingkungan di Indonesia," jelas Dirjen Rida.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM pada tahun 2018, proyeksi kebutuhan batubara hingga 2027 sebesar 162 juta ton. Prediksi potensi FABA yang dihasilkan sebesar 16,2 juta ton, dengan asumsi 10% dari pemakaian batubara akan menjadi abu atau Faba.

Banyaknya limbah abu batubara yang dihasilkan tidak seiring dengan cara penanganannya.

Sebagian besar masih terbatas melalui penimbunan lahan (landfill). Jika tak dimanfaatkan dan tidak ditangani dengan baik, maka dapat berpotensi menimbulkan pencemaran. Pemerintah mendorong industri terkait untuk memanfaatkan limbah B3 yang dihasilkannya sebagai model Circular Economy