Tekstil dan Produk Tekstil Masih Sulit Akses Permodalan

ANP • Wednesday, 10 Mar 2021 - 23:47 WIB

Jakarta - Untuk menunjang kebangkitan industri TPT, disayangkan masih adanya ganjalan besar yang harus dihadapi oleh banyak pelaku industri, salah satunya adalah masalah sulitnya akses permodalan. Hal itu diungkapkan oleh Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa Sasraatmadja di acara Webinar Nasional dengan tema : Indonesia Sehat Dan Maju; Kebangkitan Ekonomi Pasca Pandemi yang digelar Para Syndicate hari Rabu (10 Maret 2021).

Jemmy mengatakan persoalan ini menambah panjang deretan permasalahan yang dihadapi setelah  terjadinya banyak penundaan kontrak dan pembayaran, kenaikan harga bahan baku, nilai tukar yang bergejolak, kesulitan transportasi logistik selama pandemi, pengurangan pegawai, pembatasan jam operasional, hingga kenaikan biaya pengapalan dan masih banyak lagi lainnya. Atas berbagai permasalahan ini, dibutuhkan adanya insentive dan berbagai kelonggaran karena  industri TPT di tanah air masihlah sangat berpotensi untuk kembali bangkit di tengah pandemi Covid-19 dan kembali berkembang. 

Ditegaskan Jemmy lagi, industri TPT sempat mengalami perlambatan pertumbuhan pada Q1 dan Q2 tahun 2020 yang disebabkan oleh berhentinya kegiatan perdagangan di dalam dan luar negeri karena pandemi Covid-19.

 “Tetapi pada Q3 dan Q4 industri TPT berhasil bangkit kembali, terbukti dengan meningkatnya tingkat utilisasi, peningkatan penyerapan tenaga kerja, serta peningkatan  PMI industri manufaktur, kata Jemmy.  

Pada QI 2021, terjadi lagi penurunan performa karena penerapan kebijakan PPKM Mikro karena pembatasan jam buka peritel dibatasi sehingga otomatis membatasi akses konsumen. Oleh sebab itu, industri TPT mengharapkan adanya pelonggaran PPKM Mikro agar dapat member lebih banyak ruang untuk percepatan pemulihan ekonomi nasional; lanjut Jemmy. 

Selain pelonggaran, untuk mengatasi persoalan industri ini, Jemmy juga menandaskan pentingnya inovasi agar IKM lebih mudah dijangkau oleh masyarakat. Solusinya bisa dilakukan melalui pemberdayaan dan digitalisasi IKM melalui sinergi antara pemerintah, lembaga perbankan, dan para pelaku industri, kata Jemmy seraya menggarisbawahi berbagai manfaatnya. 

Bagi pemerintah, melalui digitalisasi IKM ini, mereka berkesempatan untuk membantu secara signifikan dalam memberdayakan ekonomi masyarakat, dalam kemudahan pemberian modal kerja yang terkontrol, serta dalam meningkatkan kepatuhan terhadap perpajakan. Bagi industri, digitalisasi sangat membantu penyerapan hasil produksi dalam negeri dan untuk peningkatan daya saing produk TPT Indonesia di luar negeri. Sementara bagi perbankan, melalui digitalisasi ini, mereka juga bisa memberikan modal kerja yang tepat sasaran sekaligus menjadikan IKM menjadi bankable, sehingga bisa melepaskan IKM dari jerat rentenir. Selain melalui program digitalisasi, menurut Jemmy, program pemberdayaan juga bisa dilakukan melalui optimalisasi penggunaan non-tariff measures (NTMs). 

Atas permasalahan yang ada, Jemmy berharap pemerintah bisa memberikan bantuan kebijakan melalui skema pembiayaan perbankan, kelonggaran-kelonggaran dan insentif yang diperlukan sebagai stimulus untuk mendorong pemulihan dan utilisasi industri TPT. 

Selain Jemmy, Webinar ini juga menghadirkan nara sumber lain yakni Wakil Ketua Komisi VI DPR RI, Fraksi PDI Perjuangan, Aria Bima; Ekonom, Rektor Unika Atma Jaya Jakarta Dr. A. Prasetyantoko; dan Pengusaha, CEO PT Bogasari Flour Mills Franciscus Welirang; serta Sekretaris Eksekutif I Komite Penanganan Covid-19 Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN) Raden Pardede PhD sebagai Key-note Speaker, menggantikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Dr. Ir. Airlangga Hartarto yang berhalangan hadir. (nck)