Aktivis Mahasiswa Nilai Framing Media Tak Berhasil Pengaruhi Publik

ANP • Friday, 26 Feb 2021 - 23:25 WIB

Jakarta - Pemberitaan Media  Tempo mendapat sorotan dari Ketua BEM Universitas Az Zahra Ryan Jaya, yang belakangan dinilai tendensius dan jauh dari kode etik jurnalistik berimbang. 

"Sangat disayangkanya warisan para pendahulu Tempo seakan disalahgunakan. Pemberitaanya hari ini terlihat menyerah sebagian kelompok untuk kepentingan. Data yang di sajikan seringkali tidak tepat. Bahkan ketika terbukti tidak benar, Tempo santai saja tidak melakukan klarifikasi pemberitaan," ujar Ryan. 

Ryan mencontohkan terhadap kasus dugaan Korupsi Bansos yg dikatakan Tempo melibatkan Gibran mengenai goodie bag Bansos dan Sritex. 

"Asal sebut namanya tempo tidak terbukti ketika Juliari Batubara tegaskan Gibran Rakabuming tidak terlibat korupsi bansos . Bahkan hingga saat ini Plt Jubir KPK menyatakan tidak menemukan indikasi keterlibatan Gibran," tambahnya. 

Lebih jauh menurut aktivis yang satu ini, Pemberitaan Tempo yang tidak berimbang juga tercermin pada pemberitaan kejadian KM 50 Dimana Tempo menuduh polisi terlibat pelanggaran HAM bahkan bertendensi HAM berat. Pada akhirnya terungkap terang, Komnas  HAM tegaskan tidak ada pelanggaran berat HAM. 

"Tempo santai saja, padahal nama orang-orang yang dituduhkan tanpa bukti tersebut sudah terlanjur dicitrakan rusak. Dimana tanggungjawab tempo?," ungkap Ryan. 

Masih kata Ryan, sangat disayangkan nama besar tempo terkerdilkan oleh kejumawaan ketidakmauan meminta maaf. Karena sudah merasa. Terlalu asik bisa memuat berita investigatif, Tempo seakan jadi asbun. 

"Masyarakat awam mungkin terlalu sering membaca tempo dengan gaya asal sebut yg tidak detail sumbernya. Sehingga seakan mereka menganggap apa yg disebut Tempo selalu benar," jelasnya.

Lebih jauh menurut Ryan, pada pemberitaan kasus yang disebut Tempo  Bancakan Bansos Banteng, sampai saat ini selain Juliari, belum ada kader PDIO lain yang menjadi tersangka , namun nama baik mereka-mereka yang disebut di dalam pemberitaan sampai dijadikan ilustrasi cover sudah kadung dirusak kredibilitasnya. 

"Gambar di cover dan sebutan  Madam seakan jadi gaya-gaya Tempo dalam mengarahkan pada  orang-orang yang ingin dijatuhkan, karena semua orang paham siapa dua orang wanita yg kuat dan tinggi posisinya di PDIP yaitu Puan Maharani dan Megawati," katanya

Kembali menurut Ryan masyarakat saat sudah paham kredibilitas dan framing framing yang diciptakan Tempo. Buktinya dalam empat Survey terakhir yang dilansir Februari ini tentang elektabilitas Parpol , PDIP menempati posisi teratas bahkan lebih tinggi dari perolehan Pemilu 2019. 

"Masyarakat sudah tidak percaya dengan kata2 menurut Sumber penegak hukum, sumber di kementerian dan yang disebut sumber sumber yang kemudian ditutupi jati dirinya," ujarnya. 

Ryan berharap Tempo dapat berbenah, mengakui kesalahan, dan merombak diri, jurnalisme sumber yang ditutupi sudah tidak laku lagi . Kalau Tempo tidak juga berubah, agaknya tidak akan lagi ada yang mau membaca media picisan yang memberitakan ketidakbenaran. 

"Motto Tempo yang selalu jadi rujukan karena enak dibaca dan perlu , sudah tidak lagi sesuai. Berubahlah, atau ditinggalkan. Masyarakat sudah cerdas," pungkasnya. (ANP)