Umar S. Bakry: Partai Demokrat Perlu Penyelamat

ANP • Thursday, 18 Feb 2021 - 18:03 WIB

JAKARTA - Analis Politik dan pimpinan Lembaga Survei Nasional (LSN), Umar S. Bakry, mengatakan bahwa Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) tengah mempraktekkan teori politik Viktimisasi atau memposisikan diri sebagai korban dalam isu kudeta Partai Demokrat.

"Dalam hal ini AHY sedang mempraktekkan sebuah teori politik yang dikenal dengan Viktimisasi. Teori ini sangat populer di Amerika Serikat pada periode 1970 an dan teori ini juga telah dipraktekkan oleh bapaknya oleh SBY menjelang kontestasi Pilpres tahun 2004 dan berhasil dengan gemilang," ujar Umar S. Bakry yang merupakan Ketua Umum Asosiasi Survei Opini Publik Indonesia (ASOPI) di Jakarta Rabu (17/2/2021).

Namun Umar mengingatkan bahwa strategi ini mudah dibaca oleh masyarakat yang saat ini relatif lebih kritis. Umar ingatkan ada dua mata pisau dari penggunaan strategi ini di satu sisi bisa menunjukkan sebagai pihak yang dizalimi tapi di lain sisi menunjukkan kekurangan kompetensi dalam kepemimpinan.

“Masyarakat dapat menilai Partai Demokrat membutuhkan penyelamat Partai yang memiliki kepempinan yang lebih kuat dan memberikan keyakinan bagi seluruh organ Partainya," lanjut Umar Bakry .

“Dengan AHY membongkar isu kudeta ini memancing serangan balik dari tokoh tokoh internal Demokrat untuk membuka kelemahan kelemahan kepemimpinan AHY , hal yang tadinya tidak diketahui oleh publik," tegas Umar.

Dia menjelaskan bahwa dalam ranah politik praktis, para pakar Viktimisasi mengamati korban atau victimhood sering menjadi salah satu posisi politik yang menguntungkan sehingga banyak aktor politik menempatkan diri sebagai victimhood atau sebagai korban.

"Memposisikan diri sebagai korban dapat menjadi sarana yang efektif bagi individu atau aktor politik atau kelompok politik tertentu untuk mengkonstruksi kepentingan politiknya," katanya.

Umar juga mengatakan bahwa menjadi korban mengekspresikan bahwa seseorang atau sekelompok orang dalam hal ini tentu adalah kelompok politik telah menderita atau telah dizolimi oleh kelompok yang lebih besar yang lebih powerfull. Menjadi korban biasanya juga menyatakan klaim bahwa mereka tengah membela sesuatu yang lebih besar.

"Dalam kasus isu kudeta di Partai Demokrat, saya melihat AHY sengaja memposisikan dirinya dan partainya dalam hal ini Partai Demokrat sebagai korban sebagai victimhood," ucap Umar.

"Dengan menyebut diksi lingkar kekuasaan terdekat dengan Presiden Jokowi, AHY sebenarnya tengah mengonstruksi sebuah narasi bahwa dirinya dan Partai Demokrat tengah dizolimi oleh pusat kekuasaan negara sekaligus AHY ingin menegaskan klaim bahwa dirinya tengah berupaya menegakkan sesuatu yang lebih penting yaitu demokrasi," lanjutnya.

“Tapi serangan balik dari kalangan dalam Partai Demokrat sendiri menegaskan bahwa gaduh ini disebabkan konflik internal sendiri dan lagi lagi dilihat sebagai masalah kepemimpinan AHY “ ujar Umar yang juga merupakan dosen di Universitas Bakrie, Universitas Pertamina, Jayabaya, UPN Veteran Jakarta dan IISIP

Umar juga mengungkapkan bahwa politik praktis adalah soal bagaimana mendapatkan simpati dan dukungan elektoral dari publik luas.

"Ada banyak cara untuk mendapatkan itu, dan salah satunya adalah mempraktekan teori Viktimisasi sebagaimana yang saya duga juga tengah dipraktekkan oleh AHY dan Partai Demokrat," jelasnya.

Namun dengan gaduhnya tanggapan dari pihak pihak internal Demokrat yang begitu gamblang membuka banyak kekurangan dan kelemahan kepemimpinan AHY.

"Saya menilai target viktimisasi tidak mencapai sasaran bahkan sekarang berkembang luas pandangan perlunya Partai Demokrat memiliki kepempinan baru yang lebih kuat dan lebih mengayomi," pungkasnya.

Sementara Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) meminta seluruh kader dari tingkat pusat hingga daerah untuk tidak menjadi pengkhianat sekaligus melawan para pengkhianat demi membesarkan partai.
Hal itu ia sampaikan kepada seluruh kadernya berkenaan dengan kelompok yang berupaya melakukan kudeta terhadap kepemimpinan Demokrat.

"Saya yakin dan percaya kita bukanlah pengkhianat. Tetapi hal itu saja tidak cukup untuk membuat partai ini bangkit dan besar lagi. Maka, selain tidak menjadi pengkhianat, kita juga harus melawan para pengkhianat- pengkhianat itu," kata AHY dalam keterangan tertulis kepada seluruh kadernya, Rabu (17/2/2021). (ANP)