Kemenristek/BRIN: GeNose C19 Inovasi Teknologi Kemandirian Alat Kesehatan Anak Bangsa

ANP • Friday, 15 Jan 2021 - 22:20 WIB

Jakarta – Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) bersama Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengadakan webinar dengan tema ‘Genose Inovasi Teknologi Kemandirian Alat Kesehatan Anak Bangsa’ pada Jumat (15/01).

Keberhasilan para peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) dalam mengembangkan Gadjah Mada Electronic Nose Covid-19 (GeNose C19) menjadi kebanggaan tersendiri, pasalnya GeNose C19 ini merupakan inovasi pertama di Indonesia untuk pendeteksian Covid-19 melalui embusan nafas. GeNose C19 terhubung dengan sistem cloud computing melalui aplikasi berbasis kecerdasan artifisial untuk mendapatkan hasil diagnosis secara real time.

“Kami menyambut gembira inovasi yang dilahirkan oleh para peneliti dari UGM yang kita kenal dengan GeNose C19. Bagi kami GeNose C19 adalah suatu inovasi untuk bisa mengurangi ketergantungan terhadap alat skrining yang berasal dari luar negeri. GeNose C19 menjadi suatu trobosan karena sifat skriningnya yang tidak berbasis antibodi maupun antigen melainkan berbasis embusan nafas,” ungkap Menristek/Kepala BRIN.

GeNose C19 menjadi bukti nyata keberhasilan Kemenristek/BRIN dalam mengimplementasikan triple helix yang melibatkan pemerintah, akademisi, dan industri. GeNose C19 yang dikembangkan oleh UGM dengan dukungan dari Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 Kemenristek/BRIN, Badan Intelejen Negara, TNI AD, Polri, Kemenkes RI, dan pihak swasta antara lain PT Yogya Presisi Tehnikatama Industri, PT Hikari Solusindo Sukses, PT Stechoq Robotika Indonesia, PT Nanosense Instrument Indonesia, dan PT Swayasa Prakarsa.

“Selain merupakan bagian dari Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 di Kemenristek/BRIN, GeNose C19 menjadi bukti nyata implementasi triple helix yang berjalan cukup mulus. Triple helix merupakan bentuk sinergi dan kolaborasi dari 3 pihak yang mendorong penelitian menjadi inovasi, yaitu Pemerintah, Peneliti, dan Industri. Selain itu, hal yang paling penting adalah terwujudnya kolaborasi antar bidang ilmu yang tentunya akan sangat membantu upaya penanganan Covid-19,” ucap Menteri Bambang

Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono yang juga hadir dalam webinar ini mengatakan bahwa untuk mendapatkan hasil skrining yang lebih akurat lagi GeNose C19 harus terus dilakukan modifikasi dan pembaruan mengingat alat skrining ini berbasis kecerdasan artifisial.

“GeNose C19 merupakan bukti kemandirian bangsa bahwa kita melakukan hal baru dalam inovasi. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan sangat mendukung, namun demikian khusus alat kesehatan perlu diperhatikan uji validasinya yaitu sensitifitas, spesisifisitas, positive predictive value, dan negative predictive value. Dikarenakan GeNose C19 ini adalah kecerdasan artifisial kami harapkan dapat terus dimodifikasi sehingga ketajaman dalam melakukan skrining menjadi lebih sensitif,” terang Dante.

Ucapan terima kasih disampaikan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Nizam atas dukungan Kemenristek/BRIN selama ini pada program-program penelitian di perguruan tinggi.

“Kita ketahui selama masa pandemi ini perguruan tinggi sangat sigap dalam menanggapi tantangan selama masa pandemi ini. Banyak sekali karya yang dihasilkan oleh perguruan tinggi, tidak sekedar karya publikasi namun juga karya yang menghilir pada produksi. Mudah-mudahan karya ini terus dilanjutkan karena saya sangat yakin instrumen-instrumen kesehatan ke depannya akan menjadi bagian yang sangat penting di dalam memastikan Indonesia sehat dan membangun kedaulatan kita dalam alat-alat kesehatan. Terima kasih atas dukungan penuh dari Kemenristek/BRIN selama ini untuk program-program penelitian di perguruan tinggi,” jelas Nizam.

Kemenristek/BRIN tetap membuka peluang bagi para peneliti untuk terus menciptakan alat-alat skrining seperti GeNose C19. Menteri Bambang di akhir sambutannya juga berpesan agar jangan berpuas diri dengan versi GeNose C19 saat ini. GeNose C19 harus terus dilakukan pembaharuan agar akurasinya semakin baik.

“Mengingat GeNose C19 ini berbasis kecerdasan artifisial maka harus selalu dilakukan update agar tingkat akurasinya akan semakin baik. Mohon kepada industri yang terlibat untuk benar-benar menjaga kualitas dari produk yang nantinya akan didistribusikan ke masyarakat. Pastikan GeNose C19 ini harus benar-benar berguna dan bermanfaat di masyarakat. Kemenristek/BRIN tetap membuka peluang bagi para peneliti untuk terus melahirkan alat-alat skrining yang tentunya memenuhi kriteria yaitu mudah, murah, dan memiliki akurasi yang tinggi,” pungkas Menristek/Kepala BRIN.

Turut hadir dalam webinar ini Plt. Sekretaris Kementerian Riset dan Teknologi/Sekretaris Utama BRIN, Mego Pinandito; Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 Kemenristek/BRIN, Ali Ghufron Mukti; Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud, Nizam; Kepala LBM Eijkman, Amin Soebandrio; Tim GeNose C19 Kuwat Triyana dan Dian Kesumapramudya Nurputra; Ketua Ikatan Dokter Indonesia, Daeng M Faqih; Ketua Perhimpunan Paru Indonesia, Agus Dwi Susanto; Fedik Abdul Rantam (Unair); Erlina Burhan (FK-UI); dan Staf Tim Pakar Satgas Covid-19 BNPB, Budi Santoso. (ANP)