Tantangan Duet Menkes-Wamenkes

MUS • Wednesday, 23 Dec 2020 - 22:27 WIB

Oleh Ari Fahrial Syam
Akademisi dan Praktisi kesehatan

Bagi saya, seorang Menteri Kesehatan dengan latar belakang dokter atau bukan dokter tidak ada masalah, yang penting bisa jadi komandan yang baik dan amanah untuk Kementerian Kesehatan. Keberadaan Wakil Menkes yang berasal dari seorang akademisi dan praktisi klinis bisa memberikan warna untuk kepemimpinan Kementerian Kesehatan, khususnya untuk mengatasi penyakit tidak menular dan upaya-upaya pencegahan penyakit.  

Secara khusus untuk penanganan masalah pandemi Covid-19, upaya-upaya yang perlu dilakukan  adalah meningkatkan jumlah tes PCR secara nasional, mempercepat  datangnya vaksin Covid-19 yang efikasinya tinggi, mendukung penuh proyek vaksin merah putih, mendukung untuk obat modern asli Indonesia (OMAI) khususnya sebagai suplemen mencegah Covid-19 dan memberikan perlindungan untuk tenaga medis dan tenaga kesehatan yang terlibat dalam penanggulangan Covid-19. 

Perlindungan bukan saja alat pelindung diri yang lengkap, tetapi juga insentif yang memadai agar mereka tetap bisa fit bekerja dan pemeriksaan swab baik antigen maupun PCR gratis secara rutin terhadap mereka.

Hal yang paling dibutuhkan agar Kemenkes segera bisa mengajak semua stake holders dengan baik. Baik itu di tingkat pusat, berkoordinasi dengan lintas departemen. Koordinasi dengan pemerintah daerah. Menteri Kesehatan juga perlu merangkul organisasi profesi kedokteran dan kesehatan dan institusi pendidikan kedokteran dan kesehatan yang memproduksi tenaga medis dan tenaga kesehatan. 

Selain itu hal utama yang harus  menjadi perhatian adalah pembiayaan kesehatan, distribusi tenaga kesehatan, penelitian kesehatan inovatif yang bertujuan untuk efisiensi pembiayaan kesehatan, serta upaya pencegahan penyakit. 

Perlu efisiensi dalam pembiayaan kesehatan karena masalahnya terjadi dari hulu sampai hilir. Ini keahlian Pak Menkes kita yang pernah memimpin beberapa perusahaan BUMN dan mantan wakil Menteri BUMN untuk mengatasi masalah inefisiensi dalam pembiayaan kesehatan. 

Riset kesehatan inovatif harus didukung terutama yang dilakukan oleh Lembaga penelitian atau  institusi pendidikan agar bisa menghasilkan produk yang murah untuk dapat digunakan masyarakat kita. Secara nasional harus ada upaya kemandirian  untuk pembuatan obat, vaksin, dan alat kesehatan yang memang di produksi dalam negeri. Hal ini harus lebih dipercepat dalam era pandemi. 

Saat ini, sudah terbukti bahwa para peneliti dari lembaga penelitian, institusi pendidikan, dan industri telah menghasilkan produk-produk yang bermanfaat dalam mengatasi pandemi Covid-19 ini, misal ventilator, robot, rapid diagnostic kit, baik rapid test antibodi maupun rapid test antigen, genose dan juga pengembangan vaksin, puluhan produk inovatif dihasilkan dalam masa pandemi ini.

Saat ini juga ada pekerjaan rumah pemerintah, yaitu bagaimana melakukan edukasi masyarakat agar dapat menjalankan protokol kesehatan. Berbagai pengalaman libur panjang diikuti dengan peningkatan jumlah kasus hingga menembus beberapa angka psikologis, seperti 40.000, 100.000, dan 200.000. 

Selain itu, informasi dari Tim Sinergi Mahadata UI dengan Facebook bahwa setelah libur panjang terjadi peningkatan kasus lebih dari 50%, terutama saat libur Idul fitri dan hari kemerdekaan. Selain itu begitu banyak hoaks yang beredar yang menghambat upaya2 untuk mengatasi pandemi global ini. 

Perlu tokoh atau juru bicara sebagai wakil kementerian Kesehatan yang bisa mengomunikasikn pesan2 kepada  publik mengenai langkah yang akan dilakukan. Terus terang selama ini sepertinya kemenkes lebih banyak bungkam.

Menteri Kesehatan adalah orang yang paling bertanggung jawab agar bangsa ini tidak terpuruk dalam mengatasi berbagai permasalahan kesehatan, baik permasalahan kesehatan sebelum Covid-19 maupun selama dan pasca Covid-19. 

Angka kematian anak dan ibu masih tinggi. Begitu juga angka stunting. Berbagai penyakit infeksi, antara lain HIV dan TBC, kita masih termasuk kelompok negara dengan jumlah kasus yang tertinggi di dunia ini.  Bahkan angka kekebalan terhadap obat TBC juga sudah banyak terjadi. (multiple drug resistance/MDR TB). Terus terang kondisi mengatasi masalah akan sangat terganggu di masa pandemi ini.

Harapan untuk Indonesia yang lebih sehat selalu ada, dan rasanya profesi kedokteran beserta institusi pendidikan kedokteran dan kesehatan harus menyambut kedatangan Menteri Kesehatan dan Wakil Menteri Kesehatan baru dan siap mendukung untuk bersama-sama mengatasi pandemi ini dan mengejar ketertinggalan selama ini dalam hal pembangunan kesehatan. 

Dukungan Kemenkes terhadap pembangunan tenaga profesional akan membuat para tenaga kesehatan menjadi tuan rumah untuk masyarakatnya di era globalisasi, khususnya setelah pandemi ini usai.

Salam sehat...