Maju ke Garda Depan, Perempuan Tenaga Kesehatan Pahlawan Masa Pandemi

ANP • Friday, 18 Dec 2020 - 10:55 WIB

Jakarta - Selama pandemi Covid-19, perempuan pun ikut maju di garda terdepan sebagai tenaga kesehatan. Meski mengemban tugas domestik dan harus meninggalkan keluarga, mereka rela mengabdi dan berkorban menyelamatkan nyawa. Sudah sepatutnya perempuan tenaga kesehatan menjadi salah satu sosok inspiratif yang ikut berjuang demi kemajuan bangsa.

“Tenaga kesehatan yang merupakan garda terdepan, telah menyumbangkan jasa yang luar biasa hingga tak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Perjuangan ini nyatanya tidak terlepas dari peran perempuan. Berdasarkan keterangan dari Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GT-PP) Covid-19 pada April 2020 bahwa jumlah dokter laki-laki dan perempuan yang menangani Covid-19 rasionya seimbang. Peran perempuan dalam kehidupan sosial sehari-hari juga tidak dapat dikesampingkan, terutama dalam pencegahan dan penanganan Covid-19,” ujar Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga pada Webinar Spesial Hari Ibu dengan tema Perjuangan Tenaga Medis Perempuan di Masa Pandemi yang diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) (18/20).

Andil perempuan dalam kehidupan sosial juga sangatlah besar, seperti memastikan kondisi kesehatan keluarganya, hingga membawa perubahan sosial terkait peningkatan pengetahuan dan kedisiplinan pada lingkungan di sekitarnya. Dengan begitu, upaya pencegahan dan penanganan wabah Covid-19 pada kluster keluarga melalui Protokol Kesehatan Keluarga, dapat dilakukan dengan lebih efektif melalui pemberdayaan perempuan sebagai agen dalam keluarga.

Kepala Badan BPIP, Yudian Wahyudi mengatakan bahwa Indonesia memiliki banyak tokoh perempuan penting pada zamannya masing-masing, seperti Cut Nyak Dien, R.A Kartini, Dewi Sartika, dan Fatmawati. Namun, kita juga perlu mengapresiasi tokoh perempuan masa kini, salah satunya perempuan yang berkontribusi di bidang kesehatan.

“Tokoh perempuan masa kini sangat dibutuhkan agar ide tentang kesetaraan menemukan resonansi dan amplifikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Sumbangsih mereka juga ada di berbagai bidang, mulai dari ekonomi, sosial, dan politik, serta kesehatan. Semua tokoh ini menunjukkan bahwa perempuan merupakan pilar penting negara. Pada saat mereka harus mengemban tugas domestik, para tokoh perempuan tetap berkomitmen memberikan yang terbaik bagi komunitas dan bangsanya,” tutur Yudian.

Kaum perempuan mampu bekerja dalam keadaan apapun. Dokter Relawan Penanganan Covid-19, dr. Debryna Dewi Lumanauw juga menceritakan pengalamannya saat bertugas di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet. Ia tidak menyangka situasinya akan lebih parah dari apa yang ia bayangkan. Ia mengaku rasanya nyaris tidak ada waktu untuk duduk beristirahat dan makan dalam satu shift. 

Namun, dengan adanya tenaga medis perempuan lainnya, ia merasakan adanya dukungan yang mengurangi kelelahannya.

“Tim saya mayoritas perempuan, justru hal tersebut menjadi sesuatu yang mampu menginspirasi saya karena kami semua bekerja dalam keadaan yang sama. Ternyata semua perempuan, tidak peduli usia dan fisiknya, bahkan ada yang baru melahirkan, tetap saja kuat dan masih melakukan pekerjaan dengan baik. Walaupun kami mengalami kelelahan fisik dan mental, namun kami sesama perempuan mampu saling menjadi dukungan yang kuat. Kami selalu mendukung satu sama lain, berdialog, curhat, sehingga secara mental kami menjadi lebih kuat,” cerita Debryna.

Selain dokter, bidan pun mengalami berbagai tantangan dalam menangani ibu hamil. Salah satu Bidan Puskesmas Bendo, Magetan, Jawa Timur, Iin Rosita juga menceritakan pengalamannya saat berusaha melindungi 2 nyawa sekaligus, yakni ibu hamil dan kandungannya selama pandemi Covid-19. 

Selain permasalahan terkait kurangnya kesiapan fasilitas kesehatan, pandemi Covid-19 juga memiliki dampak langsung bagi ibu hamil. Dampak tersebut diantaranya kurangnya pemenuhan asupan gizi, munculnya kekhawatiran yang berlebih, takut ke fasilitas kesehatan, karena kebijakan pembatasan sosial maka tidak ada yang mengantarnya untuk memeriksa kehamilan.

Dengan segala keterbatasan yang ada, ia bersama teman-temannya memanfaatkan inovasi Ojek Ibu Hamil (Jek-Mil) yang mereka inisiasi sejak 2018.

“Tujuan Jek-Mil adalah meningkatkan layanan Antenatal Care Terpadu (ANCT), sehingga kemungkinan kematian ibu dan kandungannya dapat diminimalisir. Namun, tidak semua orang mampu menjadi driver bagi ibu hamil. Dalam hal ini, kami juga melakukan seleksi bagi driver tersebut. Mereka pun kami rekrut dari kader kesehatan yang telah dibekali dengan ilmu kesehatan ibu dan anak, dan semuanya adalah perempuan,” terang Iin.

Atas berbagai peran dan pengabdiannya, Menteri Bintang mengapresiasi perempuan tenaga kesehatan. 

“Dari berbagai perjuangan dan peran yang telah dilakukan bagi bangsanya, saya memberikan apresiasi sebesar-besarnya kepada seluruh perempuan yang tengah berjuang di garda terdepan. Terima kasih atas segala pengabdian, pengorbanan, dan sumbangsihnya pada bangsa yang kita cintai ini,” tutup Menteri Bintang. (ANP)