BEI Catat 2020 Tahun Kebangkitan Investor Ritel Nasional

MUS • Tuesday, 15 Dec 2020 - 10:55 WIB

Surabaya - Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebut Tahun 2020 sebagai Tahun Kebangkitan Investor Ritel Dalam Negeri di Pasar Modal Indonesia. Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sempat tertekan hingga ke level 3,937.63 poin pada 24 Maret 2020, secara perlahan bangkit dan tembus di level 5.938,329 poin pada penutupan perdagangan Jumat (11/12/2020).

Direktur Pengembangan BEI, Hasan Fawzi mengatakan, kenaikan IHSG merupakan refleksi dari mulai pulihnya kepercayaan dan keyakinan investor terhadap Pasar Modal Indonesia. "Pada tahun 2020 ini, telah tercipta 10 rekor baru yang merupakan pencapaian tertinggi di sepanjang sejarah Pasar Modal Indonesia,” ujar Hasan Fawsi

Hasan juga menyebut rekor penambahan investor atau SID baru Pasar Modal Indonesia (Saham, Obligasi, Reksa Dana, dan investor instrumen investasi pasar modal lainnya) selama 2020 yang naik tertinggi sepanjang sejarah pasar modal. Angka pertumbuhan ini disebut mencapai 48,82 persen, dari 1.212.930 SID menjadi 3.697.284 SID per 10 Desember 2020.

Dari sisi pertumbuhan SID baru saham yang sebanyak 488.088 SID baru saham, kata dia, jumlahnya naik 93,4 persen dari total pertumbuhan SID baru saham di tahun lalu sebesar 252.370 SID baru. Saat ini jumlah investor hingga 10 Desember 2020 sebanyak 1.592.698 SID atau setara dengan 44,19 persen dari jumlah investor saham di Pasar Modal.

Rekor kedua adalah momentum dominasi kepemilikan investor domestik, dengan jumlah kepemilikan investor domestik tertinggi sepanjang sejarah Pasar Modal Indonesia. Dari Rp3.491 triliun jumlah kepemilikan saham yang tercatat di BEI, 50,44 persen merupakan milik investor ritel domestik, sedangkan 49,56 persen dimiliki investor asing.

Sementara rekor ketiga adalah momentum dominasi investor ritel domestik atas rata-rata nilai transaksi harian bursa. Data rata-rata nilai transaksi harian secara tahunan (year to date) Januari hingga November 2020 yang berjumlah Rp8,42 triliun, sebanyak 45,9 persen diantaranya dikontribusikan oleh aktivitas transaksi yang dilakukan oleh investor ritel dan tertinggi sepanjang sejarah Pasar Modal Indonesia.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Hoesen mengapresiasi upaya Literasi dan Inklusi Pasar Modal Indonesia yang dilakukan oleh BEI dengan pendirian 30 Kantor Perwakilan (KP) BEI dan 500 GI BEI di seluruh Indonesia. Pihaknya akan kembali mengeluarkan kebijakan stimulus untuk menjaga stabilitas Pasar Modal Indonesia dan dalam rangka mengurangi dampak Pandemi Covid-19.

”Kami akan terus bekerjasama dan berkoordinasi dengan seluruh stakeholders di Pasar Modal Indonesia, yaitu Pemerintah, Lembaga Jasa Keuangan, SRO dan Asosiasi, serta pelaku industri lainnya yang memiliki peran penting dalam pemenuhan prasyarat menuju Indonesia Maju. Kerja sama dan koordinasi itu antara lain, membangun dan menyediakan infrastruktur yang baik dan berkualitas, dalam hal ini channel distribusi informasi pasar modal yang solid antara 30 KP BEI dan 500 Galeri Investasi (GI) BEI,” ujarnya.

Pada saat bersamaan, BEI kembali meresmikan GI yang ke-500 di Akademi Keuangan dan Perbankan Effata, Kupang, Nusa Tenggara Timur. Keberadaan 500 GI BEI yang tersebar di seluruh Indonesia dari Aceh hingga Papua, BEI berharap akses informasi masyarakat, khususnya bagi generasi milenial, akan semakin mudah.

Sesuai dengan fungsinya, GI BEI adalah sarana untuk memperkenalkan pasar modal sejak dini kepada kalangan akademisi. Berkonsep 3 in 1 yang merupakan kerja sama antara BEI dengan Perguruan Tinggi dan Anggota Bursa sebagai mitra, GI BEI diharapkan tidak hanya memperkenalkan pasar modal dari sisi teori saja, akan tetapi juga praktiknya.

Ke depannya melalui GI BEI yang menyediakan real time information untuk belajar menganalisa aktivitas perdagangan saham, diharapkan dapat menjadi jembatan menuju penguasaan ilmu pengetahuan beserta praktik pasar modal. (Her)