Menjawab Tantangan Riset untuk Industri Obat Alam Hingga Material Logam dan Non Logam

FAZ • Thursday, 12 Nov 2020 - 14:03 WIB

Serpong - Abdi Wira Septama, Peneliti Pusat Penelitian Kimia LIPI mengatakan, banyak penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri dan parasit, maupun non-efeksi, namun obat yang tersedia secara komersil belum sepenuhnya dapat mengatasi permasalahan ini.

“Pada kasus covid 19 misalnya, belum ditemukan obat yang ampuh untuk mencegah dan mengobati infeksinya,” terangnya. “Juga permasalahan resistensi antibiotik terhadap bakteri pathogen,” tambahnya.

Untuk penyakit non-infeksi, sepeti kanker, terapi dengan menggunakan obat sintetik/kemoterapi juga mempunyai efek samping yang besar.

“Diperlukan suatu sumber alternatif bagi penemuan senyawa atau obat baru yang berasal dari alam, di mana bahan bahan alam telah digunakan secara turun temurun untuk mengobati berbagai penyakit,” tuturnya.

Mengenai Nutrasetikal, Abdi mendefinisikannya sebagai bahan-bahan yang terdapat pada makanan (diet) yang mempunyai fungsi fisologis disamping fungsi nutrisinya.

“Nutrasetikal mempunyai fungsi lebih ke arah protektif, bukan kurativ (pengobatan) untuk penyakit penyakit kronis. Contoh dari nutrasetikal adalah teh hijau dan madu,” jelasnya.

Diskusi isu tersebut lebih detil akan digelar dalam International Symposium on Applied Chemistry (ISAC) pada 18-20 November 2020 dan International Seminar on Metallurgy and Materials (ISMM) pada 19-20 November 2020. Keduanya digelar secara virtual.

ISAC yang mengambil tema 'Natural Medicine and Nutraceutical' meliputi pengobatan alami dan nutrasetikal. Selanjutnya, dalam ISMM 2020 akan dibahas berbagai topik penelitian di bidang metalurgi (logam) dan material (non logam).

Ketua ISMM sekaligus Peneliti Pusat Penelitian Metalurgi dan Material Nono Darsono menjelaskan, material dan perekayasaan material merupakan isu strategis yang harus menjadi perhatian dalam pembangunan bangsa.

“Tanpa ilmu pengetahuan dan wawasan perekayasaan material, maka Indonesia akan terus berada pada level produsen barang mentah,” tutur Nono.

“Sedangkan setelah dilakukan suatu perekyasaan, nilai tambah yang diberikan akan meningkat tajam, sekaligus berpeluang membuka lapangan kerja baru untuk hilirisasi proses material untuk aplikasi industri, medis, sipil, otomotif, dan lain-lain,” sambungnya.

Abdi yang juga sebagai ketua ISAC menekankan bahwa industri merupakan salah satu sarana mendistribusikan hasil riset dalam skala besar.

“Masih banyak pihak industri memilih menggunakan teknologi impor. Ini menjadi tantangan para ilmuwan untuk mengatasi ‘gap’ antara riset dan industri tersebut,” terang Abdi.

“Baik ISAC maupun ISMM diharapkan menjadi upaya peneliti dalam menemukan solusi antara riset dan dunia industri,” tutupnya.

Sebagai informasi diskusi, Webinar Talk to Scientsts akan menghadirkan pula narasumber: Setyani Budiari, (ahli teknologi pangan dari Pusat Penelitian Kimia LIPI) dan Deni Shidqi Khaerudini (penemu masker antivirus dari Pusat Penelitian Fisika LIPI).