Pembangunan Proyek MRT Fase 2A Terkendala Pandemi Covid-19

FAZ • Monday, 19 Oct 2020 - 13:57 WIB

Jakarta - Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar mengungkapkan, pembangunan MRT fase 2A kemungkinan akan molor akibat terkendala paket kontrak. Hal itu salah satunya disebabkan karena kondisi pandemi Covid-19.

“Terdapat kendala atas pengadaan paket kontrak CP202, CP205, dan CP206. Salah satu penyebabnya karena pandemi Covid-19 yang tengah melanda menyebabkan risiko tinggi terhadap keseluruhan proyek Fase 2 MRT Jakarta," kata William melalui siaran resminya, Senin (19/10/2020).

William menjelaskan, molornya pengadaan paket CP202 pembangunan Stasiun Harmoni-Mangga Besar akibat dari resiko konstruksi lapangan yang cukup tinggi, ditambah dengan kondisi pandemi Covid-19 yang berkepanjangan. Berdasarkan dari hasil evaluasi, peserta lelang meminta waktu penyelesaian proyek yang lebih panjang.

"Selain itu, faktor minimnya keterlibatan dan ketertarikan kontraktor Jepang menyebabkan posisi tawar kontraktor Jepang khususnya untuk paket railway systems dan rolling stock menjadi sangat tinggi,” kata William.

“Oleh karena itu, tahapan operasional MRT Jakarta Fase 2A telah dibagi menjadi dua, yaitu segmen 1 BHI—Harmoni akan selesai direncanakan pada Maret 2025, sedangkan tahapan operasional segmen 2 Harmoni—Kota kemungkinan besar akan bergeser ke pertengahan 2027,” ujarnya.

Kedua, kata William, kendala juga terjadi dalam pengadaan CP205 dimana para peserta lelang meminta perpanjangan waktu karena adanya isu kebijakan penggunaan produk komunikasi tertentu yang tidak bisa disediakan kontraktor Jepang.

Baru-baru ini kata dia, peserta lelang juga melihat adanya resiko interfacing antar pekerjaan paket sipil dan paket sistem perkeretaapian. Namun demikian pihaknya tetap memutuskan tanggal pemasukan penawaran CP205 di tanggal 26 Oktober 2020.

“Kami meminta komitmen penuh dan realisasi dari para Peserta Lelang untuk dapat memasukan penawaran pada batas waktu yang telah ditentukan tersebut,” ujarnya.

Sedangkan untuk kendala pengadaan CP206, meski telah dipromosikan kepada para peserta lelang, banyak yang tidak tertarik karena banyaknya proyek lain di pasar domestik Jepang maupun regional Asia dan jumlah pemesanan MRT Jakarta yang terlalu sedikit.

“Kondisi seperti ini terjadi karena pembangunan MRT Fase 2 dibiayai oleh JICA ODA Loan dengan skema Special Terms for Economic Partnership (Tied Loan) sehingga sangat terikat dengan kriteria kontraktor utama harus berasal dari Jepang,” tuturnya.

“Namun demikian, ternyata kontraktor Jepang terlalu konservatif dan tidak siap untuk mengambil resiko pembangunan di area Fase 2," ungkapnya.

Untuk itu William berharap, adanya koordinasi antara pemerintah Indonesia dan pemerintah Jepang dalam mendorong pelaku industri.

“Diharapkan agar pemerintah Jepang dapat lebih kuat lagi mendorong pelaku industri perkeretaapian di Jepang untuk terlibat dalam proyek MRT Jakarta fase 2A ini. Jika minat pelaku industri di Jepang kurang maka opsi pengadaan melibatkan kontraktor internasional lainnya dari luar Jepang kiranya dapat dibuka dan disetujui bersama antara pemerintah Indonesia dan pemerintah Jepang," tandasnya.