Pemerintah Koordinasikan Target Testing dan Tracing Covid-19 di Jabodetabek dan Bali

ANP • Wednesday, 14 Oct 2020 - 08:14 WIB

Jakarta - Untuk menangani melonjaknya angka kasus penderita Covid-19, pemerintah telah melakukan berbagai cara. Cara tersebut antara lain dengan melakukan pengetesan dan pelacakan Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) secara virtual mengadakan Rapat Koordinasi _Targeted Testing_ dan _Tracing_  Covid-19 di Jabodetabek dan Bali pada Selasa (13-10-2020).

"Saat ini kita tengah menyiapkan vaksin untuk Covid-19, diharapkan November 2020 sudah dapat kita terima", beber Menko Luhut Pandjaitan yang juga Wakil Ketua Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Selagi menunggu datangnya vaksin, ia menekankan pentingnya melakukan _targeted testing_ dan _tracing_.

"Penularan Covid-19 didominasi oleh segelintir orang yang terinfeksi, yang disebut sebagai _super spreaders_. Mereka mampu menularkan virus kurang lebih 2 hari sebelum timbul gejala, hingga 10 hari setelah bergejala. Oleh karena periode infeksius yang singkat ini, maka waktu dan kecepatan respon kita sangat penting untuk memutus rantai penularan. _Time is of the essence_ (waktu adalah kunci),” ujar Penasehat Menko Bidang Penanganan Covid Monica Nirmala yang hadir dalam rakor itu. Ia melanjutkan, 80 persen kasus baru disebabkan oleh 20 persen orang yang terinfeksi.

Sementara itu, Menurut Gubernur DKI Anies Baswedan. Di Jakarta sendiri, terjadi penurunan proporsi cluster perkantoran selama 14 hari terakhir setelah dilakukan _targeted testing_ dan _tracing_. " _Testing_ ini diterapkan secara gratis kepada 8.000 spesimen perharinya," ujarnya. 

Lebih jauh, dia menyebutkan bahwa garda terdepan dari _testing_ dan _tracing_ ini adalah puskesmas kecamatan. Di setiap puskesmas terdapat dua komponen. Pertama, _digital tracer_ yang bertugas untuk melakukan investigasi kasus dan menindaklanjuti semua kontak eratnya. Kedua, koordinator lapangan di setiap kecamatan yang melibatkan 1.500 ASN dan relawan. Jika _digital tracer_ hanya melakukan pelacakan kontak erat secara daring, koordinator lapangan terjun langsung ke lokasi untuk menemui dan mendampingi pasien serta melacak kontak eratnya.

Pemerintah DKI Jakarta telah menyediakan aplikasi Jakarta Terkini (JAKI) yang digunakan oleh lebih dari 800 ribu pengguna aktif di Jakarta. Aplikasi ini dapat digunakan untuk melaporkan pelanggaran protokol kesehatan maupun tracing pasien Covid-19.

Kemudian, di wilayah Bali, kondisi sudah mulai membaik. "Pertumbuhan kasus baru cenderung menurun, yakni penambahan angka pasien Covid-19 di bawah 100 kasus per hari. Tingkat kesembuhan meningkat hingga 86.37 persen. Angka meninggal pun dapat dikendalikan menjadi di bawah lima persen", papar Gubernur Bali I Wayan Koster dalam rakor tersebut.

Untuk mendukung kemajuan ini, Gubernur Koster menekankan pentingnya layanan di rumah sakit, baik dari segi tenaga kesehatan maupun fasilitas kesehatan. Selain itu, ia pun mengimbau pentingnya koordinasi dengan Komando Daerah Militer (Kodam) dan Kepolisian Daerah (Polda) untuk mengajak masyarakat mengikuti protokol kesehatan, seperti tertib menggunakan masker dan rajin mencuci tangan. Sayangnya, masih ada banyak kerumunan di Bali.

Kemudian di Jawa Barat dari yang sebelumnya memiliki lima zona merah, sejak 6 Oktober hingga 11 Oktober 2020 tersisa tiga Kabupaten/Kota saja. Agar angkanya dapat semakin ditekan, pemerintah Jawa Barat memanfaatkan QR Code Check-in bagi orang yang masuk ke gedung negara untuk mempermudah _tracing_. "Misalnya di Gedung Sate ada satu orang yang positif Covid-19, kita jadi bisa tahu siapa saja orang-orang yang ada di sana di waktu tersebut", jelas Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.

Ketiga kepala daerah di wilayah ini ingin meningkatkan upaya testing dan tracing. Oleh karena itu, dibutuhkan strategi testing yang tepat sasaran berdasarkan hasil _tracing_, dan penguatan _contact tracing_ dengan tiga cara.

Pertama, pengendalian stigma. Selama ini, masyarakat khawatir untuk melakukan tes PCR karena takut dengan penilaian dari tetangga maupun dari petugas _tracing_. Kedua, peningkatan jumlah dan keterampilan tenaga _tracing_. Ketiga, pembenahan manajemen informasi pencatatan dan pelaporan _tracing_ yang cepat, lengkap, dan akurat.

Bukan hanya _testing_ dan _tracing_ yang penting, tetapi juga pendampingan karantina dan isolasi. Menyambung tentang poin ini, Monica Nirmala menjelaskan, tes-lacak-isolasi adalah 3 mata rantai surveilans yang saling terkait. Deteksi dini dan pendampingan pasien menjalani isolasi serta perawatan hingga tuntas adalah kunci penanganan pandemi.

Dalam rapat ini juga dibahas tentang kemungkinan lonjakan kasus pada akhir bulan Oktober ini, mengingat pada libur panjang Agustus yang lalu, jumlah kenaikan kasus Covid-19 di Jakarta sempat meningkat tajam hingga lebih dari 60 persen. "Kita perlu membuat rencana untuk mengantisipasi hal ini", pesan Menko Luhut.

Rakor ini turut dihadiri oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana serta jajaran Kepolisian Daerah, Komando Daerah Militer, dan Kepolisian Resor di wilayah Jabodetabek serta Bali. (ANP)