Sri Sultan Mencoba Alat Diagnosis Covid-19 Buatan UGM

Mus • Monday, 12 Oct 2020 - 16:02 WIB

Yogyakarta - Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono X, mencoba alat diagnosis cepat infeksi Sars-Cov2 melalui hembusan nafas buatan UGM, saat menerima pimpinan serta peneliti UGM dalam audiensi yang berlangsung Senin (12/10). Pengujian dilakukan dengan menghembuskan nafas ke dalam masker non-rebreathing yang akan disambungkan dengan perangkat GeNose.  

“Dalam pertemuan ini kami menyampaikan progress dari inovasi GeNose yang sekarang dalam proses untuk uji klinis, uji diagnosis, dan menunggu izin edar dari Kementerian Kesehatan,” tutur Rektor UGM, Panut Mulyono.

GeNose adalah hidung elektronik yang bekerja dengan sistem penginderaan atau sensor untuk mengenali pola senyawa. GeNose dirancang untuk mengenali pola Volatile Organic Compound yang terbentuk dari infeksi Covid-19 dan terbawa dalam nafas manusia. Alat ini merupakan salah satu produk inovasi UGM, yang dapat digunakan untuk mendeteksi Covid-19 secara cepat dan akurat.

Anggota tim peneliti GeNose yang hadir dalam pertemuan ini, Dian Kesumapramudya mengatakan bahwa GeNose dapat digunakan sebagai salah satu metode skrining bersama rapid test serta PCR. Sejumlah tahapan masih harus dilalui sebelum alat ini dapat mulai diproduksi secara massal. 

Proses uji diagnosis rencananya akan mulai dilakukan dalam minggu ini, dan diharapkan proses produksi dapat dimulai pada pertengahan November mendatang. Untuk uji diagnosis sendiri, Dian menerangkan bahwa diperlukan sebanyak 1.600 subjek dengan 3.200 sampel. Sampel ini akan diambil dari sembilan rumah sakit, termasuk di antaranya RSUP dr. Sardjito, Rumah Sakit Akademik UGM, dan RSPAU Hardjolukito.

Sebelum dilakukan uji diagnosis, alat ini sebelumnya telah melalui uji profiling dengan menggunakan 600 sampel data valid, dan menunjukkan tingkat akurasi tinggi, yaitu 97 persen. 

GeNose memiliki sejumlah keunggulan sebagai alat deteksi cepat Covid-19, yaitu reliabilitas tinggi karena menggunakan sensor yang dapat dipakai hingga puluhan ribu pasien dalam jangka lama, mampu memberikan hasil dalam waktu yang relatif cepat, non-invasif, serta memerlukan biaya pengujian yang murah menggunakan masker non-rebreathing dan hepa filter sekali pakai. (Ron)