Masyarakat Kurang Edukasi, Banyak Penyintas Covid-19 yang Dikucilkan

Mus • Monday, 28 Sep 2020 - 06:42 WIB
Seorang penyintas membagikan pengalamannya di BNPB beberapa waktu lalu

Jakarta - Seorang penyintas Covid-19, dr Nurhidayati, yang merupakan tenaga kesehatan RSPI Prof Dr Sulianti Saroso mengaku menghadapi stigma warga di lingkungannya ketika dia dinyatakan positif. Bahkan setelah sembuh, masih banyak warga yang mengucilkannya.

Nurhidayati terkonfirmasi pasien positif Covid-19 dari hasil uji usap yang keluar pada 18 April 2020. Gejala awal yang dia rasakan berupa meriang, hidung tersumbat, penciuman berkurang, lemas, pusing dan nyeri tenggorokan.

"Untuk tetangga mereka benar-benar menjauh, mengucilkan sampai tidak ada orang yang lewat depan rumah saya," kata Nurhidayati dalam seminar virtual "Penyintas Covid-19 Bicara" yang diadakan Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, akhir pekan kemarin.

Ketika mengetahui orang-orang sekitar tidak berani lewat depan rumahnya, Nurhidayati menjelaskan dan meminta bantuan kepada ibu RT dan tetangga terdekat untuk mengedukasi warga sekitar dan membangun pemahaman yang benar tentang penularan Covid-19.

"Saya memberikan informasi via Whatspp dan telepon ke bu RT untuk memberikan penjelasan kalau sudah ada jarak, beda rumah, tidak akan tertular," tuturnya.

Dia mengatakan peran RT sangat penting untuk menenangkan orang-orang di sekitar untuk tidak panik dan mencegah terciptanya stigma terhadap penderita Covid-19.

Nurhidayati yang tinggal di daerah Bekasi Barat mengaku hanya melakukan perjalanan dari kantor ke rumah dan sebaliknya sehingga kemungkinan dia tertular Covid-19 terjadi di lingkungan kerja.