Tekan Angka Kelahiran, BKKBN Luncurkan Klik KB

ANP • Monday, 17 Aug 2020 - 22:19 WIB

Jakarta - Penggunaan kontrasepsi mengalami penurunan yang cukup drastis selama masa pandemi covid 19 ini berdampak pada meningkatnya jumlah kehamilan yang tidak diinginkan. Jumlahnya tidak sedikit, di tingkat nasional, persentase kehamilan tidak dikehendaki mencapai 17,5 persen. Artinya, setiap 100 orang hamil, yang tidak di sengaja hamilnya adalah 17. Salah satu akibatnya adalah kurangnya akses Pasangan Usia Subur terhadap pelayanan kontrasepsi.

Hal ini disampaikan Kepala BKKBN, Dr (H.C) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) dalam launching aplikasi “klikkb” dalam rangkaian kegiatan “Hari Kontrasepsi Sedunia” di Jakarta (17/8).

“Berbagai penyebab seperti kekhawatiran akseptor KB untuk menggunakan fasilitas kesehatan, adanya provider yang tidak membuka layanan ataupun terhambatnya menuju tempat pelayanan karena Pembatasan Sosial Berskala Besar,” tambah Hasto.

Untuk itu, pelayanan kontrasepsi kepada Pasangan Usia Subur harus terus dilakukan untuk memenuhi tujuan perencanaan keluarga yaitu menunda kehamilan, menjaga jarak antar kelahiran dan  mengakhiri kesuburan.

“BKKBN dengan inovasi-inovasi yang baru kita mempunyai prinsip dengan cara baru di era yang baru untuk generasi baru karena BKKBN menyadari bahwa mayoritas yang menjadi target penting untuk menciptakan generasi yang unggul untuk Indonesia maju adalah generasi yang lahir dan berusia 40 tahun kebawah”, ujar Hasto

Sebagai salah satu upaya untuk menjangkau PUS agar terakses informasi, kemudian mendapatkan pelayanan kontrasepsi dan menjaga kesertaannya, BKKBN mengembangkan sebuah aplikasi yang dinamakan “klikkb”. Aplikasi ini akan menghubungkan secara langsung antara akseptor KB dengan bidan dan memungkinkan akseptor mendapatkan informasi secara interaktif atau konseling dalam aplikasi ini.

Menurut Hasto komitmen bidan sungguh luar biasa, “kami ucapkan terima kasih kepada bidan seluruh Indonesia karena kita sering ber slogan ada bidan ada KB, ada KB ada Bidan. Pelayanan KB, 70% dikerjakan oleh para bidan yang tersebar dieluruh Indonesia.

Pada kesempatan yang sama, ketua IBI Pusat Dr. Emi Nurjasmi, M.Kes mempraktikkan sambal  memandu penggunaan aplikasi klikkb kepada 2.000 bidan yang hadir secara virtual. Emi menghimbau kepada seluruh bidan agar memanfaatkan aplikasi ini agar dapat berinteraksi dan berkomunikasi kepada pasien-pasiennya.

Dalam aplikasi ini tersedia layanan live chat dengan provider, informasi tempat pelayanan KB, alarm pengingat baik bagi provider maupun akseptor untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi ulangan. Sebelum mendapatkan pelayanan, peserta KB dapat membuat janji terlebih dahulu sehingga meminimalisir waktu tunggu.

Upaya ini juga diharapkan membantu akseptor dalam mendapatkan alarm pengingat saat meminum pil KB setiap harinya. Hal ini dilakukan untuk  menghindari Drop Out atau putus pakai kontrasepsi yang persentasenya masih cukup tinggi khususnya pada kontrasepsi jangka pendek. Selama 3 bulan terakhir saja, angkanya mencapai 10% dari 36 juta pasangan usia subur yang putus kontrasepsi.

Dalam wawancara dengan media, Hasto menyampaikanbahwa “aplikasi ini diharapkan dapat membantu Program Pembangunan Keluarga Kependudukan dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana) dalam hal mengetahui kebutuhan Pasangan Usia Subur terhadap jenis kontrasepsi sehingga dapat menjadi masukan bagi kebijakan program. Ketersediaan alat dan obat kontrasepsi dapat dipantau sehingga mencegah terjadinya stock out di fasilitas pelayanan Kesehatan”.

Kedepannya, “klikkb” akan dikembangkan secara bertahap melalui fase-fase yang telah ditentukan dan jumlah tenaga kesehatan disesuaikan dengan kapasitas sesuai fase tersebut. Saat ini tenaga kesehatan yang dilibatkan sebagai pemberi layanan adalah bidan sebanyak 2.000 yang tersebar di seluruh Indonesia dan bidan konselor yang akan bertugas memberikan konsultasi melalui “klikkb”. Kemudian sebanyak 2000 bidan sedang dipersiapkan untuk wilayah Jawa dan Bali. Sosialisasi yang dilakukan pun secara bertahap, tahap pertama disosialisasikan di 7 provinsi, tahap kedua 12 provinsi dan tahap ketiga 15 provinsi.

Dengan adanya aplikasi ini diharapkan akan mendekatkan pelayanan KB dan Kesehatan Reproduksi kepada masyarakat karena pemakaian teknologi saat ini menjadi hal penting  dalam mengakomodir perubahan zaman yang serba cepat dan dinamis, termasuk dalam pelayanan kontrasepsi. Harapannya, dengan adanya aplikasi ini, tujuan akhir membentuk keluarga aman, tenteram dan mandiri dapat bisa tercapai melalui perencanaan keluarga.

klikkb ini diluncurkan BKKBN dalam rangka memperingati Hari Kontrasepsi Sedunia yang jatuh pada tanggal 26 September. Hari Kontrasepsi Sedunia merupakan kampanye global yang dilakukan setiap tahun di dunia dengan visi di mana setiap kehamilan merupakan kehamilan yang direncanakan. Hari Kontrasepsi Sedunia diluncurkan pada tahun 2017 dengan misi untuk meningkatkan pengetahuan mengenai kontrasepsi dan memberikan informasi kepada masyarakat agar dapat memahami dan membuat keputusan yang tepat terkait kesehatan reproduksinya. (ANP)