Mulai Mainkan Isu Agama, Trump Tuding Biden Melawan Tuhan

Mus • Friday, 7 Aug 2020 - 15:44 WIB

Washington - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, yang merupakan kandidat petahana dari Partai Republik, mulai memainkan isu agama dalam pemilihan presiden (pilpres) Amerika November mendatang. Dia menyebut rivalnya dari Partai Demokrat, Joe Biden, sosok yang melawan Tuhan dan anti-senjata.

Biden sendiri sering membahas bagaimana iman Katolik-nya telah memandu tindakannya sebagai pejabat publik.

Isu agama digunakan Trump ketika dia kalah dari Biden dalam jajak pendapat di Ohio. Kandidat petahanan itu sedang berjuang untuk meraih dukungan pemilih di negara bagian tersebut saat pandemi virus corona mengancam peluangnya untuk berkuasa lagi di periode kedua.  

Setelah berpidato di kerumunan kecil di bandara Cleveland pada hari Kamis, Trump melanjutkan dengan pidato gaya kampanye di pabrik Whirlpool di Clyde, Ohio.

"Dia mengikuti agenda kiri-radikal; singkirkan senjata Anda, hancurkan Amandemen Kedua Anda, tidak ada agama, tidak ada apa pun, menyakiti Alkitab, menyakiti Tuhan," kata Trump tentang Biden dalam pidatonya di Cleveland. "Dia melawan Tuhan," katanya lagi, seperti dikutip Reuters, Jumat (7/8/2020).

Sekadar diketahui, Amandemen Kedua Konstitusi AS memberi orang Amerika hak untuk menyimpan dan membawa senjata.

Trump tidak menjelaskan apa yang dia maksud. Namun, tuduhannya dapat memperkuat dukungan dari blok Kristen konservatif partainya yang cukup besar dan juga merusak pandangan pemilih terhadap Biden, Wakil Presiden Katolik pertama dalam sejarah AS.

John Kennedy adalah presiden terpilih pertama dan satu-satunya calon presiden Katolik ketika dia menang pada tahun 1960.

Dalam sebuah pernyataan pada Kamis malam, Biden mengatakan serangan Trump "memalukan". Dia menegaskan bahwa iman telah menjadi fondasi hidupnya.  

"Komentar Presiden Trump mengungkapkan lebih banyak tentang dia daripada yang mereka lakukan tentang orang lain. Mereka menunjukkan kepada kita seorang pria yang bersedia merendahkan diri untuk keuntungan politik, dan seseorang yang tindakannya sangat bertentangan dengan nilai dan ajaran yang dianutnya," kata Biden.