Pertumbuhan Ekonomi Jatim Minus 5,90%

Mus • Thursday, 6 Aug 2020 - 09:51 WIB

Surabaya - Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mencatat, ekonomi Jatim pada kuartal II 2020 terkontraksi 5,90 persen dibandingkan kuartal II 2019 (yoy). Kepala BPS Jatim Dadang Hardiwan mengungkapkan, dari sisi produksi, kontraksi tertinggi terjadi pada Lapangan Usaha Jasa Lainnya sebesar 34,54 persen.

Sedangkan, dari sisi pengeluaran, kontraksi tertinggi terjadi pada ekspor luar negeri sebesar 18,70 persen. Kemudian diikuti komponen pembentukan modal tetap bruto sebesar 7,55 persen, dan pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 4,79 persen.

"Adapun pertumbuhan tertinggi terjadi pada lapangan usaha informasi dan komunikasi yang tumbuh 10,39 persen," ujar Dadang saat menggelar konferensi pers secara daring di Surabaya.

Dadang melanjutkan, jika dibandingkan kuartal I 2020 (q to q), perekonomian Jawa Timur kuartal II 2020 juga mengalami kontraksi sebesar 5,45 persen. Dari sisi produksi, kontraksi tertinggi terjadi pada lapangan usaha jasa lainnya sebesar 35,40 persen. Sedangkan, dari sisi pengeluaran, kontraksi terjadi pada ekspor luar negeri 8,16 persen, pembentukan modal tetap bruto 6,71 persen, dan pengeluaran konsumsi rumah tangga 4,82 persen.

Dari sisi produksi, lanjut Dadang, pertumbuhan tertinggi terjadi pada lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan yang tumbuh 27,26 persen. Sedangkan dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi terjadi pada komponen pengeluaran konsumsi pemerintah sebesar 27,90 persen.

Dadang menambahkan, ekonomi Jawa Timur sampai dengan kuartal II 2020 (c to c) terkontraksi sebesar 1,51 persen. Dari sisi produksi, kontraksi tertinggi terjadi pada lapangan usaha jasa lainnya sebesar 15,26 persen. Sementara itu, dari sisi pengeluaran, hampir semua komponen terkontraksi. Hanya komponen pengeluaran pemerintah yang tumbuh sebesar 1,56 persen, dan ekspor luar negeri sebesar 2,00 persen.

"Kalau dari segi produksi pertumbuhan tertinggi terjadi pada lapangan usaha informasi dan komunikasi yang tumbuh 10,09 persen," kata Dadang. (Hermawan)