Dorong Pemulihan Pariwisata di Bali, Menko Luhut: Protokol Kesehatan Jangan Sampai Ditawar-tawar

ANP • Tuesday, 4 Aug 2020 - 10:53 WIB

Bali - Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan Pemerintah Provinsi Bali menggelar Deklarasi Program Kepariwisataan dalam Tatanan Kehidupan Bali Era Baru dan Digitalisasi Pariwisata Berbasis Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) pada Kamis (30-07-2020).

Dalam sambutannya, Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan bahwa Bali dan pariwisata adalah dua entitas yang saling melekat dan tak terpisahkan.

“Pemerintah telah mengambil langkah-langkah yang sangat komprehensif dalam penanganan covid 19 ini. Jadi saya ingin menginformasikan sekarang hampir semua sektor itu tertangani dengan baik, program-program bantuan, program-program stimulus itu dilakukan dengan baik,” ujar Menko Luhut pada acara yang diselenggarakan di Pulau Peninsula, Nusa Dua.

Melalui kesempatan berbahagia tersebut, Menko Luhut menyampaikan bahwa pariwisata merupakan salah satu bidang yang sangat diperhatikan oleh Pemerintah. Hal ini dikarenakan penerimaan negara melalui pariwisata sangat tinggi, juga dapat menciptakan lapangan kerja.

Tercermin dalam proporsi pariwisata Indonesia, yang mana BPS mencatat bahwa 60% wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia berwisata ke Bali. Pariwisata Bali juga menyumbang 28,9% devisa pariwisata nasional, yakni sebesar 75 triliun rupiah.

“Presiden berkali-kali mengingatkan kami para pembantunya, bahwa kami harus tangani pariwisata ini dengan benar. Nah untuk itu ada dua kunci yang menurut saya harus kita perhatikan, yaitu penanganan Covid-19 dan penanganan ekonomi,” tambahnya.

Adapun langkah tersebut menurut Menko Luhut, harus dijalankan dengan seiring, karena penanganan Covid-19 yang benar tentu akan memberikan stimulus yang baik pula bagi perkembangan ekonomi Indonesia.

Ia mengatakan, pandemi Covid-19 yang terjadi saat ini memang menjadi tantangan besar bagi sektor pariwisata, tak terkecuali Bali.

BPS menyebutkan bahwa kunjungan wisatawan mancanegara pada Mei 2020 turun hinga 86,9% year on year. Bank Indonesia juga mencatat bahwa realisasi devisa pariwisata pada Mei 2020 mengalami kontraksi hingga -97,3% (year on year).

“Sekarang kita melihat bahwa sudah waktunya ekonomi ini mulai dipulihkan. Hari ini adalah yang menurut saya merupakan hari yang bersejarah. Kita membuka Bali ini bukan asal dibuka, semua itu berangkat daripada berapa jumlah yang infeksi, berapa jumlah yang sembuh berapa tadi _mortality rate_nya. Nah itu menjadi acuan, apakah dia masuk zona merah, apa kuning atau hijau. Bali ini menurut saya beberapa daerah sudah banyak yang hijau, ada masih yang kuning tapi tidak ada yang merah,” jelasnya.

Menko Luhut juga menyebutkan bahwa tidak kemungkinan Provinsi Bali akan ditutup jika terdapat lokasi yang menjadi zona merah.

“Jadi kerjasama kita itu penting. Jadi tidak boleh satupun merasa diri paling penting dalam masalah ini. Kita harus teamwork menyelesaikan ini. Masalah kesehatan ini penting, oleh karena itu protokol kesehatan jangan sampai ditawar-tawar. Kita semua harus bahu-membahu untuk menegakkan disiplin ini. Tanpa disiplin ini tadi, Covid-19 tidak akan terkendali dan akan berdampak bagi ekonomi,” tegasnya.

Lebih lanjut, Menko Luhut juga menyebutkan bahwa sudah saatnya bagi Indonesia untuk melakukan reformasi guna efektif dan efisiensi pada semua bidang atau sektor.

“Oleh _petro chemical_nya Pertamina kita sudah bisa memproduksi paracetamol, paracetamol ini ujung daripada obat yang lain yang berpuluh-puluh tahun kita impor saja. Jadi kadang kalau kita lihat, Covid-19 ini ada menguntungkan kita dan yang membuat negara kita ini lebih efisien dari waktu yang lalu,” jelasnya.

Hal tersebut menjadikan sebuah gaya hidup yang baru, misalnya menggunakan zooming atau melakukan virtual meeting, dan yang mana menurut Menko Luhut bahwa virtual meeting dalam pengambilan keputusan tentu sangat efisien.

Flashback Menko Luhut Saat Penyelenggaraan IMF-WB di Bali

Pada kesempatan ini, Menko Luhut menceritakan kisah balik yang masih diingat dan menjadi sebuah kenangan indah saat diselenggarakannya Pagelaran IMF-WB tahun 2018 lalu di Bali.

“Saya masih ingat bahwa dua tahun yang lalu hiruk-pikuknya Bali karena IMF World Bank, tempat ini semua penuh dengan manusia. Hal itu menyentuh hati saya juga, kenapa sampai begini. Kalau kita tidak bersatu-padu, kita masih sibuk kritik sana dan sini. Kapan mau selesai masalah ini,” ujarnya.

Maka dari itu, Menko Luhut menghimbau bahwa sudah saatnya untuk kita semua menyuarakan hal-hal positif dan tentu bekerja keras lagi untuk memajukan tanah air Indonesia.

“Waktunya kita untuk merenung betapa sekarang kita ini dalam keadaan yang sangat sulit. Jadi hal-hal yang tidak perlu kita lakukan sekarang, tidak perlu dilakukan. Perbedaan-perbedaan yang tidak penting, hentikan sebentar. Semua ada waktunya, jadi hari ini mari kita selesaikan dulu Covid-19. Saya titip sekali lagi, mari kita bekerjasama, kompak, mari kita jaga persatuan dan kesatuan kita demi NKRI. Terlebih demi diri kita dan anak cucu kita,” tutup Menko Luhut. (ANP)