Pemprov Jatim Berharap Media Viralkan Gerakan Perlindungan Anak di Masa Pandemi

Mus • Tuesday, 21 Jul 2020 - 15:51 WIB

Surabaya - Situasi pandemi Covid-19 yang masih belum diketahui kapan berakhirnya, dipandang sebagai momentum tepat untuk memviralkan gerakan perlindungan anak Indonesia oleh berbagai pihak. Terlebih lagi menjelang peringatan Hari Anak Nasional tahun 2020, dimana puncak peringatannya tidak bisa dilakukan dengan cara-cara konvensional seperti tahun-tahun lalu.

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Kependudukan (DP3AK) Provinsi Jawa Timur, Andriyanto mengungkapkan, peran media dianggap cukup strategis dalam hal ini. Ia berharap media dapat mengambil peran sentral dalam kampanye menyiapkan mental anak dan melakukan edukasi pada anak di masa pandemi.

“Ini momen yang tepat. Peranan media sangat penting dalam kampanye pemenuhan hak-hak anak di masa pandemi ini. Bisa dibayangkan, salah satu contoh dari data yang ada hingga tanggal 15 Juli 2020, jumlah anak-anak di Jawa Timur yang terkonfirmasi positif Covid-19 mencapai angka 1.137 anak, dimana 3 diantaranya meninggal dunia dan dengan tingkat kesembuhan mencapai 40,4 persen,” ujar Kadis P3AK Provinnsi Jawa Timur, Andriyanto, saat menjadi nara sumber webinar Menangkap Momentum HAN 2020 Sebagai Starting Point Memviralkan Gerakan Perlindungan Anak oleh Para Pihak, Selasa (21/7/2020).

Jumlah 1.137 anak tersebut menurut Andriyanto, sama dengan 6,6 persen dari total jumlah kasus terkonfirmasi positif di Jawa Timur. Jumlah itu dibagi menjadi 1,7 persen untuk anak usia 0-5 tahun, serta 4,9 persen untuk anak usia 6-17 tahun.

Selain kerentanan anak terpapar Covid-19, Andriyanto juga menyinggung angka kekerasan anak dan perempuan yang terjadi selama masa pandemi dari data yang dimilii DP3AK Provinsi Jawa Timur menyebutkan, hingga 16 Juli 2020 tercatat ada 699 laporan kekerasan terjadi pada perempuan dan anak di Jawa Timur.

“Dimana 40,6 persen diantaranya berupa kekerasan seksual, diikuti kekerasan fisik dan psikis. Dengan lokasi terbanyak dilaporkan terjadi di rumah tangga, disusul fasilitas umum, tempat kerja dan sekolah. Ini sungguh mengenaskan. Ini yang harus disuarakan oleh para pihak. Terutama oleh teman-teman media, agar masyarakat dapat diedukasi secara benar,” jelas Andriyanto.

Hal sama diungkapkan Direktur Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Tulungagung Winny Isnaeni. Menurutnya, salah satu isu perlindungan anak yang saat ini marak terjadi dan seringkali masih diabaikan dampaknya ialah isu kekerasan (termasuk di dalamnya kekerasan berbasis gender), eksploitasi, kesehatan mental anak, dan penelataran anak.

“Kasus kekerasan berbasis gender masih sering dianggap tabu oleh masyarakat karena pengaruh budaya dan lingkungan masyarakat. Ini yang kemudian menyebabkan kasus yang banyak terjadi tidak terungkap dan tidak ada penanganan maupun respon terhadap korban. Jika tidak dicegah dan ditangani dengan baik, kasus kekerasan dapat berdampak bagi korban,” jelas Winny yang juga duduk sebagai Fasilitator Nasional Sistem Perlindungan Anak.

Keluarga dan masyarakat merupakan sumber daya yang besar dan dekat dengan anak. Maka media yang dipercaya  informasinya oleh publik memiliki posisi strategi untuk menguatkan keluarga dan masyarakat agar lebih melindungi anak yang menjadi tanggung jawabnya

Ditambahkan, keberhasilan suatu program pemerintah tidak bisa lepas dari peran media mainstream untuk menyebarluaskan perencanaan, pelaksanaan, dan capaian yang sudah dihasilkan. Dengan penyebarluasan isu yang dilakukan oleh media dapat membentuk persepsi publik dan aksi publik kedepannya.

Salah satu peran para pihak dalam mendukung media adalah memberikan asupan informasi untuk membangun pesan kepada masyarakat dalam berpartisipasi memberikan hak kesejahteraan dan perlindungan anak.

Sementara itu Child Protection Specialist UNICEF Kantor Perwakilan wilayah Jawa, Naning Pudjijulianingsih, mengungkapkan, di masa pandemi ini semua pencegahan kekerasan anak bisa dilakukan dari tiap rumah. Baik itu kolaborasi yang baik antara keluarga, sekolah, masyarakat serta media.

"Meskipun dalam kondisi sulit menghadapi pandemi, semua anak harus bisa dipastikan pendidikannya serta kontrol keluarga yang baik. Termasuk dalam kesehatan mental anak yang harus dijaga. Nah, media sangat berperan dalam hal ini," tegas Naning Pudjijulianingsih.