Populasi Burung Curik Bali di Taman Nasional Bali Barat Meningkat Signifikan

AKM • Monday, 29 Jun 2020 - 13:40 WIB

BALI- Upaya keras untuk melestarikan burung curik bali di kawasan Taman Nasional Bali Barat (TNBB), menunjukkan hasil yang menggembirakan. Populasi burung curik bali di habitat alami saat ini menjadi yang tertinggi sejak tahun 1974 semenjak mulai dilakukannya pencatatan populasi secara berkala. 

Berdasarkan hasil monitoring pada akhir Mei 2020, burung ini sekarang berjumlah 303 ekor, meningkat dari populasi di alam tahun 2019 sebanyak 256 ekor dan baseline data tahun 2015 sejumlah 57 ekor.

"Restocking populasi melalui pelepasliaran burung hasil penangkaran (pembinaan populasi) menjadi salah satu strategi untuk meningkatkan populasi burung curik bali di alam," ujar Agus Ngurah Krisna, Kepala Balai TN Bali Barat, saat diambil keterangannya di Gilimanuk, Sabtu, (27/6). 

Upaya mengembangbiakkan burung Curik bali untuk kepentingan restocking ini dilakukan di Unit Suaka Satwa Curik Bali di Tegal Bunder. Salah satu metodenya dengan membawa anakan curik bali yang telah berumur 8 bulan ke kandang habituasi di Cekik, Labuan Lalang dan Berumbun untuk proses adaptasi sebelum dilepas liarkan. "Saat ini jumlah burung secara keseluruhan di Suaka Satwa ini tercatat sebanyak 417 ekor," imbuhnya.

Pada hari Sabtu 27 Juni 2020, Balai TNBB kembali melepasliarkan 52 ekor Curik Bali ke alam. Agus menjelaskan bahwa dalam suasana pandemi Covid-19 proses pelepasliaran dilakukan dengan prinsip kehati-hatian dan berkoordinasi dengan sektor lain, yaitu Dinas Kesehatan, Dinas Petanian dan Pangan Pemkab, dan Balai Besar Veteriner dalam rangka One Health yang berkaitan dengan kesehatan manusia dan kesehatan hewan. Perhatian ditujukan kepada kondisi Kesehatan, animal welfare, dan wilayah sebaran habitat satwa dilokasi pelepasliarannya.
 
Ditambahkannya jika implementasi di lapangan dilakukan melalui penerapan biosecurity dan biosafety serta mematuhi protocol kesehatan. Pemeriksaan Kesehatan dilakukan untuk penyakit avian influensa (AI), pemeriksaan bakteri dan parasite. Sedangkan terhadap petugas perawat satwa dilakukan pemeriksaan rapid test corona virus. Semua ini merupakan upaya untuk menjamin tidak adanya penularan penyakit zoonosis dari satwa ke manusia atau sebaliknya dan dari satwa ke satwa liar lainnya. 

Agus pun menjelaskan jika indikator keberhasilan pelepasliaran ditunjukkan dari produktivitas burung menghasilkan anakan di alam. Selama  bulan Januari sampai dengan Mei 2020 produktivitas indukan di alam meningkat signifikan. "Di Labuan Lalang terdapat 13 pasang indukan yang telah melahirkan anakan sebanyak 38 ekor, melebihi jumlah anakan selama 1 tahun pada 2019 sebanyak 34 ekor. Di Cekik  terdapat 12 pasang indukan dengan 33 ekor anakan. Di Brumbun 8 pasang indukan dengan 22 ekor anakan," tuturnya. (AKM)