KemenkopUKM Kembangkan Kemitraan di Komoditas Kopi 

ANP • Thursday, 25 Jun 2020 - 21:29 WIB

 

Jakarta – Konsumsi kopi di Indonesia dalam 10 tahun terakhir mengalami peningkatan pesat; sepanjang periode 2016-2021 diprediksi tumbuh rata-rata 8,22 persen/tahun. Pada 2016 konsumsi kopi mencapai 250.000 ton dan pada 2020 diprediksi mencapai 353.000 ton. 

Peningkatan jumlah konsumsi kopi terlihat diikuti dengan perkembangan jumlah outlet kopi di Indonesia. Mengutip Riset Toffin, jumlah outlet kopi pada 2016 masih 1.083 outlet, kemudian melonjak tiga kali lipat menjadi 2.973 outlet pada 2019.  

Tingginya konsumsi kopi di Indonesia merupakan potensi bagi pelaku UKM dan Koperasi untuk menjadi supplier (pemasok) bahan baku kopi.  Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mendorong kemitraan UKM atau koperasi dengan pelaku usaha kopi yang lebih luas. 
“Gerai kopi yang semakin meningkat jumlahnya tersebut menjadi potensi bagi koperasi dan UKM menjadi pemasok,” kata MenkopUKM pada forum diskusi virtual bertajuk Indonesia Sustainable Coffee Forum 2020, Selasa (24/6/2020), yang diselenggarakan oleh Sustainable Coffee Platform of Indonesia (SCOPI)

Teten menyebutkan, koperasi merupakan salah satu produsen kopi yang patut diperhitungkan dalam industri kopi dalam negeri. Ada 47 koperasi kopi tersebar di seluruh wilayah Indonesia, dan sebagian merupakan eksportir kopi, antara lain ke Amerika Serikat, Kanada, dan Australia. 
Menteri mengatakan,  pemerintah  tengah menyiapkan model usaha koperasi berbasis ekonomi kerakyatan, termasuk komoditas di dalam kawasan perhutanan sosial, serta program digitalisasi koperasi. 

“KemenkopUKM akan bekerja sesuai tugas dan fungsinya, yaitu membantu pengembangan model usaha berbasis ekonomi kerakyatan. Untuk komoditas yang berada di dalam kawasan perhutanan sosial, kami bekerja sama dengan Perhutani dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Harapannya, dengan SCOPI juga bisa dikolaborasikan untuk sektor hilir. Kami prioritaskan 7-10 pilot project untuk dijadikan role model pengembangan koperasi bidang pertanian, perkebunan, dan perikanan,” kata Teten. 

Teten mengemukakan upaya pemerintah untuk meningkatkan produktivitas UKM dan koperasi kopi, salah satunya adalah dengan mempersiapkan agar UKM kopi dapat menjadi pemasok untuk pengadaan barang/jasa Kementerian/Lembaga. LKPP telah membuka laman untuk KUKM dan sedang mempersiapkan draft pendaftaran untuk agregator makanan/minuman yang akan terdaftar di laman LKPP.   

Ketua Dewan Pengurus SCOPI Irvan Helmi menyampaikan, dalam 10 tahun terakhir ini konsumsi kopi di Indonesia naik dua kali lipat, impor kopi naik 10 kali lipat; ekspor kopi menurun sekitar 37%, namun pertumbuhan produksi tidak sebanding, yakni hanya sekitar 3-5%. 

“Ini memberikan sinyal peluang. Untuk itu, SCOPI memfasilitasi untuk mendorong percepatan kemitraan strategis untuk sektor kopi yang berkelanjutan. Ada beberapa dimensi dalam usaha menuju kopi yang berkelanjutan, seperti dimensi perkebunan (pohon, tanah) dengan usia tanaman kopi yang mayoritas sudah menua, dimensi lingkungan hidup yang perlu dilestarikan, dimensi kelembagaan petani, sosial dan ekonomi, dimensi perdagangan, dan dimensi kreativitas hilir yang bisa mengungkit identitas kopi Indonesia,” ujarnya.

Rangkaian forum diskusi virtual bertajuk Indonesia Sustainable Coffee Forum 2020 pada 23 – 26 Juni 2020 ini mengumpulkan berbagai pemangku kepentingan sektor kopi seperti pemerintah, pelaku usaha, pendamping lapangan, petani kopi, serta lembaga sosial masyarakat, untuk memperkuat kemitraan berbagai pihak atau public-private partnership dalam mencapai target produktivitas kopi berkelanjutan di Indonesia, serta menjaring inovasi dan aspirasi dalam menjaga stabilitas pasar kopi. (ANP)