PLUT, Garda Terdepan Pendamping UMKM di Masa Pandemi Covid-19

ANP • Saturday, 13 Jun 2020 - 18:34 WIB

Jakarta –  Wabah Covid-19 telah “menghancurkan” berbagai sektor usaha termasuk kelompok UMKM. Menjaga agar tidak terpuruk semakin dalam, Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) KUMKM menjadi salah satu garda terdepan untuk memastikan usaha-usaha rakyat tidak mati oleh dampak wabah Covid-19. 

Pengelola PLUT dan para konsultannya tampil mengawal UMKM binaannya agar mampu bertahan dalam keadaan yang begitu sulit.  Aneka rupa masalah yang muncul di masa  wabah Covid-19  dihadapi dengan segala cara, dengan satu tujuan pelaku UMKM tetap yakin menjalankan usahanya. 

Pengalaman PLUT dalam memberikan layanan kepada KUMKM sejak wabah ini terjadi menjadi demikian berharga. PLUT Provinsi Jawa Tengah dan PLUT Kabupaten telah membuktikannya.

“Sejak terjadinya wabah ini, membuat kami harus semakin intens memantau keadaan pelaku usaha, khususnya sektor mikro dan kecil, mereka yang paling terdampak,” kata Eni Purbowati,  Pimpinan Pengelola PLUT Jawa Tengah. 

Salah satu gerak cepat yang dilakukan oleh PLUT yang berlokasi di Banyumas ini adalah menjalankan pendataan bagi UMKM terdampak Covid-19. Ada 4.008 UMKM yang terdata dengan perincian, UMKM makanan dan minuman adalah yang paling terdampak dengan masalah terbesar kesulitan pemasaran/penurunan permintaan serta kesulitan bahan baku.

“Untuk mengatasi kesulitan bahan baku, lewat Pemda Jateng memberikan bantuan sosial (Bansos) bahan baku produksi, yakni tepung, minyak goreng, mentega, telur   kepada usaha mikro  terdampak,” kata Eni.

Merosotnya permintaan disebabkan ditutupnya tempat wisata  seperti  Dieng akibat Covid-19  dan  masyarakat yang diam di rumah karena pemberlakuan PSBB. Strategi pemasaran online harus diambil.  Karena itu, PLUT menghubungkan dengan platform e-commerce dan mengoptimalkan pemasaran lewat media sosial.  Akibatnya, ruang konsultasi secara online dengan konsultan PLUT meningkat,  sedangkan jumlah konsultasi offline sedikit karena tatap muka  dibatasi. 

Menurut Eni, para UMKM berlomba minta saran, mengajukan pertanyaan melalui WA grup bersama konsultan, mulai dari  bagimana meningkatkan pemasaran secara online, memperbaiki kemasan dan lainnya. [Konsultan merupakan orang yang langsung memberikan layananan pendampingan bagi UMKM.]

“Rata-rata yang minta  advokasi itu  usaha mikro dan kecil. Mereka ayem karena ada pendampingan, merasa ada yang bantu,” kata Eni.

Eni juga mengaku, banyak UMKM binaan PLUT Jawa Tengah yang terpaksa banting stir untuk   membuat masker. Para UMKM ini kemudian diberdayakan oleh PLUT takkala mendapat order ribuan masker dari Pemda. 

Di tengah pandemik ini, pengurusan sertifikat halal, sertifikat Haki, SNI yang merupakan program Kemenkop UKM  juga tetap dijalankan PLUT.  Program ini  sangat diperlukan karena pemasaran online harus mampu meyakinkan pelanggan terhadap mutu dan keamanan produk.

Bangun Semangat Pelaku Usaha

PLUT Kabupaten Cianjur tampaknya juga menunjukkan pengalaman yang tidak jauh berbeda, mulai dari pendataan sampai juga membuat masker di saat pandemi Covid-19. Bagi pelaku yang tidak bisa lagi mempertahankan usahanya diarahkan untuk ikut Kartu Prakerja.  

“Begitu wabah terjadi, pendataan segera kami lakukan. Bahkan pendataan kami lebih dulu dibandingkan dengan pendataan yang dibuat Kementerian Koperasi dan UKM,” kata  Dian Lisdawaty, Pengelola PLUT Cianjur.

Mereka berhasil mengumpulkan 600 laporan pelaku UMKM,  melalui aplikasi google form. Dari data yang masuk,  masalahnya sama, penurunan permintaan dan bahan baku sulit di sektor makanan dan minuman.

Pemasaran online benar-benar yang kemudian diandalkan untuk menaikkan penjualan.  Untuk itu, perlu mempercantik tampilan di platform online. Namun, karena minimnya ketrampilan pelaku usaha mikro dan kecil ini, para konsultanlah yang turun langsung membuat desain produknya.

“Foto produknya dikirim lewat WA, kami buat desainnya.  Kami layani satu per satu permintaan membuat desain itu. Begitu caranya,” kata Bobby salah satu konsultan di PLUT Cianjur.

Program restrukturisasi kredit UMKM yang dilakukan pemerintah rupanya turut menjadi kesulitan tersendiri bagi pelaku usaha untuk memahaminya. Konsultan tidak lepas ikut membantu memberi penjelasan kepada pelaku usaha model restrukturisasi yang bisa diambil. Misalnya, apakah hanya restrukturisasi bunga kredit atau termasuk pokoknya tergantung kemampuan pelaku usaha.

Di samping soal teknis, Bobby mengatakan konsultan juga harus siap menjadi tempat curahan hati para UMKM. Ketika krisis akibat wabah terjadi, konsultan pun jadi garda terdepan untuk membangun mental para pelaku yang anjlok. Hal itu, di alami salah satu pelaku UMKM di Cianjur, yakni pengrajin keramik hias.

“Orangnya sempat down, barang yang sudah dikirim ke Papua tertahan tidak bisa dikirim ke konsumen. Omzet anjlok, dari Rp 30 juta/perbulan tinggal Rp1 juta.   Pekerja diberhentikan, cashflow-nya hanya bisa untuk tiga bulan. Saya merasa harus ikut membangun semangatnya,” kata Bobby. 

Order dari daerah lain yang biasanya sangat diandalkan, seperti Papua dan Kalimantan mendadak berhenti.  Padahal daerah itulah pelanggan terbesarnya. Sekarang yang ada hanya beberapa order kecil yang diterima pengrajin tersebut. “Tetapi saya lihat  sekarang ia sudah mulai bangkit. Ia melakukan beberapa inovasi, produknya semakin beragam,” jelas Bobby.

Bobby mengatakan keberadaan PLUT menyentuh pelaku UMKM dari dua sisi, teknis usaha dan kemanusiaan.  Melalui PLUT, terbentuk komunitas pelaku UMKM yang saling mendukung, menyemangati dan menguatkan. (ANP)