Jurus UMKM Bertahan di Masa Normal Baru

Mus • Thursday, 11 Jun 2020 - 16:19 WIB

Bekasi - Selain sektor pariwisata, pandemi covid-19 juga memukul usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) serta koperasi. Sektor yang selama ini berkontribusi 57 persen terhadap produk domestik bruto Indonesia.

Namun saat pandemi hingga ditetapkannya kebijakan new normal atau istilah terkini "normal baru", UMKM terus beradaptasi dengan situasi lesunya perekonomian nasional.

"Kami semua terkena dampak, sekarang tuh gimana bertahan hidup, produk mau kita pasarkan semua grosir tutup!" kata pemilik Falfa collection, Budiman Zuhri, Kamis (11/6).

Menurut Budiman, usaha jasa konveksinya mendapatkan bimbingan baik berupa pelatihan dari disnaker maupun orderan dari pemkot Bekasi, terutama alat perlindungan diri (APD) berupa masker bahan, hazmat maupun faceshield yang merupakan produk paling dibutuhkan masyarakat hingga tenaga medik selama masa  pandemi.

Budiman mengakui, untuk mengejar kuota orderan, antar konveksi yang tergabung dalam komunitas Santadoges (sandal, tas dan gesper) saling bekerjasama memenuhi kebutuhan bahan bahan untuk produk APD, dengan didukung surat izin serta legalitas mulai dari kelurahan hingga pemkot bekasi.

"Dulu sebelum pandemic, konveksi saya mampu menampung 25 mesin dengan 25 penjahit, sekarang yang bertahan tinggal 5 orang ini yang gak bisa pulang kampung. Pokoknya konveksi saya bikin masker kain, khusus faceshield, saya kerjasama pengadaan dengan rekanan yang ada di bekasi timur," kata Budiman.

Sebelumnya untuk menstabilkan kegiatan ekonomi, Pemkot Bekasi mengalokasikan anggaran Rp.4,7 miliar untuk usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Kepala Bagian Ekonomi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bekasi, Eka Hidayat Taufik mengatakan, alokasi dana sebesar Rp.4,7 miliar diperuntukan mendorong UMKM dalam memproduksi Alat kesehatan berupa alat pelindung diri (APD), masker, dan hand sanitizer, bagi tenaga medis yang menangani pasien kasus Covid-19.

Sementara itu, Wakil Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto meminta agar seluruh elemen terkait segera merealisasikan pencairan anggaran mengingat saat ini alat kesehatan sangat dibutuhkan di tengah wabah Covid-19.

"Pergerakan warga saat ini dibatasi meski sudah PSBB transisi di DKi ,kedepan harus ada solusi yang mampu menggairahkan ekonomi kita. Saat ini alat kesehatan sangat dibutuhkan dimana akan kita percepat prosesnya melalui UMKM,” papar Tri.

Berdasarkan data kementrian koperasi dan UKM per 2018, ada 64.194.057 UKM di Indonesia yang menyerap 116.978.631 tenaga kerja. Sementara berdasarkan data Kementrian Keuangan, program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) untuk UKM antara lain berupa penempatan dana untuk restrukturisasi UMKM dan padat karya UMKM Rp.78,78 triliun. Sementara pembiayaan investasi untuk koperasi Rp 1 triliun. (aps)