Risma Minta Tokoh Agama Ajak Masyarakat Taati Protokol Kesehatan di Tempat Ibadah

Mus • Wednesday, 10 Jun 2020 - 16:05 WIB

Surabaya - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini terus melakukan sosialisasi protokol kesehatan kepada para pengurus tempat ibadah di Surabaya, untuk mendorong dan mengajak mereka tetap disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan untuk mencegah terjadinya penularan dan memutus mata rantai penyebaran Covid-19.

Sosialisasi yang berlangsung melalui video teleconference di Balai Kota Surabaya tersebut, diikuti mulai tokoh agama, takmir masjid atau musala, serta para pengurus Gereja, Vihara, dan Kelenteng di Surabaya. Selain itu, diikuti pula tokoh masyarakat, akademisi, budayawan dan juga tokoh pemuda.

“Mulai kemarin kita sudah membuat protokol-protokol atau tatanan di tengah pandemi ini. Kita juga lakukan sosialisasi kepada kelompok yang lain. Kita sudah keluarkan pedoman nanti akan saya edarkan,” kata Wali Kota Risma.

Dalam pedoman itu, salah satunya disebutkan bahwa pengurus tempat ibadah harus menyiapkan petugas-petugas atau relawan untuk menjaga di pintu masuk area tempat ibadah. Mereka bertugas untuk melakukan screening atau pengecekan suhu tubuh serta mengatur jamaah yang akan melaksanakan ibadah.

“Pertama kita harus menyiapkan petugas yang harus setiap akan melaksanakan sholat harus ada yang jaga. Karena ini penting, untuk bisa screening siapa yang tidak boleh berada di masjid atau musala kita,” katanya.

Selain itu, wali kota perempuan pertama di Surabaya ini menyampaikan, pengurus tempat ibadah juga wajib untuk menyampaikan kepada para jamaahnya jika ada yang merasa sakit, seperti batuk, sesak nafas atau flu, diimbau agar salat di rumah. Hal ini penting untuk mengantisipasi dan mencegah terjadinya penularan Covid-19.

“Di Surabaya sudah terjadi sebelumnya, ada klaster yang berasal dari masjid. Karena itu ini jangan sampai terulang kembali. Sekali lagi kita harus berani menyampaikan kalau ada yang sakit agar tidak ikut salat di masjid,” pesannya.

Menurut Risma, di Surabaya ada beberapa orang yang masuk dalam kategori OTG (Orang Tanpa Gejala) Covid-19. Mereka secara fisik sehat dan tidak merasakan sakit apapun. Namun di dalam tubuhnya itu ada carrier yang dapat menularkan ke yang lain.

“Karena itu kita harus memiliki protokol-protokol yang ketat. Saya mohon dengan hormat mari kita patuhi protokol-protokol itu,” paparnya.

Di samping itu, Presiden UCLG Aspac ini juga mengajak kepada para pengurus masjid atau musala agar menyiapkan sabun di tempat wudu. Di sisi lain, mereka juga diimbau agar mengatur jarak antar jamaah serta jumlah tidak melebihi 50 persen dari kapasitas tempat ibadah. Kemudian, tidak menggunakan AC serta karpet untuk salat. Karena itu, jamaah diharapkan agar membawa peralatan salat sendiri dari rumah masing-masing.

“Saya mohon dengan hormat ayo kita jaga protokol-protokol itu, tidak ada cara selain disiplin dengan protokol yang ketat. Saya mencoba bagaimana menyelesaikan ini, saya mohon bantuan dan dukungan bapak ibu sekalian agar tidak ada lagi klaster yang baru dari masjid atau musala,” tuturnya.

Pasca pembatasan sosial berskala besar berakhir, situasi Surabaya mendekati normal. Demikian juga dengan tempat ibadah. Dimungkinkan dalam minggu ini aktivitas ibadah akan kembali normal, seperti pelaksanaan sholat Jumat maupun kebaktian di gereja dan aktivitas agama lainnya. Masyarakat sudah mulai memahami tata laksana ibadah yang juga mulai disosialisasikan oleh para tokoh agama. (Hermawan)