Ada 500 Ribu Lebih Data Pengguna Zoom Dijual Di Dark Web

ITK • Monday, 4 May 2020 - 16:47 WIB

JAKARTA - Zoom bisa dikatakan sebagai salah satu platform video conference yang banyak dipakai saat ini karena kemudahannya di masa pandemi virus Corona. Namun keamanan data sejauh ini masih menjadi masalah.

Setelah ada informasi bahwa mereka diduga menjual data penggunanya, kini ditemukan bahwa ada sekitar 500 ribu data pelanggan Zoom ditemukan di Dark Web dan dijual dengan murah. Artinya mereka gagal mengamankan akun yang melakukan login ke platformnya.

Menurut Sunday Times, Inggris, lebih dari 500.000 login Zoom telah ditawarkan untuk dijual di dark web. Harga untuk setiap login adalah 1,25 sen dolar AS atau Rp95 juta untuk seluruh daftar akun yang dijual. Perusahaan intelijen Cybersecurity Cyble membeli login dari orang yang kemungkinan dari Rusia melalui aplikasi Telegraph.

"Kami terus menyelidiki, mengunci akun yang kami temukan telah dikompromikan, meminta pengguna untuk mengubah kata sandi mereka menjadi sesuatu yang lebih aman, dan sedang mencari penerapan solusi teknologi tambahan untuk meningkatkan upaya kami," kata seorang juru bicara Zoom merespons kebocoran tersebut.

Zoom juga telah menyewa perusahaan intelijen untuk menemukan siapa yang bertanggung jawab menjual kata sandi dan alat yang digunakan untuk mengumpulkannya. Mereka juga sedang menyelidiki perusahaan tanpa nama yang telah menipu orang untuk mengunduh malware dan mengungkapkan informasi login mereka di situs-situs tertentu.

Yuan baru-baru ini juga mengatakan, perusahaan sedang bekerja keras untuk mencegah Zoombombing. Yang terakhir terjadi setiap kali orang yang tidak diundang masuk konferensi video Zoom tanpa undangan dan telah menjadi gangguan besar bagi pengguna platform.

Pendiri dan CEO Zoom, Eric Yuan, pun berkelit dengan menjelaskan, bahwa platform-nya dirancang untuk perusahaan besar yang memiliki departemen teknologi informasi (TI). Jadi secara tidak langsung, dia mengatakan, aplikasi ini memang tak menyasar pengguna perseorangan.

Bulan Maret lalu, aplikasi Zoom iOS kedapatan mengirimkan informasi pengguna ke Facebook tanpa diketahui pemilik data. Zoom merespons dengan mengatakan SDK Facebook sedang mengumpulkan data terkait pembuatan model perangkat dan sistem operasi yang digunakan untuk masuk ke aplikasi.

Laman Phone Arena melaporkan, dalam upaya mendapatkan kembali kepercayaan pengguna, Yuan baru-baru ini mengumumkan rencana menggelar program keamanan 90 hari. Salah satu inisiatif baru yang memungkinkan pengguna untuk memutuskan di wilayah mana data mereka akan dijalankan. Sebelumnya, semua data dijalankan melalui China. (*)

 

(Sumber Sindonews)