Mau Nikah ? Cek Kesiapan Kamu di www.siapnikah.org

ANP • Monday, 4 May 2020 - 15:12 WIB

JAKARTA - Saat ini dunia sedang mengalami pandemi Virus Corona (Covid-19) yang telah menginfeksi secara global ke 200 negara termasuk Indonesia. Covid-19 diinformasikan sangat mudah menyebar sehingga penularannya juga sangat cepat. Imbas penyebaran wabah Covid-19 di Indonesia yang dimulai pada bulan Maret 2020 mempengaruhi berbagai aspek tak terkecuali salah satunya adalah pernikahan. Banyak sekali calon pengantin yang menunda akad nikah maupun resepsi pernikahan mereka untuk menghindari penyebaran Covid-19 dan himbauan pemerintah untuk phsycal distancing.

Gerbang pernikahan begitu indah, menyatukan cinta dua insan, keluarga bahagia menjadi impian semua orang. Tapi, jangan lupa, syarat dan ketentuan berlaku. Membangun keluarga bahagia tak semudah membalik telapak tangan butuh persiapan. Perlu upaya untuk mewujudkan keluarga berkualitas melalui pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga agar keluarga mampu menjalankan 8 fungsi keluarga secara optimal, terang Kepala BKKBN dr. Hasto Wardoyo, SP.OG (K) pada acara Peluncuran website “Siap Nikah” melalui Cisco Webex Meetings (04/05/2020). Selain Hasto sebagai narasumber ada juga Prof. Rhenald Kasali dari Rumah Perubahan dan Permata Sari dari Kompas TV sebagai pemandu acara serta diikuti pula oleh Direktur Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan RI dr. Erna Mulati, Msc., CMFM, Direktur SUPD IV Ditjen Bina Bangda Kementerian Dalam Negeri Sri Purwaningsih, SH, MAP serta Direktur Eksekutif Merial Institute Arief Rosyid Hasan.

Hasto mengungkapkan, berdasarkan data SDKI 1991-2017 angka kelahiran pada perempuan kelompok usia15 –19 tahun di antara 1000 wanita (ASFR 15-19) mengalami tren menurun dari 67 (SDKI 1991) menjadi 36 (SDKI 2017), namun perempuan yang hamil dan melahirkan di usia remaja (ASFR 15-19) di Indonesia masih tergolong tinggi. Hal ini, dikarenakan perilaku pacaran yang beresiko tinggi yang dapat mengakibatkan terjadinya kehamilan tidak diinginkan dan pernikahan di usia dini. Tidak hanya itu, ibu yang terlalu muda hamil dan melahirkan pertama di usia kurang dari 21 tahun sangat beresiko tinggi karena kondisi rahim dan panggul yang belum berkembang secara optimal, mental belum siap menghadapi kehamilan dan menjalankan peran ibu. Selain itu, bayi dilahirkan berpotensi prematur, terjadinya pendarahan yang berakibat kematian pada bayi dan ibunya, berpotensi mengalami kanker leher rahim dan kurang optimalnya ibu untuk merawat bayinya secara baik.  Berdasarkan Hasil studi di 55 negara menunjukkan adanya hubungan antara usia ibu saat melahirkan dengan angka kejadian stunting adalah makin muda usia ibu saat melahirkan, makin besar kemungkinannya untuk melahirkan anak yang stunting, tambah Hasto.

Remaja merupakan calon pasangan yang akan berkeluarga dan calon orangtua sehingga perlu disiapkan agar memiliki kesiapan dan perencanaan dalam membangun keluarga. Merencanakan usia pernikahan tidak kurang dari 21 tahun perempuan dan 25 tahun laki-laki, membina hubungan antar-pasangan, dengan keluarga lain, dan kelompok sosial, merencanakan kelahiran anak pertama, persiapan menjadi orangtua, mengatur jarak kelahiran, dengan menggunakan alat kontrasepsi, berhenti melahirkan di usia 35 tahun agar dapat merawat balita secara optimal serta menghindari risiko pada ibu akibat melahirkan/persalinan, merawat dan mengasuh anak usia balita dengan memenuhi kebutuhan mendasar anak(kebutuhan fisik, kasih sayang, dan stimulasi). Ada 10 dimensi kesiapan berkeluarga yang harus dipenuhi kesiapan usia, kesiapan fisik, kesiapan mental, kesiapan finansial, kesiapan moral, kesiapan emosi, kesiapan sosial, kesiapan interpersonal, keterampilan hidup dan kesiapan intelektual, pesan Hasto.

Untuk itu, BKKBN mengambil inisiatif untuk mengembangkan Indeks Kesiapan Berkeluarga. BKKBN menggandeng Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen serta Direktorat Sistem Informasi dan Transformasi Digital Institut Pertanian Bogor (IPB). Indeks ini mengukur kesiapan seseorang membangun keluarga dalam 10 dimensi dan 50 indikator. Indeks ini kemudian dikembangkan dalam bentuk aplikasi yang bisa diakses publik melalui website www.siap-nikah.id.

Sejak diluncurkan Juli 2019, aplikasi ini mendapat respons positif generasi muda yang ingin mengukur kesiapannya sebelum menuju gerbang pernikahan. Pada April 2020, inisiatif kembali digulirkan oleh BKKBN untuk mengembangkan www.siap-nikah.id dengan menggandeng Rumah Perubahan, website yang sebelumnya berisi kuesioner kesiapan menikah, dikembangkan dalam konsep one stop solution. Mei 2020, lahirlah konsep baru melalui hadirnya www.siapnikah.org. Website ini menghadirkan berbagai content yang relevan dengan kebutuhan generasi muda dalam mempersiapkan pernikahan, termasuk mempersiapkan diri dalam pengasuhan anak.

Rhenald Kasali pun menyampaikan Digitalisasi mendorong perubahan masif dan cepat di berbagai bidang, jadi kita dituntut adaptif, generasi muda maupun keluarga muda harus memiliki kemampuan  literasi digital, salah satunya adalah menyaring informasi. Sebab, popularitas media sosial telah memicu banjir informasi. Sayangnya, sebagian adalah hoax. Aspek lain yang sangat erat kaitannya dengan keluarga adalah pengasuhan anak atau parenting, jelasnya.

Hasto berharap, website ini bisa menjadi rujukan bagi generasi muda untuk mempersiapkan diri sebelum masuk gerbang pernikahan, maupun bagi keluarga muda yang ingin belajar ilmu parenting. Misi utamanya, membangun keluarga berkualitas. (ANP)