HID Global Umumkan Hasil Survei Tren Keamanan Akses 2020

ANP • Monday, 27 Apr 2020 - 21:01 WIB

JAKARTA - HID Global, penyedia solusi identitas terpercaya di dunia, baru-baru ini melakukan survei dan menemukan bahwa infrastruktur kontrol akses pada banyak perusahaan sudah tak lagi memadai, sama halnya dengan kepercayaan para eksekutif yang menangani keamanan akses perusahaan; mereka juga merasa bahwa infrastruktur yang mereka miliki tak lagi cukup untuk menghadapi ancaman masa kini. Temuan ini berdasarkan survei terhadap anggota dan pelanggan ASIS International1 di seluruh dunia mengenai teknologi kontrol akses, pengunaannya, dan tren terkait. Survei ini merupakan hasil kerja sama antara Security Management Research dan HID Global, yang dilakukan pada akhir 2019, dengan membandingkan hasil survei serupa pada 2017.

“Pada akhirnya, minat penggunaan teknologi akses kontrol yang lebih modern dan aman telah menjadi tren. Pada tahun 2017, hanya 45 persen organisasi yang menggunakan sedikitnya satu teknologi pengelolaan identitas yang lebih aman sedangkan survei pada tahun 2019 menemukan jumlahnya meningkat menjadi 54%. Selain itu, bertambahnya penggunaan teknologi kontrol akses pada perangkat mobile menandakan semakin banyak perusahaan yang berusaha memodernisasi sistem kontrol akses mereka,” kata Alex Tan, Director of Sales, ASEAN, Physical Access Control, HID Global.

Beberapa tren yang ditemukan dengan membandingkan data survei 2019 dan 2017 diantaranya: Perusahaan perlahan mulai melakukan investasi di teknologi kontrol akses yang lebih canggih dan aman dan kolaborasi antar and intra teknologi tetap menjadi faktor krusial. Akses mobile tetap menjadi perhatian utama karena jawaban responden memperlihatkan semakin besarnya minat penggunaan teknologi akses mobile saat ini maupun di masa depan. Selain minat yang semakin besar, para direktur keamanan juga menyebutkan bahwa akses dan aplikasi mobile akan menyempurnakan sistem kontrol akses yang ada saat ini dan merubah dunia industri di masa depan.

Semua Beralih ke Sistem Mobile

Tipe aplikasi akses kontrol yang digunakan tidak banyak berubah jika membandingkan temuan survei 2017 dan 2019. Aplikasi yang paling banyak digunakan adalah identifikasi, termasuk foto diri (80% baik pada tahun 2017 dan 2019), akses ke sumber daya TI (68% pada tahun 2019, 71% pada tahun 2017), akses kontrol parkir atau pintu (61% pada tahun 2019 dan 63% pada 2017). Sedangkan aplikasi yang paling sedikit digunakan antara lain sistem pembayaran tertutup (27% pada tahun 2019, 24% pada tahun 2017), dan registrasi nomor pelat (27% pada tahun 2019 dan 25% pada tahun 2017).

Penggunaan sedikitnya satu teknologi pengelolaan identitas yang aman meningkat 9% dibanding temuan survei 2017, dimana penerapan teknologi mobile ke dalam sistem kontrol akses semakin diminati. Solusi teknologi ini menjanjikan kecepatan, kenyamanan, keamanan tingkat tinggi (seperti deteksi biometrik built-in pada perangkat), dan fleksibilitas. Karyawan perusahaan, mitra maupun tamu yang datang ke lokasi organisasi biasanya sudah memiliki perangkat mobile pribadi masing-masing. Mengaktifkan dan menonaktifkan identitas mereka semua dapat dilakukan pada saat itu juga secara nirkabel. Para direktur keamanan menyebut penggunaan akses atau aplikasi mobile sebagai tren teratas untuk merubah lanskap industri di masa depan (57%). Penerapan teknologi mobile untuk sistem kontrol akses terus melonjak dengan 25% responden menyatakan telah menerapkannya sebagian atau dalam proses untuk menerapkan sepenuhnya. Sebanyak 6% lagi menyatakan akan menginstal mesin pembaca kartu mobile tahun depan.

Tantangan pada 2020

Para direktur keamanan diminta untuk memilih tiga dari sembilan tantangan terbesar dalam penerapan sistem kontrol akses. Isu-isu terkait teknologi ternyata menjadi tantangan terbesar yang diantisipasi. Sebanyak 45% responden menyebut “integrasi yang lebih baik dengan sistem teknologi lain” sebagai tantangan terbesar. Data yang diperoleh dari sistem kontrol akses kini telah menjadi aset yang benilai tinggi dalam analisis bisnis, data dari sistem lain juga dapat dikombinasikan dengan data dari sistem kontrol akses untuk memitigasi risiko, mengoptimalkan proses, dan membantu pengambilan keputusan tentang keselamatan dan keamanan yang lebih baik.

Seiring dengan tantangan “integrasi yang lebih baik dengan sistem teknologi lain”, 39% responden juga melihat “memanfaatkan fitur teknologi baru” sebagai tantangan yang cukup signifikan. Memakai perangkat mobile dalam sistem kontrol akses, seperti telah disampaikan sebelumnya, adalah salah satu fitur utama yang dilihat sebagai sebuah kemajuan. Contoh lain, misalnya penggunaan teknologi identitas dan mesin pembaca kartu elektronik dengan memanfaatkan biometrik atau enkripsi yang lebih canggih dan sulit untuk dipalsukan.

Survei juga menyoroti semakin kompleksnya masalah keamanan yang harus dihadapi: 38% responden menyebut bahwa “perlindungan terhadap ancaman kerentanan keamanan yang semakin meningkat” sebagai salah satu tantangan terbesar. Meningkatnya insiden, kerusakan, dan berita kekerasan massa telah mengubah cara berpikir banyak direktur keamanan tentang akses kontrol.

Rasa Aman Masih Belum Terpenuhi

Salah satu akibat dari infrastruktur keamanan yang sudah tua adalah meningkatnya keraguan apakah solusi kontrol akses yang dipakai saat ini masih dapat melakukan tugasnya.

Pada survei tahun 2017, sebanyak 73% responden melaporkan bahwa solusi yang mereka gunakan saat itu telah memenuhi atau melampaui syarat keamanan yang mereka tentukan. Namun pada tahun 2019, hanya 50% responden yang mengatakan demikian. Alasannya adalah karena infrastruktur yang kini mereka gunakan sudah berumur, padahal kompleksitas bertambah serta semakin banyaknya ancaman sehingga tantangan yang dihadapi organisasi pun semakin besar.

Laporan hasil survei tren keamanan akses 2020 (The 2020 State of Physical Access Control Report) disusun berdasarkan masukan dari 473 responden dalam Survei Tren Sistem Kontrol Akses 2019 yang diadakan oleh Security Research dan HID Global. Sebanyak 25 pertanyaan dikirimkan kepada anggota dan pelanggan ASIS yang beranggotakan lebih dari 50.000 eksekutif keamanan pada musim panas 2019 lalu dan dipromosikan melalui newsletter ASIS dan cara lain. Demografi responden, termasuk skala perusahaan, industri, dan jabatan sesuai dengan proyek Security Management Research, mengindikasikan sampel yang representatif. Pada tingkat kepercayaan 95%, margin error survei sekitar +/- 4,5%. (ANP)